BANDA ACEH (Suaramuslim.net) – Ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh Dr. Muhammad Yusran Hadi, MA menyayangkan rilis yang disampaikan oleh SETARA Institute pada Jumat (7/12) di Jakarta yang mengatakan Banda Aceh termasuk tiga kota paling intoleran di Indonesia.
Menurut Hadi, survei yang dilakukan oleh SETARA Institute tidak didukung oleh data yang valid.
“Ini jelas pembohongan publik. Ini sama saja menuduh syariat Islam yang selama ini diberlakukan di Aceh telah menciptakan kehidupan intoleran di Aceh, khususnya di Banda Aceh sebagai ibukota provinsi Aceh,” ujarnya dalam rilis kepada media, Jumat (13/12).
Selama ini menurut Yusran Hadi, Banda Aceh belum pernah terjadi konflik agama. Hal ini berdasarkan apa yang dialami oleh Yusran Hadi sendiri yang sudah empat puluh tahun tinggal Banda Aceh.
“Faktanya, Aceh secara umum dan Banda Aceh secara khusus termasuk daerah yang paling toleransi terhadap pemeluk agama dari dulu masa kerajaan Aceh sampai hari ini,” ungkapnya.
“Selama ini, syariat Islam yang berlaku di Aceh telah memberikan kenyamanan kehidupan antar umat beragama. Hal ini diakui oleh para pemeluk agama lain,” tutur dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini.
Yusran Hadi menyebut tahun 2018 Kementerian Agama kota Banda Aceh bersama Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Banda Aceh mendeklarasikan Banda Aceh sebagai kota ramah dan sangat kondusif dalam kehidupan antar umat beragama. Ini juga diakui oleh umat kristen, Hindu dan Budha yang berdomisili di Banda Aceh.
Sebelumnya, ia melanjutkan, pada tahun 2017, Pemko Banda Aceh menobatkan sebuah desa di kota Banda Aceh yang bernama Gampong Mulia sebagai Gampong Sadar Kerukunan setelah melalui penilaian tim Kanwil Kemenag Aceh dan FKUB. Desa ini dihuni oleh berbagai etnis dan agama (Islam, Budha, Kristen Katolik dan Protestan). Meskipun demikian, tidak ada kasus konflik bermotif agama di desa ini sejak dulu sampai hari ini.
Menurutnya pernyataan Setara Instute tersebut telah menjelekkan dan merusak citra kota Banda Aceh. Ia juga meminta Setara Institue harus segera mencabut pernyataannya tersebut dan meminta maaf kepada pemko dan warga kota Banda Aceh lewat media-media.
“Jangan sampai terkesan bahwa pernyataan Setara Institute seperti itu hanya karena syariat Islam dijalankan di Banda Aceh sehingga dengan mudahnya menyimpulkan Banda Aceh sebagai kota intoleran. Jadi terkesan Setara Institute itu anti syariat Islam,” pungkas pengurus Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara ini.
Setara Institute merilis daftar Indeks Kota Toleran (IKT) di tahun 2018. Dari 94 kota yang telah disurvei, disebut ada sepuluh kota dengan toleransi yang tertinggi dan tiga kota dengan toleransi terendah.
Sepuluh kota toleran versi Setara Institute yaitu Singkawang, Salatiga, Pematang Siantar, Manado, Ambon, Bekasi, Kupang, Tomohon, Binjai, Surabaya. Sementara tiga kota dengan toleransi terendah, atau intoleran yaitu: Jakarta, Banda Aceh, Tanjung Balai.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir