Suaramuslim.net – Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berhasil membangun peradaban, bahkan puncak prestasi peradaban yang belum pernah dilampaui siapapun karena diisi oleh orang-orang mulia. Dari peradaban ini, menghadirkan tokoh-tokoh teladan di berbagai lini kehidupan.
Hal ini harus dikenalkan kepada anak-anak kita, generasi saat ini, agar mereka bangga dengan peradaban Islam. Karena saat ini banyak upaya untuk menjauhkan generasi muslim dari Islam.
Generasi kita harus bangga dengan Nabinya sebagai pemimpin peradaban, sekaligus kreator peradaban yang tinggi. Jangan sampai mereka tercekoki dengan Materialisme karena virus ini akan menghilangkan keagungan prestasi peradaban Nabi dalam hati mereka.
Contoh konsep Negara maju yang kita pakai saat ini adalah yang income per kapitanya tinggi dan tujuan (road map) peta pendidikan yang bisa mendukung ini tercapai, yaitu menghasilkan SDM yang punya income tinggi untuk menyumbang PDB negara, dengan income tinggi, negara jadi maju.
Sehingga kita dapati konsep pembangunan negeri ini adalah agar Indonesia punya banyak duit. Sebagai muslim, kita harus adil, income negara tinggi tentu tidak salah, tapi itu bukan yang utama.
Tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan manusia yang utuh; (hamba Allah dan khalifatullah yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, professional dan mandiri).
Lalu, bagaimana sebenarnya peradaban yang maju itu?
Di dalam Al-Qur’an disebut kriteria terpenting kemajuan adalah iman dan takwa.
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al A’raf: 96).
Ini Allah yang menjanjikan lho, berkah akan dibuka dari langit dan bumi. Itulah negara maju.
Sebenarnya kita punya model lengkap dalam bernegara ini.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).
Rasulullah diutus untuk apa? Apa yang diperintahkan beliau kepada kita, ambil. Apa yang dicegahnya, tinggalkan. Simpelnya gitu, ikuti Rasulullah.
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31).
Ikut Rasul itu bagaimana? Ikut dalam hal-hal yang disyariatkan kepada kita. Kenapa? Karena syariat ini istimewa. Gak ada umat lain di bumi ini yang diberi teladan lengkap seperti umat Islam. Ini anugerah.
Peradaban Barat itu gak punya model/teladan seperti umat Islam. Mereka gak ada model tetap.
Contoh, dulu LGBT dianggap penyakit dan tidak diakui. Sekarang Psikologi Barat sudah mengeluarkan homoseksual dari daftar penyakit/penyimpangan seksual. Lalu pernikahan homoseksual disahkan secara hukum negara dan ini diikuti negara di berbagai belahan dunia.
Sementara teladan Nabi itu sifatnya abadi, berbeda dengan syariat Nabi sebelumnya yang bersifat temporal.
Rasulullah itu rahmat bukan hanya untuk umat Islam, tapi seluruh alam. Ini terjadi, contohnya tercatat dalam lembaran sejarah peradaban manusia, bagaimana toleransi kepada Yahudi di Andalusia, Turki Usmani, bahkan dimulai dari sejak Nabi hijrah ke Madinah.
Apa yang bisa kita ajarkan kepada anak agar mereka bangga dengan peradaban Islam?
- Rasulullah membangun peradaban berbasis literasi
Beliau berhasil membangun peradaban yang awalnya tidak kenal baca tulis jadi masyarakat yang haus ilmu dalam waktu singkat, 23 tahun. Kita tahu bahwa kebangkitan awal sebuah bangsa dimulai dari budaya literasi yang kuat.
Mustafa A’zami membuktikan bahwa sahabat Nabi bukan hanya punya catatan Al-Qur’an, di masa yang masih sulit untuk menulis itu, bahkan mereka punya catatan hadis.
Ayat yang pertama turun adala perintah membaca dengan nama Tuhan Yang Menciptakan. Cara membaca yang diajarkan di sini adala dengan nama Allah, sehingga hasil bacaan itu berujung pada mengenal Allah.
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran: 191).
Ini prestasi besar. Beliau menghargai baca tulis. Tawanan perang yang bisa baca tulis bisa membebaskan dirinya dengan mengajarkan keahlian itu. Lihat, penghargaan yang sangat besar dari Nabi, tulisan dihargai nyawa.
Saat itu, tidak ada piagam konstitusi tertulis, pada tahun 600-an Masehi, tapi Nabi membuat piagam Madinah, konstitusi tertulis pertama di dunia. Jadi jangan kira Madinah itu ecek-ecek, dia adalah model negara dengan peradaban tinggi.
Beliau menulis surat kepada para raja dan penguasa. Ini nilai universal, mencintai ilmu dan baca tulis.
Peradaban yang dibangun Nabi bukan yang kaya harta, meskipun nanti mereka, para sahabat Nabi ini akan jadi sangat kaya, tapi mereka tahu bagaimana menempatkan kekayaan tersebut untuk tunduk kepada Allah.
Budaya haus ilmu ini menyebabkan para sahabat itu sampai sedih jika ketinggalan satu kali saja majelis bersama Nabi, sehingga mereka yang datang bergantian, saling berbagi catatan.
Umar datang ke majelis Nabi bergantian dengan temannya, jika giliran Umar tidak datang, temannya akan berbagi apa saja yang dia dapatkan dalam majelis Nabi, begitu sebaliknya.
- Rasulullah membangun masyarakat yang cinta tolong menolong
Budaya ini diajarkan, dicontohkan dan diwujudkan dalam masyarakat. Bukan hanya pelajaran teks. Banyak hadis yang menguatkan ini, misalnya hadis kesempurnaan iman:
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (Al-Bukhari).
Dulu, yang kuat adalah fanatisme kabilah. Rasulullah mendamaikan dan mempersaudarakan mereka. Ini peradaban yang tinggi sekali, menjadi masyarakat yang sangat cinta dengan saudara, agama, dan negaranya.
- Rasulullah membangun masyarakat taat hukum
Ciri peradaban tinggi adalah taat hukum. Kita bisa lihat bagaimana Rasulullah menegakkan hukum dan keadilan. Bahkan dengan kalimat pengandaian, jika anaknya sendiri yang mencuri tetap akan dihukum.
Beliau mendidik manusia-manusia taat hukum. Ada seorang wanita hamil karena berzina, dia datang sendiri kepada Nabi minta dihukum, minta dirajam. Dia menyesal dan ingin menebus dosanya.
Orang-orang yang taat hukum ini tentu sangat besar keinginannya untuk berjuang memberi kepada negaranya, berkorban besar, bukan malah merampok negara.
Rasulullah berhasil membangun masyarakat seperti itu, tentu tidak gampang untuk kita wujudkan sekarang.
- Rasulullah membangun masyarakat yang benci khamr
Khamr, narkoba, mabok, ini penyakit masyarakat yang sangat berbahaya. Nabi berhasil mengubah masyarakat yang doyan mabok jadi sangat benci dengan khamr. Budaya yang sangat mengakar ratusan tahun bisa diubah, tapi tentu bertahap.
Khamr (minuman keras) dilarang secara bertahap, karena tradisi ini sangat mengakar dalam budaya mereka.
Pertama, khamr masih dibolehkan. Lalu turun ayat berisi perintah menjauhkan diri dari khamr karena mudaratnya lebih besar daripada maslahatnya. Tahap ketiga, turun ayat melarang khamr pada satu waktu (misal waktu akan shalat) dan membolehkan pada waktu lainnya. Tahap terakhir, khamr diharamkan secara tegas.
Bandingkan, dengan legislator dan pemerintah kita yang sampai saat ini belum selesai membahas RUU larangan minuman beralkohol, dengan alasan ekonomi, bisnis, dan pariwisata serta adat.
Padahal, hasil studi menjelaskan bahwa 20 riset di 12 negara menyebutkan beban ekonomi dari minuman keras adalah 0,45 persen hingga 5,44 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).