Victim Mentality Syndrome

Victim Mentality Syndrome

Victim Mentality Syndrome

Suaramuslim.net – Secara harfiah, Victim Mentality Syndrome (VMS) bisa dimaknai sebagai sindrom kejiwaan yang selalu merasa menjadi korban. Sindrom ini merupakan penyakit yang menjangkiti kejiwaan seseorang bahwa dirinya adalah korban. Penyakit ini menimbulkan sikap selalu bertahan dalam pilihan, meski salah, karena kalau diingatkan, maka akan mencari dalih pembenar kesalahannya. Kemudian mencari dalih pemakluman dan akhirnya menciptakan stigma bahwa dirinya adalah korban.

Penyakit ini diduga sebagai salah satu faktor penyebab mengerasnya hati, memutus urat malu dan merusak syaraf berpikir. Dan disinyalir sebagai penyebab utama hancurnya sebuah tatanan kehidupan.

Sindrom ini menjangkit ke seluruh isi otak dengan begitu halus. Bahkan, sering tidak disadari oleh penderitanya. Ini yang membuat, penularan VMS begitu cepat dan sulit ditangani. VMS akan menjadi virus menular yang masif apabila sudah masuk pada ranah kepentingan yang sama. Siapa pun yang dianggap sebagai pilihannya maka tak peduli sesalah apa pun yang dilakukan, akan dicari dalil pembenar atas kesalahan yang dilakukan. Jadi, akan sulit memiliki kosa kata “maaf, atas kesalahan yang saya buat”.

Lalu apa yang menjadi penanda bahwa seseorang telah terjangkiti VMS?

– Merasa selalu tidak diperlakukan dengan baik oleh orang lain

– Merasa selalu disakiti

– Merasa selalu di pihak yang dirugikan

– Merasa tidak dipedulikan orang lain

– Merasa tidak ada orang lain yang mengerti

– Merasa orang lain hanya memikirkan diri sendiri

– Merasa sudah berbuat banyak untuk orang lain

– Merasa diperbudak

– Merasa dimanfaatkan

– Merasa selalu dipersalahkan

– Merasa selalu dipojokkan

– Merasa kesal ketika orang lain mengacuhkan

– Berpikir orang lain lah yang seharusnya bertindak

– Merasa ingin selalu diperhatikan

– Merasa ingin selalu menjadi pusat perhatian (center of attention)

– Dalam berkomunikasi, penderita akan suka membalikkan argumen, mencari berbagai pembenaran

– Bicaranya berputar-putar

Apa dampak yang ditimbulkan dari VMS?

– Jadi lupa bersyukur pada Sang Pencipta

– Lupa akan perbuatan baik orang lain

– Lupa berterima kasih

– Lupa kalau dirinya adalah manusia yang lemah dan tidak luput dari kesalahan

– Tidak pernah merasa bersalah dan sebaliknya akan terus berusaha mencari kesalahan orang lain

– Kalau pun mengetahui bersalah, selalu ada tapi dan ujung-ujungnya merasa tidak bersalah

– Karena tidak merasa bersalah maka tidak akan ada kata meminta maaf

– Mencari kawanan untuk mencari pembenaran

– Mencari kawanan sehati, sepemikiran untuk menggunjing

– Mencari kawanan untuk sama-sama menuntut

– Mencari kesalahan orang lain yang menurutnya lebih besar, agar lebih dulu dipersalahkan

– Berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan pemikiran (victim mentality-nya)

– Pikiran menyempit

– Tingkat kesabaran menurun

– Kemampuan berpikir logis akan hilang

– Tidak mampu mendengar pendapat orang yang tidak sepemikiran

– Hati menjadi keras

– Jarang menangis dan sulit tersentuh hatinya

– Takjub pada diri sendiri, sombong dan egois

– Lupa untuk memperbaiki diri

– Rasa malu yang hilang

– Merusak hubungan baik dengan Allah dan juga dengan makhluknya

– Merusak keharmonisan rumah tangga maupun satu hubungan dalam bentuk yang lain

– Hilangnya kenyamanan

Lalu bagaimana cara menghindarinya?

– Sadarilah kembali bahwa kita adalah hamba Allah yang lemah dan tidak sempurna

– Sadarilah bahwa kita juga bukan seorang hakim terhadap kekurangan orang lain

– Ketika timbul masalah, berhenti sejenak. Tahan beberapa saat untuk tidak memberikan respon dan berikanlah waktu untuk mengembalikan terlebih dahulu pada diri sendiri.

– Temukan kesalahan diri sendiri, cari garis penghubung diri kita dengan masalah yang terjadi

– Camkanlah bahwa “kesalahan ada pada diri sendiri”

– Biasakan untuk segera meminta maaf walau pun terhadap masalah yang “menurut” Anda bukan Anda lah penyebabnya.

– Banyak-banyak membaca buku agar wawasan dan cara berpikir semakin luas

– Banyak-banyak bergaul dengan orang-orang yang positif, yang punya hobi positif, pembelajar, dsb.

– Kenali lagi, maksudnya, coba analisa lagi secara objektif ,mungkin memang benar bukan Anda lah penyebab utamanya. Namun tetap, Anda bukanlah seorang hakim yang berhak menjustifikasi kesalahan orang lain.

– Bersikaplah bijaksana. Cari solusi yang bisa mengatasi masalah secara nyata. Bukan sekadar kepuasan akan pengakuan dari orang lain bahwa “GUE BENER dan SI DIA SALAH!”

– Belajar untuk berkomunikasi dengan baik, berbicara dengan baik dan mendengarkan dengan baik

– Tidak perlu arogan

– Dan bersabarlah.

Nah, Kawan, bukankah banyak sekali dalam perjalanan kita bergaul dengan orang lain? Kita menjumpai manusia yang bertipe seperti itu, sehingga akan mengancam harmoni kehidupan dalam kehidupan. Kalau dia seorang pemimpin rumah tangga maka akan berpotensi menghancurkan rumah tangganya. Kalau mereka pemimpin politik akan berpotensi menghancurkan tatanan politik dan bernegara yang baik. Semoga kita dihindarkan dari penyakit ini dan akibatnya.*

*Ditulis di Surabaya, 10 Oktober 2018
*Opini yang terkandung dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial suaramuslim.net.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment