Suaramuslim.net – Belum selesai kita menonton serangan Generative AI seperti ChatGPT yang membuat banyak pekerjaan lenyap, kini muncul musuh baru yang lebih besar: Agentic AI. Ini bukan sekadar teknologi yang bikin teks atau gambar seperti ChatGPT. Agentic AI lebih menyeramkan. Dia bisa bekerja sendiri, membuat keputusan, bahkan menggantikan manusia dalam tugas-tugas yang lebih kompleks; mulai dari mengatur rantai pasok di pabrik sampai optimasi proses produksi bahkan merancang promosi untuk menaikkan penjualan.
Kalau Generative AI seperti ChatGPT, Deepseek itu seperti asisten pribadi yang butuh arahan, Agentic AI itu ibarat manager cerdas yang langsung mengambil alih pekerjaan kita. Tanpa tunggu perintah, dia langsung jalan sendiri sesuai tugas dalam divisinya.
Bukan cuma mengerjakan, dia juga mengevaluasi hasilnya, berkoordinasi dengan agentic AI di divisi yg lain. Bayangkan, mesin yang bisa memutuskan apa yang harus dilakukan, seolah-olah dia punya otaknya sendiri.
China dan Amerika saling serang di medan perang AI Generatif
Di Timur, China lewat Deepseek dan Qwen melancarkan serangan besar di dunia teknologi. Amerika terbelalak! Mereka tidak mau kalah. Serangan balik datang lewat Tulu, teknologi canggih yang katanya lebih efektif. Tapi tetap saja, model bisnis AI generatif yang dibangun perusahaan besar seperti OpenAI dan NVIDIA belum pulih dan perang ini yang kita masih belum selesai menontonnya adalah masih pada judul perang Generatif AI.
Sekarang dunia sedang memasuki era baru; lebih dahsyat, lebih canggih, tapi juga lebih berbahaya. Judulnya Agentic AI, ini bisa mengancam eksistensi banyak pekerjaan, bahkan bisnis-bisnis besar.
Apa itu Agentic AI?
Bedanya dengan Generative AI, Agentic AI bisa bekerja secara mandiri. Dia bukan hanya menghasilkan teks, gambar, atau video, tapi dia bisa langsung menyusun strategi dan menyelesaikan masalah sendiri.
Bayangkan Anda punya Marketplace…
Misalnya, Anda punya marketplace yang menjual pakaian. Dengan Agentic AI, Anda tinggal beri satu perintah: “Naikkan penjualan bulan ini sebesar 30%.”
Apa yang akan dilakukan Agentic AI? Dia akan bekerja layaknya tim marketing, analis data, hingga manajer keuangan.
Pertama, dia akan menganalisis data pasar—melihat tren produk, mempelajari perilaku konsumen, dan mencari celah di pasar.
Kemudian, dia akan memutuskan strategi promosi, misalnya:
Membuat kampanye diskon spesial berdasarkan perilaku pelanggan.
Menulis sendiri iklan Facebook dan Google Ads, lengkap dengan desain visualnya.
Menentukan budget iklan secara real-time dan menyesuaikan alokasi dana agar iklan paling efektif.
Mengirim email promosi otomatis kepada pelanggan setia untuk meningkatkan penjualan.
Memantau hasil promosi dan mengoptimalkannya setiap jam agar target profit tercapai.
Luar biasa? Tentu saja. Tapi di sisi lain, pertanyaannya: Berapa banyak karyawan yang tergantikan oleh teknologi ini?
Biasanya, pekerjaan seperti itu membutuhkan tim yang terdiri dari:
Analis data
Tim marketing digital
Desainer grafis
Manajer media sosial
Copywriter
Tim keuangan
Dengan Agentic AI, semua itu bisa diambil alih oleh satu teknologi tanpa henti, tanpa istirahat.
Contoh lain di perusahaan di Jerman, Agentic AI digunakan di pabrik-pabrik untuk memantau mesin, mendeteksi kerusakan lebih awal, dan mencegah kerugian besar.
Di Amerika, ada perusahaan yang pakai Agentic AI buat layanan pelanggan. Hasilnya? Keluhan pelanggan selesai dalam hitungan detik, bahkan sebelum pelanggan sadar ada masalah! Dia juga bisa menawarkan diskon atau kompensasi secara otomatis.
Ancaman atau peluang?
Ini yang harus kita pikirkan. Agentic AI memang bikin dunia lebih efisien, tapi di sisi lain, banyak pekerjaan akan hilang. Kita harus siap! Kalau tidak, kita cuma akan jadi penonton dalam revolusi teknologi ini. Peran manusia akan bergeser. Pekerjaan rutin diambil alih mesin, sementara manusia hanya fokus pada kreativitas, inovasi, dan pengawasan.
Jadi, apa yang harus kita lakukan?
Adaptasi! Itu kuncinya. Kita harus terus belajar dan menyesuaikan diri. Jangan cuma jadi penonton yang bingung, tapi jadilah pemain yang tahu cara memanfaatkan teknologi ini. Tsunami teknologi ini sudah datang, tinggal kita yang harus memilih; berselancar di atasnya atau tenggelam di bawahnya atau bahkan tak tahu apa yang sedang terjadi…?!
Agus M Maksum
Praktisi IT