Suaramuslim.net – Avengers: Endgame, merupakan sekuel lanjutan dari film Avengers: Infinity War (2018). Ada banyak hal yang harus diuraikan dalam durasi 3 jam lebih film ini. Cerita tentang apa yang terjadi setelah Thanos (Josh Brolin) telah membinasakan setengah kehidupan di alam semesta. Selain itu, sekuel ini menutup sebuah cerita yang telah dibangun oleh film berkelas sebelumnya yang diproduksi Marvel Studios, sejak Iron Man 2008.
Bagaimana pendapat para kritikus?
Mayoritas kritikus berpendapat cukup bagus. Meskipun demikian, mereka memiliki pendapat yang berbeda terkait tingkat kesuksesannya. Tergantung pada kemungkinan bahwa penonton telah memperhatikan sebagian besar kualitas film Marvel Studios pada dekade terakhir ini.
Pada Selasa malam (23 April 2019), ratingnya mencapai 97% di Rotten Tomatoes.
“Terlepas dari banyaknya aksi dan konfrontasi, yang membedakan film ini dengan sebagian besar film Marvel sebelumnya adalah saat keraguan, penyesalan dan ketidakpastian yang muncul diiringi keinginan beberapa karakter untuk menyelesaikan misi. Memang tugas mereka terkadang terjeda oleh beberapa keadaan darurat yang menarik ulur keputusan mereka. Akan tetapi, tindakan tegas yang diambil menjadi hal yang terpenting. Ada perkembangan dalam hal ini,” tulis Todd McCarthy, reporter The Hollywood.
“Sebagai film yang diadaptasi dari komik, hal yang paling menonjol adalah akting karakter, terutama dari Downey, Ruffalo, Evans, Hemsworth, Brolin dan Paul Rudd sebagai Ant-Man,” lanjutnya.
Jika pendapat di atas masih terkesan buruk bagi sebagian orang, ScreenCrush Matt Singer berpendapat lain.
“Endgame lebih cemerlang dan lebih ringan daripada Infinity War, yang hampir selalu tertekan dan melempem di waktu yang lain. Bahkan, dengan nasib separuh dari jagad raya yang dipertaruhkan, Endgame tetap menyuguhkan komedi. Karakter inilah yang selaras dengan film Avengers pertama pada tahun 2012 dibandingkan dengan sekuel sebelumnya.” Ucapnya.
Susana Polo dari Polygon sependapat dengan ringannya film ini.
“Ada kalanya Endgame kembali ke masa suram Infinity War, lalu kembali pada masanya sendiri. Tidak menutup fakta bahwa durasi tiga jam terlalu panjang untuk sebuah film superhero. Akhir ceritanya juga hanya sekadar pertempuran yang kacau dengan tinju dan teriakan. Namun, Endgame tahu apa yang diinginkan penontonnya dan memaparkannya tanpa membedakan penggemar atau bukan.” Tulisnya.
Akan tetapi, tidak semua orang setuju dengan poin terakhir di atas. Eric Kohn dari IndieWire menggambarkan film itu sebagai “perjalanan nostalgia yang padat.”
Ia menulis, “Di tengah-tengah riuhnya CGI dalam pertempuran babak final, ada banyak momen yang padat. Namun, fragmennya terpisah-pisah, tergantung tingkat pengetahuan penonton akan serinya. Para penonton yang baru menyaksikan sekuel film ini sebaiknya juga menonton Transformers.”
Hal tersebut juga diperhatikan oleh Playlist Charles Barfield. Ia menulis, Anda harus menonton sebagian besar film 21 sebelumnya untuk mendapatkan gambaran maksimal mengenai film Marvel Studios terbaru. Jika Anda orang yang pertama kali menonton film Avengers, Anda akan kehilangan setiap sentuhan emosional, lelucon, dan alur mundurnya. Pada dasarnya, Anda benar-benar membuang-buang waktu.
Asumsi yang didasarkan pada penonton dari kalangan penggemar disebutkan oleh Mashable Angie Han. Ia menulis “keajaiban” yang ada dalam film memerlukan kepingan cerita sebelumnya. Ini adalah film yang dirancang untuk para penggemar, yang diisi dengan kejadian masa lalu, karakter tertentu dan mitologi. Karakter tertentu dimunculkan setelah beberapa episode. Karakter lain diperbarui dan diubah menjadi sesuatu yang berbeda. Penonton baru kemungkinan akan benar-benar tersesat dalam jalinan karakter dan hubungan di antara mereka serta mitologi dalam cerita.
Namun, dia menambahkan, mereka yang telah mengikuti sekuelnya dari awal akan menemukan banyak hal yang menghibur, membuat menangis, bahkan jatuh pingsan. Pada dua penayangan yang saya tonton, reaksi penonton begitu heboh di momen-momen tertentu sehingga dialog tak terdengar. Berita baik bagi Marvel: banyak alasan bagi penggemar untuk kembali ke bioskop dan menontonnya untuk kedua kali.
Apakah ada ketergantungan pada penggemar dalam film ini?
Matt Goldberg dari Collider menyatakan, “Saya belum pernah mengalami hal ini dalam film berdurasi tiga jam sebelumnya. Saya merasa seperti mendapatkan tayangan ecek-ecek atau film yang dibuat khusus penggemar.”
Jadi, mungkin hal itu tergantung pada seberapa besar seseorang menyukai sekuelnya, seberapa banyak yang mereka tahu atau apakah mereka terganggu atau tidak dengan potongan cerita Marvel Comics yang sudah ada sebelumnya?
Terlepas dari layanan kepada penggemar dan harapan para penonton, satu hal yang jelas, yaitu film ini hanya memberikan sensasi dasar film thriller. Lihat saja tanggapan terhadap film ini dari Peter Bradshaw dari The Guardian.
“Kenikmatan dan kesenangan yang diberikan oleh film ini menggabungkan unsur serius dan komedi. Tanpa komedi, drama tidak akan sukses ditampilkan. Namun, tanpa momen serius, hal-hal yang lucu juga tidak akan berhasil tampil,” ulasnya.
Sepertinya kritikus The New York Times A.O. Scott mengatakannya dengan sangat baik mengenai Endgame yang sempurna dan menarik, tanpa melihat siapa penontonnya. Ia menulis bahwa film tersebut memungkinkan berkembangnya nostalgia yang hits dan akhir ceritanya seperti orkestra konser besar di mana semua musisi tampil bergandengan tangan dan menyanyi lagu semacam ‘Akankah lingkarannya tak terputus’. Anda mungkin tidak berpikir demikian, tapi itu benar.
Avengers: Endgame akan dirilis Jumat ini (26 April 2019) di Amerika Serikat, tetapi Anda pasti sudah mengetahui tentangnya.
Penerjemah: Meganindy
Sumber: hollywoodreporter.com
Editor: Muhammad Nashir