Suaramuslim.net – Surabaya sebagai metropolitan di masa depan akan semakin diwarnai oleh sektor yang mengandalkan kreatifitas warga kota. Dalam perspektif ini penting mengutip Richard Florida yang mengatakan bahwa kreatifitas sebuah kawasan akan ditentukan oleh 3T: kolam talenta, teknologi, dan toleransi. Setelah Risma, kita membutuhkan kepemimpinan kota yang mampu meningkatkan 3T ini.
Kolam talenta akan ditentukan oleh kesempatan belajar yang disediakan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah. Perluasan kesempatan belajar dapat dipandang sebagai penguatan talenta warga kota. Persekolahan yang formalistik dan birokratik justru terbukti mempersempit kesempatan belajar bagi warga kota. Kita membutuhkan sebuah jejaring belajar cybernetic yang lentur, dan luwes yang demand-driven untuk melayani kebutuhan belajar warga kota untuk hidup sehat, mandiri dan produktif di berbagai bidang termasuk seni dan olahraga.
Infrastruktur teknologi akan ditentukan oleh ketersediaan infrastruktur ICT yang memfasilitasi dan memperkuat kreatifitas, bukan yang menyebabkan ketergantungan. Dibutuhkan teknologi yang makin konvivial yang mendorong kreativitas, rendah energi, sekaligus menciptakan lapangan kerja.
Teknologi air bersih, energi baru dan terbarukan serta angkutan publik akan meningkatkan liveability kota Surabaya. Pada gilirannya, Surabaya akan makin menarik bagi para profesional dari berbagai bidang. Kesiapan Kota Surabaya menghadapi berbagai bencana, termasuk bencana biologis, perlu dibangun.
Surabaya dengan waterfront yang unik membedakannya dengan Bandung dan Yogya perlu dikelola dengan lebih baik bagi berbagai kegiatan produktif warga kota. Perlu perencanaan pembangunan kota yang lebih memanfaatkan waterfront ini, bukan melemahkannya. Hal ini akan sekaligus mengurangi risiko banjir yang makin mengancam banyak kota di Indonesia.
Angkutan publik yang baik dan dapat diandalkan sebagai ruang publik akan meningkatkan kohesivitas sosial warga kota. Tidak seperti sekarang di mana car mobility justru secara perlahan membunuh mobilitas warga kota.
Kota yang sehat adalah kota yang ramah pejalan kaki dan pesepeda, bukan yang ramah mobil dan motor. Bauran moda transportasi perlu segera diperkaya agar tidak dimonopoli oleh moda angkut jalan pribadi yang boros, berbahaya dan tidak berkelanjutan. Moda rel, dan sungai perlu segera disediakan untuk menjamin mobilitas warga kota.
Toleransi akan ditentukan oleh kemampuan warga kota untuk hidup dalam lingkungan yang majemuk secara damai dan serasi. Surabaya perlu menarik berbagai macam bakat dari sumber yang beragam, termasuk global. Dari keragaman budaya warga kota ini, akan terjadi pertukaran budaya yang penting bagi kreatifitas kota.
Sukolilo, 12 Februari 2020