Tips Mengajarkan Anak Mengatur Keuangan Sejak Dini

Tips Mengajarkan Anak Mengatur Keuangan Sejak Dini

Ilustrasi perencaan keuangan dan tabungan. Ils: Pixabay.com

Suaramuslim.net – Anak akan belajar segala hal pertama kalinya dari orang tua. Salah satu hal yang harus diajarkan sejak dini adalah masalah keuangan. Tak hanya mengenalkan uang pada anak, ayah bunda juga perlu mengajarkan anak tentang bagaimana mengatur uang dengan baik, dari mana uang berasal dan untuk menghemat uang tersebut.

Seperti kata Nini Sumohandoyo, selaku Government Relations and Community Investment Director di sebuah asuransi syariah, “Kami percaya penting untuk memberikan kesadaran literasi keuangan sedari dini kepada anak-anak sehingga kelak mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengambil keputusan finansial di masa depan tentang bagaimana cara mengelola keuangan secara bijak dan sesuai kebutuhan. Untuk dapat menyukseskannya, kami yakin keluarga memainkan peranan yang sangat penting.”

Hal ini penting, karena keluarga merupakan unit pertama untuk penanaman nilai-nilai literasi keuangan yang sangat efektif.

Oleh karena itu, ada baiknya ayah bunda mengajarkan cara mengelola keuangan pada anak sejak dini dengan 7 cara berikut ini.

1. Jangan biasakan mengajak anak jalan-jalan setiap akhir pekan, berikan jeda ya!

Semua orang tua ingin melihat anaknya tumbuh sehat dan bahagia. Kebahagiaan ini seringkali dimaknai begitu dangkal oleh para orang tua. Banyak yang menganggap bahwa mengajak anak jalan-jalan dan menikmati akhir pekan di luar rumah merupakan satu-satunya cara membahagiakan anak.

Padahal, dengan membiasakan hal ini, orang tua justru menanamkan secara tidak langsung dalam benak si anak bahwa kebahagiaan gak bisa didapat di dalam rumah. Selain itu, ini juga tindakan yang boros dan membuang-buang uang. Coba deh, berikan jeda pada anak untuk tidak selalu keluar rumah di akhir pekan.

2. Ajarkan anak tentang perbedaan keinginan dan kebutuhan

Saat akan mulai mengajarkan anak mengelola keuangan, mulailah dengan memberikan pemahaman tentang perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Dari sini anak bisa mulai diajarkan bagaimana cara memprioritaskan barang yang hendak dibeli.

Cobalah ajak anak berdiskusi, bagaimana jika seandainya keluarga menghabiskan seluruh uang untuk membeli mainan kesukaannya, namun dampaknya tidak ada lagi sisa uang untuk membeli makanan. Apakah mereka akan tetap memilih mainan tersebut atau lebih memilih mengalokasikan kepada makanan? Jelaskan juga apa saja masing-masing dampaknya.

Berikan juga pertanyaan kasus lainnya, bagaimana jika uang keluarga dihabiskan untuk selalu membeli makanan cepat saji yang menjadi kesukaan mereka, namun tanpa memakan makanan bernutrisi seperti buah dan sayur-sayuran. Perlukah membeli makanan cepat saji, minum bersoda, atau sebenarnya sayur dan air mineral saja sudah cukup? Pertanyaan-pertanyaan sejenis ini dapat membantu anak berpikir kritis dan lebih memahami perbedaan keduanya.

3. Beri tahu dari mana uang berasal

Tanyalah pada anak dari mana uang berasal, mungkin ia akan menjawab dari bank, ayah dan ibu, presiden, atau orang kaya.

Anak belum mengerti sepenuhnya bahwa keluarga membeli atau mendapatkan sesuatu dengan bekerja. Maka itu, ayah bunda bisa memberi tahu si kecil ada banyak pekerjaan yang dapat menghasilkan uang. Tekankan padanya bahwa ia tidak bisa mendapatkan uang dengan cuma-cuma tanpa bekerja.

Sebagai orang tua, ayah bunda bisa melatihnya mengenal ‘pekerjaan’ dan menghasilkan uang dengan cara memintanya membantu pekerjaan rumah yang ringan. Misalnya, membantu membuat kue atau cokelat dan kemudian menjualnya.

Dengan begitu, si kecil akan mengerti dari mana uang berasal dan harus melakukan suatu pekerjaan dulu jika ingin mendapatkannya.

4. Buatkan tabungan khusus

Menyisihkan uang untuk keperluan anak adalah keharusan. Uang yang ayah bunda sisihkan untuk anak, bisa dibuat menjadi tabungan untuknya.

Saat tabungan untuk anak sudah mulai terkumpul, ayah bunda bisa mengajak si kecil ke bank. Beri tahu padanya jumlah tabungannya saat ini, tanyakan apakah ia ingin mengambil seluruhnya atau disimpan sebagian untuk keperluannya saat dewasa nanti. Berikan alasan mengapa ia perlu menyimpan tabungannya, atau perlu diambil.

5. Libatkan anak saat sedang berbelanja

Saat akan mengajarkan anak cara mengelola uang, biarkan mereka benar-benar terlibat secara langsung dalam praktik. Salah satu contoh aktivitas yang bisa dilakukan adalah dengan membiarkan mereka berpartisipasi saat belanja bulanan ke supermarket.

Ajarkan anak bahwa memangkas pengeluaran bisa dilakukan dari hal yang paling sederhana. Biarkan mereka ikut melakukan perbandingan harga dan kualitas. Misalnya, saat akan membeli gula pasir, berikan edukasi bahwa tidak ada salahnya menggunakan merk supermarket dibanding harus membeli merk dagang yang sudah terkenal di media, sebab kualitas biasanya tidak jauh berbeda namun harga yang didapatkan bisa lebih murah.

Biarkan anak lebih sering terlibat dalam pembelanjaan barang, agar mereka tahu persis bagaimana praktik mengelola uang dengan lebih hemat. 

6. Jadilah role model untuknya

Pada dasarnya, semua hal di atas tidak akan berguna jika ayah bunda tidak bisa menjadi role model yang baik padanya. Sebab anak akan meniru semua yang orang tuanya lakukan. Kamu adalah figur utama yang akan dilihat anak mulai dari saat bangun tidur, sampai kembali tidur di malam hari.

Oleh karena itu, tidak ada gunanya jika mengajarkan cara mengelola keuangan padanya jika dalam praktik sehari-hari tidak melakukan hal serupa. Tunjukkan padanya bahwa orang tua pun juga melakukan hal serupa dengan menggunakan uang lebih bijak, menabung, dan memiliki tanggung jawab atas uang yang diperoleh.

7. Jangan lupa mengajarinya cara berbagi kepada sesama yang membutuhkan

Terakhir, tapi merupakan poin penting dari mengelola keuangan yang perlu ditanamkan pada anak adalah betapa perlunya kita menyisihkan sebagian rezeki yang kita punya untuk orang lain yang lebih membutuhkan. Jelaskan jumlah uang yang harus disisihkan dari rezeki yang kita punya. Dengan membiasakan hal ini, anak tidak akan tumbuh menjadi seorang yang tamak dan pelit.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment