Suaramuslim.net – Di era digital seperti saat ini, media sosial dan media mainstream telah menjadi kekuatan yang sangat besar dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi perilaku masyarakat. Dengan miliaran pengguna di seluruh dunia, media sosial memiliki potensi yang luar biasa untuk menyebarkan ide dan gagasan yang dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan umat manusia.
Oleh karena itu, cendekiawan Muslim memiliki tanggung jawab besar untuk memanfaatkan media ini sebagai sarana untuk mengedukasi, menginspirasi, dan mentransformasikan masyarakat ke arah yang lebih baik, sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang diridhai oleh Allah SWT.
Media sosial sebagai wadah dakwah dan pendidikan
Cendekiawan Muslim saat ini harus menyadari bahwa mereka hidup di tengah-tengah revolusi informasi yang memungkinkan pesan-pesan kebaikan dan pengetahuan tersebar dengan sangat cepat.
Dengan memanfaatkan platform seperti YouTube, Twitter, Instagram, dan Facebook, cendekiawan dapat menjangkau jutaan orang, termasuk mereka yang mungkin tidak pernah terjangkau oleh ceramah atau tulisan akademik konvensional. Oleh karena itu, salah satu peran utama cendekiawan Muslim adalah menjadi sumber informasi yang terpercaya dan edukatif di dunia maya.
Seperti yang dijelaskan oleh Nasr (2012), umat Islam memiliki kewajiban untuk mengarahkan pengetahuan dan wawasan mereka demi kebaikan umat manusia. Cendekiawan Muslim diharapkan bisa menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan kajian ilmiah yang tidak hanya mendalam, tetapi juga aplikatif dan kontekstual dengan realitas zaman.
Misalnya, mereka bisa mengkaji tema-tema seperti keadilan sosial, keberagaman, perdamaian, dan etika dalam Islam, serta menghubungkannya dengan isu-isu global yang relevan saat ini.
Pentingnya keberadaan cendekiawan Muslim di media sosial juga tercermin dalam upaya mereka untuk mengatasi misinformasi dan berita palsu yang sering beredar di platform-platform tersebut.
Dengan menggunakan keahlian mereka, cendekiawan Muslim dapat mengoreksi penafsiran keliru terhadap ajaran Islam yang sering kali digunakan oleh kelompok radikal atau ekstremis untuk membenarkan tindakan kekerasan dan intoleransi.
Sebagai contoh, mereka dapat memberikan klarifikasi tentang makna jihad yang sebenarnya dalam konteks yang lebih mendalam dan berimbang, sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadis (Abdul-Rahman, 2017).
Menghadirkan pesan kebaikan dan moderasi dalam Islam
Media sosial memungkinkan cendekiawan Muslim untuk memperkenalkan konsep Islam yang moderat dan damai, yang sering kali terdistorsi oleh pandangan yang salah.
Menurut Sardar (2013), salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh umat Islam di dunia saat ini adalah kesalahpahaman tentang ajaran Islam, yang sering kali dikaitkan dengan ekstremisme dan kekerasan.
Cendekiawan Muslim memiliki tanggung jawab moral untuk menjelaskan ajaran Islam yang penuh dengan kasih sayang, keadilan, dan perdamaian, serta menentang segala bentuk kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Dengan menghadirkan kajian ilmiah dan refleksi spiritual yang mendalam di media sosial, cendekiawan Muslim dapat memberikan kontribusi besar dalam menciptakan kedamaian global dan mengurangi ketegangan antaragama dan antarkelompok. Hal ini sangat penting dalam konteks dunia yang semakin terpolarisasi, di mana ketegangan sosial dan politik semakin meningkat.
Cendekiawan Muslim dapat memperkenalkan nilai-nilai universal yang terkandung dalam ajaran Islam, seperti rasa hormat terhadap hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan kepedulian terhadap sesama.
Mentransformasikan masyarakat melalui media
Peran penting cendekiawan Muslim dalam media sosial dan media mainstream tidak hanya terbatas pada penyebaran pengetahuan, tetapi juga dalam mentransformasikan masyarakat.
Media adalah saluran yang sangat efektif untuk mendorong perubahan sosial, dan cendekiawan Muslim memiliki peluang untuk memanfaatkan platform ini untuk mendorong perbaikan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.
Salah satu aspek penting dari perubahan sosial yang dapat dipromosikan adalah kesadaran akan pentingnya membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan berkeadaban.
Sebagai contoh, cendekiawan Muslim dapat menggunakan media untuk mengedukasi masyarakat tentang isu-isu sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan ekonomi, perubahan iklim, dan hak perempuan, yang semuanya memiliki dimensi moral dan etis dalam Islam. Dengan menyoroti isu-isu ini, mereka dapat mendorong perubahan yang lebih besar di tingkat masyarakat dan negara, serta membantu menciptakan kebijakan publik yang lebih berpihak pada kebaikan umat manusia (Iqbal, 2018).
Tidak hanya itu, cendekiawan Muslim juga harus berperan aktif dalam memperjuangkan hak-hak minoritas dan kelompok yang tertindas.
Media sosial memberikan platform untuk menyuarakan keadilan, dan cendekiawan Muslim dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk membela hak-hak umat Islam di seluruh dunia, seperti yang terjadi di Palestina, Myanmar, dan negara-negara Muslim lainnya yang tengah menghadapi penindasan (Rahman, 2019).
Peran penting cendekiawan Muslim di era digital
Peran cendekiawan Muslim di era digital ini sangat krusial. Mereka harus mampu memanfaatkan media sosial dan media mainstream sebagai platform untuk mengedukasi masyarakat, membangun kedamaian, serta mentransformasikan masyarakat menuju perubahan yang lebih baik, yang sesuai dengan ajaran Islam yang diridhai oleh Allah SWT.
Dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks, cendekiawan Muslim harus mampu menjadi pemimpin pemikiran yang memberikan kontribusi positif baik di dunia maya maupun dunia nyata. Dengan komitmen untuk berbicara dengan kebenaran, memperkenalkan Islam yang moderat, dan mendukung nilai-nilai kebaikan, mereka dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi umat, bangsa, dan dunia.
Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur
Tulisan berseri, Apakah Kita Cendekiawan Muslim? (Bagian 2)