TASIKMALAYA (Suaramualim.net) – Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Tengku Zulkarnain menanggapi isu soal ulama di pusaran politik. Dia melihat kuatnya keinginan umat untuk memiliki pemimpin dari kalangan ulama memang punya landasan yang kuat.
Menurutnya, umat Islam sebaiknya mendorong calon pemimpin yang memang akrab dengan teknis mengelola pemerintahan sekaligus memiliki landasan keislaman yang kuat.
“Yang menjadi sulthan atau penguasa memang yang dikader sejak kecil. Main pedang dan panah, irigasi, menulis, membaca, juga belajar strategi. Sementara Wali Songonya (ulama) masih dakwah sampai mati,” kata Tengku sebagaimana yang dilansir dari INA News Agency, Minggu (5/7).
Dari pidatonya, teelihat dia tidak sepenuhnya menolak keterlibatan ulama dalam pusaran politik. Namun, menurutnya tugas ulama adalah mendidik dan mengkader calon pemimpin sehingga cakap dalam keislaman maupun bidang strategis.
“Maka jangan dorong ulama-ulama ini jadi bupati (pemimpin pemerintahan),” pungkasnya.
Sementara itu pada kesempata yang berbeda Direktur Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan tidak ada larangan bagi para ulama untuk berpolitik. Bahkan menurutnya, regulasi Undang-undang di Indonesia tidak melarang ulama terlibat dalam politik.
“Pertama soal ulama, konstruksi regulasi kita tidak melarang ulama berpolitik, sama seperti masyarakat sipil, akademisi, maupun media untuk masuk politik, ” Ujar Titi Anggraini, Senin (30/7) di Bakoel Kopi, Cikini, Jakarta Pusat.
Namun menurutnya, ulama juga harus punya rambu-rambu dalam melakukan kegiatan politik praktis.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu para ulama dan tokoh nasional berkumpul dan menghasilkan rekomendasi ijtima ulama.
Salah satu poin hasil ijtima adalah menyandingkan Ustaz Abdul Somad dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres dan cawapres.
Meski telah beberapa kali menolak dicalonkan, isu untuk menjadikan Ustaz Abdul Somad sebagai cawapres masih berhembus kuat hingga saat ini.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Teguh Imami