Pentingnya mendorong gaya hidup sadar lingkungan di generasi kini

Suaramuslim.net – “Dunia sekarang ini sedang tidak sedang baik-baik saja” (Sri Mulyani, 2024).

Aktivitas manusia di era industri dan teknologi hingga saat ini seringkali membahayakan kondisi bumi yang kita tempati.

Beberapa fenomena dan data yang menunjukkan kondisi dunia yang kita tinggali tidak baik-baik saja dapat kita lihat di sekeliling kita, antara lain:

– Pemanasan global mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2024 dianggap tahun terpanas di Indonesia dengan suhu rata-rata 27,50C dan anomali di atas normal 0,80C. Hal tersebut diakibatkan peningkatan penggunaan freon, polusi udara akibat peningkatan jumlah kendaraaan bermotor dan polusi industri (BMKG, 2024).

– Peningkatan volume sampah industri dan konsumsi. Timbunan sampah nasional Indonesia di 2024 mencapai 64 juta ton /tahun. Dengan 12% dari jumlah tersebut adalah sampah plastik (indonesia.go.id, 2025).

– Deforestasi netto di tahun 2024 tercatat sebesar 175.400 hektar, dengan Kalimantan sebagai wilayah terparah (kehutanan.go.id, 2025).

– 32,82% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia, pemanfaatan berlebihan dan perubahan iklim (sulawesi.bisnis.com, 2025).

– Dari sekitar 6.500 spesies tumbuhan di Indonesia, sebanyak 1.391 spesies terancam punah di tahun 2025 (darilaut.id, 2025), dari dunia fauna, 358 spesies berrstatus kritis dan 640 berstatus terancam (kehati.or.id, 2021).

 “Untungnya bumi masih berputar” (Bernadya, 2024)

Walaupun sebagai manusia kita sudah seburuk itu memperlakukan alam di mana kita tinggal, namun Tuhan masih mengijinkan dunia berputar, dan memberi kesempatan kepada kita untuk memperbaiki diri.

Berbagai kondisi lingkungan yang buruk semakin meningkat sejalan dengan ketidaksadaran atas perilaku konsumsi yang perduli pada lingkungan (sustainable consumption behavior/SCB). Terutama dalam hal ini adalah ketidaksadaran perilaku konsumsi pada para generasi muda pewaris kehidupan mendatang.

Untuk itu menjadi penting kiranya memahami bagaimana menggerakkan generasi milenial, z, alpha dan betha untuk lebih memiliki perilaku konsumen yang berkelanjutan (SCB).

Indonesia terutama dikatakan memiliki keunggulan dalam hal pertumbuhan generasi usia produktif, atau dengan kata lain dinyatakan memiliki bonus demografi.

Proyeksi BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2050, proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan mendominasi hingga 64% dari total populasi (ganto.co, 2024). Data ini menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan generasi produktif sangat diperlukan, mengingat merekalah yang harus mewarisi bumi, dan harus melakukan manajemen pengelolaan lingkungan.

Membangkitkan semangat generasi milenial untuk lebih memiliki kesadaran dan pengetahuan lingkungan menjadi suatu hal penting. Mengutip Wakil Presiden RI, Bapak Gibran Rakabuming Raka (2025) jangan sampai bonus demografi kita menjadi bencana demografi.

Materi pidato pengukuhan saya menggambarkan, bahwa berbagai aktivitas telah saya lakukan untuk memahami proses membangun SCB sebagai sesuatu yang penting untuk masa depan generasi bumi ke depan.

Hasil berbagai riset yang saya paparkan pada hari ini mendapatkan hasil bahwa untuk membangun perilaku SCB dibutuhkan implementasi dari model “extended TPB” antara lain.

Pembentukan sikap positif pada lingkungan dengan pemasaran spiritual

Pembentukan sikap dan mental positif untuk para konsumen muda ini dapat dilakukan dengan di antaranya pembekalan pemasaran spiritual untuk membahas pengetahuan pada lingkungan serta relijiusitas mengenai keberlanjutan lingkungan.

Memberikan muatan spiritual bahwa kegiatan perlindungan alam merupakan bentuk aktivitas rahmatan lil ‘alamin yang berpahala yang harus diemban manusia sebagai khalifatullah fil ardhi, dapat memberikan penguatan pada SCB. 

Alhamdulillah, hal tersebut telah dilakukan dalam kurikulum di Departemen Manajemen FEB UNAIR. Terakomodasi dalam MK Etika Bisnis di S1 Manajemen serta MK Seminar dan MK Etika Bisnis dan CSV di Magister Manajemen. Bahkan penghargaan TOP CSV Awards serta sertifikat HaKI telah didapat oleh para mahasiswa Magister Manajemen dalam beberapa tahun ini, yang menunjukkan proses pendidikan SDGs telah mengarah pada arah yang baik.

Adapun pesan relijiusitas telah dilakukan juga Depertemen Manajemen FEB UNAIR, dengan cara memunculkan berbagai buku dan siaran radio bekerja sama dengan radio Suara Muslim mengenai manajemen spiritual dan pemasaran spiritual, yang menyampaikan berbagai ajaran agama dalam aktivitas pemasaran oleh pemasar dan pengkonsumsian produk oleh konsumen.

Pemasaran transformatif dari perusahaan pemasar produk ramah lingkungan dan LSM perlindungan lingkungan

Diperlukan untuk lebih menyesuaikan diri dengan kondisi perkembangan media dan konsumen. Termasuk dengan memanfaatkan influencer yang tepat.

Dari  Kumar (2018) disampaikan bahwa pemasaran transformatif adalah sebuah konsep dalam praktik pemasaran yang terus dinamis dalam perjalanan waktunya secara cepat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan dan permintaan konsumen. Ditambahkan oleh Lim (2023), pemasaran transformatif semakin dibutuhkan di era ini, karena perubahan yang terjadi di lingkungan semakin berkembang cepat, dan tak terduga.

Generasi milenial adalah generasi yang mudah terpengaruh lingkungan sosialnya terutama lingkungan media sosialnya, yang menjadikan adanya perilaku FOMO (Fear of Missing Out). Perilaku ini dapat dimanfaatkan ke arah yang positif, yakni membentuk lingkungan sosial yang mendukung pada masalah konsumsi berkelanjutan.

Mengarahkan generasi milenial pada perilaku dan gaya hidup bijaksana seperti YONO (You Only Need One) dibanding perilaku mengkonsumsi produk yang untuk tujuan konsumsi berfoya-foya dan memprioritaskan pada merk terkenal dan kemewahan karena prinsip hidupnya adalah kita hanya hidup sekali saja (You Only Live One/YOLO).

Manusia dengan tipe gaya hidup YOLO ini telah disinyalkan dalam Al-Qur’an: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.” (Terjemah Q.S. Hud: 15).

Adapun YONO adalah gaya hidup yang mendorong konsumsi dengan penuh pertimbangan. Prinsipnya kesederhanaan, yaitu membeli barang yang benar-benar diperlukan, berkualitas, dan tahan lama (www.detik.com, 2024).

Dalam Al-Qur’an generasi dengan gaya hidup seperti ini juga sudah disinyalir, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Terjemah Q.S. Al Hasyr: 18). 

Mengimbangi pesan dengan konteks spiritual, dapat memperkuat penerimaan pada konsep keberlanjutan. Untuk itu konsumen yang cerdas harus dapat mengimplementasikan pemasaran spiritual dalam aktivitas konsumsinya. Maka Pendidikan dan pengaruh lingkungan harus dapat mengarahkan generasi milenial untuk mengakomodasi gaya hidup YONO.

Prof. Dr. Gancar Candra Premananto, SE., MSi., CDM., CCC., CI., AIBIZ., QCRO.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.