Suaramuslim.net – Ibarat rezeki, terkadang ia datang saat kita belum terlalu menghasratkannya. Namun adakalanya ia juga tak kunjung datang tatkala hati telah begitu menghasratkannya. Ya begitulah misteri jodoh, hanya Allah yang Maha tahu kapan saat terbaik seorang hamba bertemu dengan pasangannya. Tatkala ikhtiar telah dilakukan secara maksimal, maka sediakan ruang hati untuk sepenuhnya tawakal menjemput pasangan yang halal. Beberapa hal berikut mungkin perlu kita renungkan bersama.
Pertama, Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak singlelillah adalah bahwa kemuliaan seseorang tidak bergantung pada laki-laki atau perempuan yang mendampinginya. Tahu darimana? Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran: Maryam dan Asiah. Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami, dan Asiah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Bahkan sekelas nabi pun pernah Allah uji dengan hadirnya istri yang durhaka. Yakni Nabi Nuh dan Hud. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? NO! Itulah mengapa, bagi para pemuda-pemudi di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah.
Kedua, Bagaimana pandangan tentang jodoh? Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia. Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya. Beda cara, beda rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.
Ketiga, Bagaimana tentang hal nafkah rezeki? Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.
Keempat, Bagaimana cara menjemput jodoh? Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh. Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni interaksinya ke Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak.
Kelima, Bagaimana tentang taaruf? Dalam urusan jodoh ta’aruf adalah proses seumur hidup. Rumus terpenting: Jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan. Wallahu a’lam bishawab
Kontributor: Santy Nur Fajarviana*
Editor: Oki Aryono
*Pengajar di Mit Bakti Ibu Kota Madiun
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net