RAKHINE (Suaramuslim.net) – Myanmar sedang melakukan tindakan genosida terhadap Muslim Rohingya, kata duta besar Bangladesh untuk Turki, Rabu (29/5), dikutip dari Anadolu Agency.
M. Allama Siddiki berbicara dalam sebuah seminar di Ankara berjudul ‘Emerging Bangladesh: Pembangunan Sosial Ekonomi, Hubungan dengan Turki dan Isu Rohingya.’
“Saya akan mengatakan apa perbedaan antara Myanmar dan Israel? Kami tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Kami tidak suka dan mendukung kesalahan mereka kepada orang-orang Palestina. Myanmar melakukan hal yang sama kepada orang-orang Rohingya,” kata Siddiki.
“Ini seperti tindakan genosida,” tambahnya.
Siddiki membahas latar belakang masalah ini dan memuji upaya negaranya untuk menerima Muslim Rohingya.
“Kami harus membuka perbatasan. Mereka akan mati jika kita tidak melakukannya. Tetapi itu adalah hal yang sangat berani untuk dilakukan,” katanya.
Dia juga memuji Turki dan Yordania atas upaya mereka menerima pengungsi Suriah.
“Seperti Turki dan Yordania, kami melindungi orang-orang yang melarikan diri dari kekejaman,” lanjutnya.
Siddiki mengatakan Bangladesh tidak memberikan status pengungsi kepada Rohingya karena ingin mereka kembali ke negara mereka secepat mungkin.
“Kami ingin mereka kembali ke Myanmar sesegera mungkin. Kami ingin mereka secara sukarela kembali ke Myanmar dalam kondisi aman. Kami ingin mereka memiliki kewarganegaraan Myanmar dalam jangka panjang,” tuturnya.
Dia juga berbicara tentang hubungan bilateral antara Turki dan Bangladesh.
“Baik Turki dan Bangladesh adalah Muslim Sunni dan melekat pada tasawuf. Ini adalah tulang punggung hubungan kami,” katanya.
Bangladesh dan Turki telah saling mendukung sejak Perang Kemerdekaan Turki antara 1919-1923.
“Turki juga mendukung Perang Pembebasan Bangladesh, yang merenggut 3 juta nyawa Bangladesh pada tahun 1971,” ujarnya menambahkan.
Siddiki juga menjelaskan tentang geografi, budaya, makanan, sistem politik, ekonomi, dan sejarah Bangladesh.
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat akan serangan sejak belasan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.
Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar. Demikian menurut sebuah laporan oleh Ontario International Development Agency (OIDA).
“Lebih dari 34.000 Rohingya juga dilemparkan ke dalam api, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli,” sebut laporan berjudul “Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap”.
Sekitar 18.000 perempuan dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar dan 113.000 lainnya dirusak.
Dalam sebuah laporan, penyelidik PBB mengatakan pelanggaran seperti itu mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan niat genosida.
Sumber: Middle East Monitor