Seniman Aceh Gelar Teater Prang Sabi ‘Jihad Lawan Kolonial Belanda’

Seniman Aceh Gelar Teater Prang Sabi ‘Jihad Lawan Kolonial Belanda’

Seniman Aceh Gelar Teater Prang Sabi 'Jihad Lawan Kolonial Belanda'
Seniman Aceh Gelar Teater Prang Sabi 'Jihad Lawan Kolonial Belanda' (Foto: Ist)

BANDA ACEH (Suaramuslim.net) – Puluhan seniman Aceh menggelar teater Hikayat Prang Sabi untuk melestarikan sastra Aceh. Teater yang bertema The Spirit of Aceh tersebut berlangsung selama dua malam, sejak 7 sampai dengan 8 Desember 2018 di aula Taman Budaya, Banda Aceh.

Hikayat Prang Sabi merupakan karya sastra karangan ulama besar Aceh Teungku Chik Pante Kulu. Karangan tersebut lahir pada abad ke- 18 M.

Teater yang berdurasi dua jam itu menceritakan usaha Teungku Chik Pante Kulu dalam mengarang dan menyebarkan Hikayat Prang Sabi ke seluruh pelosok Aceh untuk mengobarkan semangat jihad melawan kolonial Belanda.

Penggagas sekaligus sutradara teater tersebut Muhammad Yusuf Bombang alias Apa Kaoy mengatakan, teater Hikayat Prang Sabi untuk memperkenalkan kembali sastra Aceh kepada generasi muda.

“Ini untuk mengingatkan kembali kepada generasi muda. Jangan hilang di ingatan generasi muda bahwa kita memiliki sastra yang gemilang,” katanya dalam rilis yang diterima Suaramuslimdotnet, Rabu (12/12).

Menurutnya ada dua nilai yang bisa diambil dari teater tersebut yaitu proses pengarangan dan juga penyebaran hikayat Prang Sabi ke masyarakat Aceh sehingga menjadi pemompa semangat mereka dalam menghadapi penjajahan Belanda.

“Nilai-nilai ini yang ingin kita ajarkan kepada generasi muda,” ujarnya.

Sementara itu salah seorang penyanyi Aceh Cut Aja Riska yang juga mengambil peran sebagai janda korban perang, Teungku Fatimah dalam teater tersebut mengaku, pagelaran teater The Spirit of Aceh berdampak positif untuk melestarikan hikayat Aceh.

Menurut pelantun tembang Do Da Idi itu, saat ini minat kalangan muda terhadap sastra terutama hikayat sangat kecil. Untuk melestarikan sastra Aceh menurutnya, harus sering dilakukan sosialisasi baik melalui media sosial, teater atau perlombaan baca hikayat.

“Itu positif agar hikayat bisa bangkit dan bagi kaum muda untuk mencintai hikayatnya kembali,” ujarnya.

Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment