Suaramuslim.net – 27 Rajab bagi umat Islam adalah hari bersejarah, hari saat Rasulullah SAW menjalani perjalanan Isro’ Mi’roj. Bukan sekadar perjalanan fisik biasa, tetapi perjalanan spiritual yang penuh dengan hikmah dan pelajaran bagi kita semua.
Yang menarik dari peristiwa ini adalah bagaimana Allah SWT memberikan perintah sholat langsung kepada Rasulullah SAW. Jangan salah, perintah sholat ini bukanlah hal yang biasa. Sebab, lewat perjalanan inilah, sholat yang kita kerjakan lima kali sehari, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Muslim, ditetapkan.
Semula, jumlahnya adalah 50 kali sehari, lalu setelah dialog panjang antara Rasulullah, langsung dengan Allah SWT, akhirnya berkurang menjadi 5 kali, namun pahalanya tetap setara dengan 50 kali.
Apa yang sebenarnya terkandung dalam peristiwa Isro’ Mi’roj ini? Apa pesan yang bisa kita ambil dan terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari?
Sholat adalah tiang agama yang tak boleh dilewatkan
Sholat, yang langsung diturunkan melalui peristiwa ini, adalah tiang agama. Bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi sebuah kesempatan emas untuk menghubungkan diri kita dengan Sang Pencipta. Dalam Surah Al-Baqarah (2:43), Allah dengan jelas memerintahkan kita untuk mendirikan sholat.
“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk,” begitulah perintah-Nya.
Bahkan, dalam Surah Al-Mu’minun (23:1-2), Allah berfirman bahwa orang yang beruntung adalah mereka yang khusyuk dalam sholatnya.
Khusyuk, ini bukan sekadar gerakan fisik semata, tapi menyeluruh: hati, pikiran, dan jiwa. Karena sholat yang khusyuk adalah kunci untuk menghindarkan kita dari perbuatan keji dan mungkar, seperti yang disampaikan dalam Surah Al-Ankabut (29:45): “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”
Momen Isro’ Mi’roj dan kekuatan sholat
Perjalanan Isro’ Mi’roj adalah titik balik penting dalam hidup kita sebagai umat Muslim. Apa yang terjadi pada malam itu adalah pelajaran tentang bagaimana sholat bisa menjadi jalan untuk memperbaiki diri, bukan hanya secara spiritual, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu banyak hadis yang menekankan pentingnya sholat, salah satunya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: “Sesungguhnya sholat itu adalah tiang agama, barang siapa yang mendirikannya, maka ia telah mendirikan agama. Barang siapa yang meruntuhkannya, maka ia telah meruntuhkan agama.”
Jika sholat adalah tiang agama, bayangkan seberapa rapuh kehidupan kita jika tiang itu roboh. Maka dari itu, sholat adalah kewajiban yang harus kita jaga dan laksanakan dengan sungguh-sungguh.
Dalam perjalanan Isro’ Mi’roj, Rasulullah SAW juga menunjukkan betapa pentingnya menjaga kualitas sholat, bukan sekadar kuantitas. Saat beliau menerima perintah sholat, bukan hanya jumlah yang diperhitungkan, tetapi juga kualitas, kekhusyukan, dan kedekatan hati kita dengan Allah.
Awalnya sholat diwajibkan sebanyak 50 kali setiap hari, namun dengan pertimbangan dan rahmat Allah, jumlahnya dikurangi menjadi 5 kali, tetapi pahalanya tetap setara dengan pahala 50 kali.
Sholat yang mengubah hidup
Jika kita merenungkan lebih dalam, sholat yang kita kerjakan lima kali sehari bukan hanya sebuah ritual. Sholat adalah sarana untuk mengubah hati dan hidup kita. Bagaimana mungkin kita bisa berharap hidup kita tenang jika kita lalai dalam berkomunikasi dengan Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu?
Di sini, kita harus belajar bagaimana memaknai sholat lebih dari sekadar kewajiban. Sholat adalah kesempatan untuk membersihkan hati dari kekotoran, untuk kembali kepada fitrah kita sebagai hamba Allah yang lemah dan membutuhkan-Nya.
Jangan biarkan sholat hanya menjadi rutinitas yang cepat selesai tanpa makna, karena itu hanya akan menambah beban kita, bukan memberi ketenangan.
Khusyuk adalah kunci agar sholat tak sekadar gerakan fisik
Sekarang, mari kita renungkan satu hal yang sangat penting: khusyuk. Apakah kita benar-benar bisa merasakan kehadiran Allah saat kita mengangkat tangan untuk memulai sholat? Apakah hati dan pikiran kita bisa fokus, atau malah melayang-layang ke dunia luar?
Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam banyak hadis bahwa kekhusyukan adalah inti dari sholat yang benar. Tanpa itu, sholat hanya sekadar gerakan fisik, tanpa ada perubahan nyata dalam hidup kita.
Beberapa langkah praktis yang bisa kita coba untuk meningkatkan kekhusyukan dalam sholat antara lain adalah dengan mempersiapkan hati sebelum sholat, merenungkan makna setiap bacaan, dan menghindari gangguan pikiran yang tidak perlu. Agar sholat kita menjadi alat untuk meraih ketenangan hati dan mencegah kita dari perbuatan yang buruk.
Meningkatkan kualitas sholat berarti meningkatkan kualitas hidup
Mungkin, bagi kita yang sudah terbiasa dengan sholat, tak terasa lagi betapa besar manfaatnya. Namun, marilah kita mulai memperbaiki kualitas sholat kita, dengan niat untuk benar-benar mendekatkan diri kepada Allah. Sholat yang dilaksanakan dengan khusyuk, dengan penuh penghayatan, pasti akan membawa dampak positif bagi kita.
Sholat itu bukan hanya untuk Allah, tetapi untuk kita sendiri. Sholat adalah alat untuk memperbaiki diri kita sebagai hamba-Nya.
Mari kita gunakan peringatan Isro’ Mi’roj ini sebagai momentum untuk lebih mendalami makna sholat dan menjadikannya sebagai sarana untuk menjadi pribadi yang lebih baik, yang senantiasa menjaga hubungan dengan Allah, serta menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi sesama.
Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur