Suaramuslim.net – Raut wajah gembira nampak pada wajah Nessa Endira Putri. Siswi baru kelas IX SMAIT Insan Kamil Halmahera Selatan. Ia tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya setelah mendapatkan beasiswa pendidikan.
Ibunya hanya pengrajin sagu lempeng yang hasilnya dijual ke pasar tradisional. Itupun tidak setiap hari sang ibu dapat berjualan karena beberapa kendala. Tiap pekan penghasilannya tidak menentu, kadang hanya dapat untung 200 ribu bahkan kurang.
Nessa sendiri ingin melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP, namun keluarganya kesulitan secara finansial.
Selama ini, Nessa adalah siswa berprestasi di sekolahnya. Dia pun juga sedang menghafalkan Al-Qur’an dan sudah memiliki 3 juz hafalan. Demi mendukung cita-citanya, Laznas LMI melalui kemurahan donatur menyalurkan bantuan beasiswa.
Angka kemiskinan meningkat
Kisah Nessa tidak hanya seorang diri. Kita mungkin sering melihat kisah-kisah serupa di keseharian maupun yang sedang viral di media sosial.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan per Maret 2020 mengalami kenaikan menjadi 26,42 juta orang. Dengan posisi ini, persentase penduduk miskin per Maret 2020 juga ikut naik menjadi 9,78%.
Dibanding Maret 2019 peningkatannya mencapai 1,28 juta orang dari sebelumnya 25,14 juta orang. Persentase penduduk miskin juga naik 0,37 persen poin dari Maret 2019 yang hanya 9,41 persen.
Angka kemiskinan Maret 2020 juga meningkat 1,63 juta orang dari September 2019 yang mencapai 24,79 juta orang. Persentase Maret 2020 ini naik 0,56 persen poin dari September 2019 yang hanya mencapai 9,22 persen.
Perhitungan angka kemiskinan yang digunakan BPS pada Maret 2020 menggunakan garis kemiskinan Rp452.652 per kapita per bulan. Komposisi garis kemiskinan didominasi 73,86% dari kelompok makanan seperti beras sampai rokok kretek filter dan sisanya 26,14% bukan makanan seperti biaya perumahan, bensin, listrik sampai pendidikan.
Jika dibedah lebih lanjut, peningkatan tingkat kemiskinan terjadi di desa dan kota. Peningkatan tingkat kemiskinan di kota mencapai 1,12 persen poin dari September 2019 yang berkisar 6,56% menjadi 7,38%. Peningkatan di desa lebih landai dengan kisaran 0,22% dari 12,60% menjadi 12,82%.
Refleksi kemerdekaan dan semangat kemanusiaan
Saat ini Indonesia memperingati kemerdekaannya. Usia yang matang sebagai sebuah negara, 75 tahun. Jika diibaratkan seorang manusia, 75 tahun merupakan usia yang sangat matang. Matang pengalaman, matang segala hal.
Sebelum merdeka 1945, kita pernah dijajah banyak negara: Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Kurang lebih 350 abad. Bukan masa yang mudah, saat seluruh elemen bangsa yang terdiri dari pejuang revolusi, ulama, guru, dokter, berani mengibarkan bendera merah putih.
Faktanya para pendahulu berhasil mencapai impian itu, merdeka. Muda-mudi pun bersorak, tanah, air, dan segalanya menjadi milik Indonesia kembali.
Sayang, Indonesia hanya bangun sebentar. Kini pun mulai lunglai lagi. Tidur lagi. Sebab refleksi 75 tahun ini kita lihat kemiskinan semakin meningkat, ketimpangan, keterpurukan sudah menjadi makanan dalam keseharian.
Saat ini ada sekitar 60.000an mustahik penerima manfaat Laznas LMI. Mustahik itu terdiri buruh tani, anak yatim-piatu, duafa. Banyak mereka yang mengisi posisi pekerjaan informal, tak jarang juga menjadi pengangguran struktural.
Jika melihat angka tersebut, rasanya masih sangat kecil untuk membantu antar sesama, dengan kondisi keindonesiaan hari ini. Faktanya, masih ribuan, hingga jutaan, masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Siapa lagi yang membantu mereka?
Refleksi kemerdekaan yang ke-75 ini, hendaknya kita tidak melupakan kerja-kerja yang mulai terlupakan, yakni kerja kemanusiaan, sebab sebenarnya itu adalah amanah kemerdekaan
Agung Wijayanto
Presiden Direktur Laznas LMI