COX’S BAZAR (Suaramuslim.net) – Sekitar 200.000 muslim Rohingya menggelar demonstrasi di sebuah kamp pengungsi di Bangladesh pada Ahad (25/8/). Aksi ini untuk memperingati dua tahun terusirnya mereka dari kampung halaman di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Mereka menamakan peringatan ini sebagai “Hari Genosida.” Anak-anak, wanita dan laki-laki berkumpul di Kutupalong, kamp pengungsi terbesar di dunia. Mereka meneriakkan yel-yel “Maha Besar Allah yang masih memberi kehidupan pada Rohingya.”
“Saya datang untuk menuntut keadilan setelah dua putra saya terbunuh. Saya akan terus berjuang sampai nafas terakhir,” kata Taiba Khatun (50) di lokasi aksi sambil mengusap air mata di pipinya.
Para penyelidik PBB menyebut kampanye militer Myanmar sebagai “genosida” dan menyerukan penuntutan para jenderal negara yang sebelumnya bernama Burma itu.
Myanmar telah menolak tuduhan itu, dengan mengatakan pihaknya “mempertahankan diri dari serangan pemberontak Rohingya.”
Salah satu pemimpin Rohingya, Mohebullah, menjelaskan pada Ahad bahwa warga Rohingya bersedia pulang ke kampung halaman mereka namun dengan tiga syarat. Yaitu, keselamatan mereka dijamin, mendapat status warga negara Myanmar dan bisa hidup kembali di desa kelahiran.
“Kami telah meminta pemerintah Burma untuk membuka dialog tetapi kami belum menerima tanggapan sejauh ini,” jelasnya.
“Kami dipukuli, dibunuh, dan diperkosa di Rakhine. Tapi itu tidak masalah. Ada tanah kami dan kami masih ingin kembali ke sana,” lanjut Mohebullah.
Para siswa Rohingya di sekolah-sekolah, yang didirikan oleh badan-badan bantuan, berbaris dengan membawa bendera dan meneriakkan slogan-slogan “Kami Rohingya, bukan Bangali” merujuk pada pelabelan Rohingya di Myanmar.
Warga Rohingya juga menggelar doa bersama kepada para korban kebengisan pemerintah. Mereka membawa tulisan besar berbunyi “Bicaralah dengan kami tentang kewarganegaraan dan etnis Rohingya kami.”
Pasukan keamanan Bangladesh menjaga ketat jalannya aksi.
Sekitar 740.000 Rohingya melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar barat pada Agustus 2017 setelah penumpasan tentara di negara yang mayoritas beragama Budha itu.
Sekitar satu juta Rohingya tinggal di lebih dari 30 kamp di daerah Cox Bazar di perbatasan tenggara Bangladesh.
Sumber: AFP