SURABAYA (Suaramuslim.net) – Wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) pada hewan ternak kembali merebak. Pemerintah daerah menutup pasar-pasar hewan di berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Menanggapi ini, guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Prof. Dr. Rr. Sri Pantja Madyawati, drh., M.Si dalam talkshow Ranah Publik Suara Muslim Radio Network, Jumat (17/01/2025) menyebut PMK hanya dialami oleh hewan berjenis kuku genap atau mayoritas ternak.
Gejala klinis yang terlihat secara fisik meliputi demam tinggi, hipersalivasi (air liur berlebihan), lepuhan di mulut, dan kuku terlepas. PMK tidak menular kepada manusia, tetapi menjangkit cepat pada sesama hewan.
“Yang perlu diwaspadai adalah proses penularan melalui udara, proses-prosesnya bisa berkilo meter, kalau kena angin, itu virusnya bisa bergerak ke mana-mana,” ujar Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana Unair ini.
Menurutnya, PMK disebabkan oleh virus RNA dari Genus Aphthovirus, famili Picornaviridae, yang memiliki tujuh tipe virus. Sehingga ketepatan identifikasi tipe virus ini di berbagai wilayah sangat penting dalam proses pembuatan vaksin.
Pantja menekankan pentingnya vaksinasi massal dan nasional seperti yang dilakukan pada era sebelumnya, karena upaya vaksinasi terbatas hanya di daerah terdampak tidak cukup efektif untuk menanggulangi wabah PMK.
Selain pengobatan komersial seperti antibiotik dan analgesik khusus hewan, potensi penggunaan herbal seperti kunyit, daun kelor, daun meniran, dan bawang putih juga dapat menjadi alternatif alami.
Terkait keamanan konsumsi, Pantja menambahkan, jika belum parah, bagian tubuh hewan yang terinfeksi masih dapat dikonsumsi kecuali wilayah mulut dan kaki. Dengan persyaratan harus melewati pengolahan yang optimal seperti memasak daging sampai benar-benar matang.
Lebih lanjut, berhubungan dengan stok hari raya kurban, Prof. Dr. H. Suparto Wijoyo, S.H., M.Hum selaku Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Unair menginformasikan adanya antisipasi yang dilakukan berbagai pemegang kepentingan.
“Saya sendiri bertemu dengan para peternak dan pengusaha, sekaligus jajaran Rumah Potong Hewan, sejak pekan lalu sudah diantisipasi kebutuhan untuk kurban. Para pemerintah dan stakeholders pedagang dan peternak, semuanya sudah mengantisipasi memberikan kenyamanan untuk umat,” ujar pensyarah program talkshow Ranah Publik tersebut.
Menurut pandangannya, penanggulangan PMK memerlukan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan asosiasi dokter hewan. Melalui kolaborasi berbagai pihak, wabah PMK diharapkan dapat ditangani dengan lebih baik.
Pewarta: Aisyah Nurjulita
Editor: Muhammad Nashir