Suaramuslim.net – Jumlah pendapatan yang kurang sesuai harapan seringkali menjadi kambing hitam dari permasalahan ekonomi keluarga. Padahal belum tentu. Berapapun besaran pendapatan jika tidak dikelola dengan baik, akan selalu tidak dirasa cukup. Berikut artikel tentang bagaimana mengelola keuangan dengan baik.
“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara ayahbunda.com. Ternyata, dalam kenyataan seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan. Artinya, letak kesalahan adalah bukan pada jumlah pendapatan, namun pada pola pengelolaan.
Pahami Portfolio Keuangan Keluarga
Langkah pertama yang bisa dilakukan dalam mengelola keuangan adalah dengan memahami portofolio keuangan keluarga. Anda harus mengetahui jumlah pemasukan lengkap dengan jumlah pengeluaran primer setiap bulannya. Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
Jika sudah mengetahui portofolio keuangan keluarga, Anda bisa mulai menyusun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau kebutuhan hiburan lainnya. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
Kelola Keuangan Tak Harus Kencangkan Ikat Pinggang
Rheza Karyanto, Assistant Vice President Head of Investment, Bancassurance, and Treasury Products Commonwealth Bank Indonesia, mengatakan untuk memudahkan para ‘menteri keuangan’, gelar yang biasanya melekat pada istri tersebut bisa diterapkan strategi 50, 30 dan 20.
Perlu diketahui oleh para menteri keuangan bahwa mengelola keuangan tak selalu harus mengencangkan ikat pinggang dengan meminimalisir keuangan. Ia menambahkan, “Tidak harus mengencangkan ikat pinggang. Kuncinya adalah kemampuan kita membagi porsi sesuai anggaran dan prioritas. Rumusan yang bisa diterapkan pembagian 3 anggaran dengan porsi 50, 30 dan 20,” ujarnya pada ayahbunda.com.
Dia menyarankan porsi 50% dari pendapatan bulanan digunakan untuk pengeluaran wajib dan fleksibel. Pengeluaran wajib contohnya cicilan rumah, asuransi, pajak, biaya listrik, dan air.
Pengeluaran fleksibel adalah pengeluaran yang bisa dinegosiasikan oleh kita sendiri, misalnya tagihan biaya telepon, biaya transportasi, makan, sekolah anak, dan bantuan keuangan untuk orangtua. Setelah itu, investasikan dana minimal 30% dari pendapatan di awal, dan bukan sisa dari pengeluaran lainnya. Artinya, di saat kita menerima gaji, segera sisihkan 30% paling sedikit untuk ditabung dan investasi.
“Inilah kunci utamanya untuk mewujudkan impian keluarga, gunakan hasilnya untuk dana pendidikan anak, dana liburan ke luar negeri atau umroh, dan lainnya,” jelas Rheza. Yang terakhir, sisihkan 20% dari pendapatan bulanan untuk biaya untuk rekreasi seperti jalan-jalan, belanja baju, dan entertainment lainnya. Pengeluaran ini bisa diatur sesuai kebutuhan dan bahkan dihilangkan karena sifatnya yang ‘hura-hura’.
“Jika sudah tahu strateginya, ada satu hal yang tak kalah pentingnya yaitu disiplin. Patuhi budget yang sudah ditentukan sehingga mimpi keluarga terwujud satu per satu,” tutupnya.
Reporter: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir