Sihir kuno dan modern, pengaruhnya dan bagaimana mengatasinya

Suaramuslim.net – Dulu di sebuah negeri yang sangat tua umurnya yaitu negeri Babilon di mana negeri ini tumbuh subur masyarakatnya dengan kekuatan sihir.

Semuanya bermula setelah wafatnya Nabi Sulaiman abad 9 SM. Saat itu berkembang dengan pesat semangat untuk mempelajari kekuatan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman di kalangan Bani Israel.

Namun disayangkan, setan ikut serta sehingga akhirnya manusia mencari kekuatan melalui sihir. Dan setan-setan itu membisikkan kepada manusia (Bani Israel) bahwa kekuatan sihir itu adalah warisan dari Nabi Sulaiman.

Dari profesi sihir inilah masyarakat Bani Israel di Babilon berkembang pesat. Mereka berkiblat kepada kekuatan sihir ini. Sehingga semua aspek yang terjadi di masyarakat baik politik, sosial, ekonomi, keamanan dan kepercayaan selalu akan menjadi kuat kalau ditopang oleh sihir.

Maka dari sinilah para tukang sihir pamornya sangat prestisius di mata masyarakat. Karena itu di antara mereka saling berperang promosi untuk menggaet pasar agar memilihnya menjadi tukang sihirnya.

Sehingga promosi yang paling menarik adalah kekuatan yang dinisbatkan kepada Nabi Sulaiman seolah Nabi Sulaiman yang mengajarkan kekuatan sihir tersebut.

Hal ini terus berjalan dari generasi ke generasi di kalangan Bani Israel. Hingga di zaman Nabi Muhammad صلي الله عليه وسلم di kota Madinah Al-Munawarah di mana mereka menyanggah kisah nabi Muhammad yang menyatakan bahwa Sulaiman bin Dawud alaihis salam  adalah sosok nabi.

Mereka menyatakan Sulaiman putra Dawud bukan Nabi, ia tidak lebih dari sosok tukang sihir yang memiliki kekuatan besar. (Lihat riwayat Muhammad bin Ishaq yang dinukil Prof. Dr. Wahbah dalam Tafsir Al Munir).

Kemudian Allah menurunkan surat Al Baqarah ayat 102;

وَاتَّبَعُواْ مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْاْ بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir). Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

Pada ayat tersebut dapat dipahami sebagai berikut;

a. Bahwa sejak wafatnya Nabi Sulaiman berkembang isu bahwa kekuatan Nabi Sulaiman adalah kekuatan sihir dan itu menjadi isu yang sangat masif menyebar di tengah masyarakat saat itu. Karena itu ayat di atas memberikan bantahannya.

b. Dari ayat di atas tergambar tentang situasi kehidupan masyarakat yang kehidupanya sangat tergantung dengan sihir. Terjadi ‘demam sihir’ di masa itu. Sehingga semua aspek selalu berkiblat kepada sihir. Di setiap sudut di mana pun selalu yang dibicarakan adalah sihir dan bagaimana mempelajarinya. Terjadinya kekacauan sosial dan ekonomi. Secara sosial kacau karena saling konflik dengan menggunakan tukang sihir. Secara ekonomi kerja fisik mereka berkurang karena fokus mengandalkan sihir semata.

c. Dalam situasi yang terbuai dengan perilaku sihir itulah Allah menurunkan dua sosok malak yaitu Harut dan Marut. Terlepas dari perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang siapa mereka berdua itu, tapi yang jelas itu mereka dimunculkan untuk memberikan pelajaran tentang hakikat sihir dan keburukannya yang tiada manfaatnya. Namun sebaliknya justru Bani Israel yang sudah terlanjur demam sihir dan dengan pengalaman sihirnya mengambil pelajaran dari dua sosok malak ini.

d. Apa itu sihir?

Kata سحر / sihr Atau sihir terambil dari kata سحر /sahara yaitu akhir waktu malam dan awal terbitnya fajar. Saat itu bercampur antara gelap dan terang sehingga segala sesuatu menjadi tidak jelas atau tidak sepenuhnya jelas itulah sihir. Terbayang oleh seseorang sesuatu padahal sesungguhnya ia tidak demikian atau belum tentu demikian. (Prof. Quraish Sihab, Al Misbah jilid 1 /280).

e. Sihir dulu diwakili dengan alat, lambang dan mantra. Yang dengan lambang, alat serta mantra membuat seseorang melihat sesuatu yang belum tentu kenyataan. Atau membuat seseorang menghayal dan terlena menikmati ilusi yang dibuat lambang lambang atau mantra melalui alat tersebut. Inilah model sihir kuno yang dipraktikkan berabad-abad.

Sihir modern

Di era sekarang sihir terus berkembang mirip sihir masa lalu namun lebih modern. Inilah sihir modern yang lebih masif dan dampaknya lebih berpengaruh pada pisikologi, pikiran , dan raga manusia.

Ciri-ciri sihir modern mirip dengan sihir kuno yaitu menggunakan alat, lambing, dan mantra.

1. Alat-alat yang digunakan seperti TV, musik, handphone dan sebagainya.

2. Lambang yang terwujud dalam rumus-rumus komputer algoritmanya yang membuat penggunanya melihat hal yang sama secara berulang-ulang dan ini sangat berpengaruh kepada kejiwaan seseorang.

3. Mantra terwakilkan dengam narasi yang diputar berulang-ulang dan itu mempengaruhi pembaca dan pendengar seolah tersihirkan dengan narasi dan lambang itu. Karena itu Nabi Muhammad pernah mengatakan tentang konsep sihir yang lebih luas dalam sebuah hadis;

أنَّهُ قَدِمَ رَجُلَانِ مِنَ المَشْرِقِ فَخَطَبَا، فَعَجِبَ النَّاسُ لِبَيَانِهِمَا، فَقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: إنَّ مِنَ البَيَانِ لَسِحْرًا، أوْ: إنَّ بَعْضَ البَيَانِ لَسِحْرٌ

“Ada dua orang dari negeri timur datang kemudian berkhutbah. Kemudian orang-orang pun takjub dengan khutbah mereka karena kefasihan tutur kata mereka. Maka Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda: sesungguhnya sebagian kefasihan berbahasa bisa menyihir.” (Riwayat Al-Bukhari no.5767).

Dari hadis tersebut bisa dipahami bahwa narasi yang indah, ucapan yang memikat, itu disebut Nabi sebagai ‘sihir’.

So.. Tiga aspek ciri sihir itu kan ada dan sudah terjadi di era modern ini yang efeknya lebih besar, yaitu handphone atau gawai.

Betapa banyak masyarakat di dunia ini dari yang paling dewasa sampai anak-anak bahkan masih balita terkena sihir demam gawai dengan media sosialnya.

Meskipun demikian ada perbedaan antara sihir kuno dan sihir modern. Pada sihir kuno tidak ada manfaat sama sekali sebagaimana disebutkan ayat 102 surah Al-Baqarah. Namun berbeda di ‘sihir modern’ masih ada manfaat bagi orang-orang yang mau berpikir dan mengambil hal positifnya.

Bagaimana menyikapi sihir modern?

A. Kalau sihir kuno yang terkadang dibantu oleh setan maka kita berdoa kepada Allah untuk berlindung kepada-Nya dari setan-setan tersebut. Adapun berkaitan dengan menghindari sihir modern caranya tetap memohon kepada Allah agar tetap memiliki semangat ibadah kepada Allah. Maksimalnya ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah menjadikan minimal ketergantungan terhadap medosos lewat gawainya.

B. Manusia muslim modern sekarang ini harus pandai memilah dan memilih terkait penggunaan media sosial supaya tidak dominan aspek negatif dan mudaratnya.

C. Pribadi muslim harus bisa mendisiplinkan diri untuk mengatur kapan waktunya ibadah, kapan waktunya beraktivitas sosial dan kapan waktunya bermain medsos.

D. Sebaliknya medsos bisa menjadi alat untuk propaganda kebaikan atau kemaslahatan bagi agama, masyarakat maupun maupun bangsa secara umum.

E. Sudah tentu agar anak-anak pribadi muslim mengikuti poin di atas harus dimunculkan dari keteladanan orang tuanya.

Jangan sampai orang tuanya melarang anaknya bermain medsos ternyata orang tuanya suka up status atau story dengan joget-joget lewat medsosnya. Wallohu A’lam.

M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio suara muslim Surabaya
9 Oktober 2025 / 17 Rabiul Akhir 1447

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.