SURABAYA (Suaramuslim.net)-Jika kebanyakan orang frustasi, putus asa, mengurung diri saat mendapatkan vonis dokter atas penyakit mematikan yang diderita, Namrokh Endang berbeda. Ia justru dengan tenang menghabiskan sisa hidupnya menjadi penghafal Al Qur’an.
Namrokh Endang S, divonis dokter menderita kanker payudara stadium 4 sejak tahun 2012 silam. Sekilas, ia memang tampak sehat, karena selama berinteraksi tak pernah sedikitpun ia mengeluh tentang sakit yang dideritanya.
“Meskipun sakit, tak sedikitpun saya pernah mendengar keluhannya,” ujar Siti Romlah, pengajarnya di Griya Al Qur’an Cabang Cisadane, Surabaya.
Selain tidak pernah mengeluh, Namrokh juga dikenal sangat tegar dalam menghadapi penyakit ganas yang bersemayam di tubuhnya itu.
Romlah pernah bertanya tentang penyakitnya itu mulai awal hingga akhir. Namrokh menjawabnya dengan sangat santai. “Beliau menceritakan dengan tenang, tanpa ada kesan sedih. Beliau justru menyemangati temannya Bu Diana yang sedang sakit syaraf kecetit agar nurut kata dokter. “Jangan seperti saya yang tidak mau dioperasi dokter dan akhirnya terlambat sehingga penyakitnya sudah menjalar kemana-mana,” kata Ustadzah Romlah menirukan perkataan almarhumah.
Penyakit ganas di tubuhnya ternyata memang tak bisa mengalahkan semangatnya. Wanita kelahiran 2 April 1971 itu tak pernah patah arang. Ia terus memaksa dirinya untuk terus berangkat ke Griya Al Qur’an cabang Cisadane Surabaya, menghafal ayat demi ayat firman Allah itu.
Namrokh, menurut penuturan Ustadzah Romlah, biasanya berangkat ngaji dijemput dan diantar pulang teman sekelasnya.
“Bu Diana atau Bu Atiq, teman sekelasnya yang seringkali menjemputnya. Namun jika temannya berhalangan pun, beliau masih berusaha hadir dengan memanggil gojek,” kagum Ustadzah Romlah.
Menghafal Untuk Bekal Mati
Dalam ceritanya, Namrokh sudah berikhtiar berobat dan juga melakukan kemoterapi, tapi tak kunjung membaik.
“Meski begitu, beliau masih istiqamah mengaji dan menghafal Al Qur’an. Terakhir ngaji sama saya, hafalannya sudah sampai juz 3 akhir. Saat saya tanya, mengapa begitu bersemangat menghafal Al Qur’an, beliau menjawab dengan tenang, katanya untuk sangu saat mati nanti,” cerita Romlah.
Namrokh Endang, menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (10/10) pukul 11.45 WIB lalu di rumahnya dengan meninggalkan 2 anaknya. Meski ia sudah tiada, semangatnya masih terasa di lingkungan sekitarnya, terutama bagi teman-teman sekelasnya di Griya Al Qur’an Cabang Cisadane Surabaya.
“Selamat jalan Bu Namrokh, Allah subhanahu wa ta’ala ternyata lebih mencintaimu. Seluruh pengurus dan asatidzah Griya Al Qur’an tak henti-hentinya mendoakanmu dan turut mendoakan semoga Allah ta’ala memberimu tempat tertinggi di sisi-Nya, karena kami yakin engkau “pulang” menyandang status syahidah,” tutup Romlah.
Kontributor: Wirawan Dwi
Editor: Muhammad Nashir