Suaramuslim.net – Tentu kita semua bisa memahami kata simpang siur. Sebuah makna yang menggambarkan ketidakteraturan, ketidaktertiban serta ketidaksamaan arah. Simpang siur menandakan adanya perilaku yang semaunya sendiri, tak ada ikatan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga kelihatan semrawut.
Mengapa terjadi simpang siur? Simpang siur terjadi karena ketiadaan pengatur arah, semuanya berjalan atas maunya sendiri, atau bahkan karena ketiadaan kepercayaan antara satu dengan yang lainnya. Simpang siur pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor, yang pertama lemahnya data dan yang kedua lemahnya pengawasan.
Pada kasus Ratna Sarumpaet (RS) yang masih debatable, ada dua kutub pendapat yang bisa didiskusikan. Pertama pendapat yang masih meyakini bahwa fakta yang sebenarnya memang benar-benar terjadi. Pada kutub ini mereka melakukan analisa komprehensif tentang rekam jejak RS selama ini. Sampai pada penelusuran jejak yang dilakukan didapatkan data bahwa selama ini RS adalah orang yang vokal, berani, tak punya rasa takut.
Di zaman rezim orde baru ketika suasana berlangsung secara represif, RS pun berani melakukan monolog tentang Marsinah. Indikator-indikator data seperti ini menjadikan mereka yang berada pada kutub ini meyakini bahwa faktanya memang benar-benar terjadi.
Lalu, mengapa kemudian dalam jumpa persnya mengatakan bahwa dia melakukan hoax. Nah, pada kejadian ini, lalu muncul analisa bagaimana mungkin RS yang terkenal berani seperti ini, mau menghinakan dirinya dengan mengatakan kejadian yang menimpanya adalah hoax? Apakah RS masih butuh panggung untuk memperkenalkan dirinya? Rasanya tidak. Tentu ada sesuatu yang menyebabkannya tak berdaya dalam menghadapi kenyataan yang sesungguhnya.
Sedang pada kutub yang kedua, mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh RS adalah berita hoax. Untuk menunjang dugaan ini maka kemudian dimunculkanlah rekam peristiwa perjalanan RS pada kurun tanggal yang diduga sebagai kejadian sampai dengan tereksposnya ke publik. Ditambah lagi manifes rumah sakit dan pernyataan kepala bandara serta pernyataan pihak kepolisian yang dipublikasikan tentang apa yang dilakukan RS. Sehingga kemudian didapat dugaan bahwa apa yang dilakukan RS adalah berita bohong.
Sampai disini, tentu kita sebagai masyarakat akan mengalami masa-masa yang sangat abu-abu dalam menyikapi fakta yang tersajikan melalui lalu lintas media. Terlebih lagi yang tertulis di dalam media sosial, semua orang dengan beragam latar belakang dan juga belum tentu ahli dalam hal data dan pengawasan serta analisa, menjadi bagian keruhnya suasana. Nalar kita menjadi teraduk antara percaya dan tidak.
Namun, bagi mereka yang menyadari bahwa apa pun bisa dilakukan dengan teknologi serta kemampuan masif membombardir informasi alam bawah sadar, mereka akan tetap istiqomah dengan kekuatan informasi dan data yang dimiliki serta kecerdasan menganalisa untuk mendapatkan fakta jujur yang sesungguhnya.
Akhirnya semua dikembalikan pada kita semua, kalau kita ingin menjadi pribadi yang cerdas maka data dan kekuatan analisa serta pengawasan kita terhadap lalu lintas informasi akan menguatkan kita dalam bersikap.
*Ditulis di Surabaya, 5 Oktober 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net