Suaramuslim.net – Ketika Amerika membentengi dirinya, itulah tanda bagi Indonesia untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Saya melihat kebijakan tarif besar-besaran yang dilakukan Donald Trump bukan sekadar langkah dagang. Ia adalah peringatan keras, bahkan bisa dibilang: deklarasi perang dagang global yang sekaligus membuka ruang bagi bangsa-bangsa lain, termasuk kita, Indonesia, untuk bangkit dan tidak lagi bergantung pada ekonomi dan keuangan Amerika Serikat yang mulai goyah.
Dolar tak lagi sekuat narasi hegemoninya. Kepercayaan global terhadap multilateralisme, pasar bebas, dan tatanan liberal internasional mulai runtuh. Di titik inilah saya merasa, justru inilah momen emas bagi kita sebagai bangsa untuk kembali pada cita-cita asli kemerdekaan, seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Bukan sekadar melindungi batas fisik, tapi juga melindungi pasar, sumber daya, dan ekonomi kita dari invasi kapitalisme global.
Sejak awal, sistem ekonomi Indonesia dirancang berbeda. Pasal 33 UUD 1945 Asli sudah sangat tegas: perekonomian kita dibangun atas asas kekeluargaan, bukan kompetisi liar pasar bebas. Tapi sayangnya, banyak dari kita, para elite, teknokrat, pengambil kebijakan, telah lama tercerabut dari akar ideologis itu. Mereka belajar dari buku-buku ekonomi pasar, menghafal doktrin liberalisasi, tapi gagal membaca perubahan zaman.
Ketika Donald Trump menerapkan tarif demi melindungi industrinya, ketika ia berseru kepada dunia agar tak lagi bersandar pada AS, itulah saatnya kita bertanya: mengapa kita justru sibuk mencari cara untuk tetap tergantung? Mengapa kita tidak menangkap pesan tersembunyi itu sebagai peluang untuk kembali berdaulat?
Saya bahkan melihat, langkah Presiden Prabowo yang memangkas anggaran, membatasi devisa, dan menegaskan kontrol negara atas keuangan nasional, itu jauh lebih radikal daripada yang dilakukan Trump. Ia tidak sedang ikut tren proteksionisme global, tapi menghidupkan kembali semangat Trisakti yang telah lama terabaikan: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Saya percaya, jika kita ingin keluar dari krisis struktural yang berkepanjangan, maka kita harus menempuh jalan yang kita miliki sendiri: jalan Ekonomi Pancasila.
Kita harus membangkitkan kembali koperasi, menghidupkan kembali produksi dalam negeri, memperkuat distribusi nasional berbasis komunitas, dan membangun sistem digital yang tidak bergantung pada infrastruktur asing.
Trump sedang membangun tembok. Kita harus membangun fondasi sendiri. Jangan takut pada perubahan global. Tak perlu panik karena tarif. Justru ini saatnya kita merdeka dari ketergantungan. Ini bukan krisis. Ini momen kebangkitan!
Catatan Agus M Maksum
Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan, dapat memberikan hak jawabnya. Redaksi Suara Muslim akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.