SURABAYA (Suaramuslim.net) – Makanan, obat, dan kosmetik yang ada di sekitar kita ternyata banyak yang diragukan kehalalannya. Ini menjadi titik kritis yang harus diketahui publik.
Hal ini dijelaskan oleh Ir. Dina Sudjana, Ketua Pusat Halal, Masjid Salman, Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam Kajian Tematik bertema Memahami Titik Kritis Kehalalan Pangan di Masjid Al Falah, Jalan Raya Darmo 137 Surabaya, Kamis (4/10).
Persoalan produk halal ini, tambahnya, sudah menjadi persoalan bersama apalagi untuk kaum muslimin di Indonesia. Kecerdasan seorang muslim dalam memilih produk halal dapat menjadi keuntungan tersendiri baginya.
Tuntunan untuk menggunakan produk halal ini terdapat dalam Al Quran surat Al Baqarah: 168 yang artinya, “Hai, sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi…”.
“Karenanya, bagi seorang muslim mengikuti tuntunan dalam Al Quran untuk memilih produk halal adalah suatu kewajiban,” jelas Dina.
Kemudian, Dina kembali menegaskan bahwa di dalam makanan harus benar-benar dipastikan halal mulai sumber hingga sampai ke konsumen.
“Misalnya, ketika seseorang makan ayam goreng. Ayam harus benar-benar dipastikan disembelih secara halal dengan memotong tiga bagian di leher dan darahnya benar-benar keluar mengucur dari bagian tersebut hingga habis,” paparnya.
Lalu, dalam menyembelih juga jangan sampai bertujuan dan menyebut nama selain Allah subhanahu wa ta’ala. Jika saat penyembelihan salah kaprah, binatang sembelihan misalnya, ayam tersebut menjadi dihukumi haram untuk dikonsumsi.
Di sisi lain, titik kritis kehalalan untuk obat dan kosmetik juga terdapat pada komposisi produk tersebut. “Bahwa dalam obat dan kosmetik juga ada perhatian khusus untuk kehalalan produk tersebut. Sebagai konsumen kita perlu tahu bahan pembuatannya,” imbuh Ketua Pusat Halal Masjid Salman ITB tersebut.
Misalnya saja, lanjut Dina, gelatin untuk cangkang kapsul pada obat. Harus diperhatikan baik-baik, apakah gelatin itu diolah dari bahan yang halal atau malah diolah dengan bahan baku babi atau pun turunannya. Kemudian, jika dalam kosmetik sekarang ada beberapa yang menggunakan komposisi plasenta. Hal ini juga menjadi perhatian, plasenta tidak mengandung babi dan turunannya dan disembelih dengan cara yang halal juga tidak mengandung bagian tubuh manusia.
Maka dari itu, jika dalam urusan-urusan tersebut dapat benar-benar dihindari, maka surga akan menanti mereka. Demikian seperti tercantum dalam hadits riwayat Tirmidzi dari Abi Said al Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengonsumsi suatu yang baik, melaksanakan sunnah, dan masyarakat sekitarnya tidak terganggu dengan keburukannya, maka dia akan masuk surga.”
“Menjaga urusan makanan juga merupakan perintah Allah yang membawa kebaikan-kebaikan bagi diri sendiri baik di dunia maupun akhirat kelak. Dengan begitu, diri akan diliputi oleh ridha dan rahmat yang semata-mata berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala,” pungkas Dina.
Kontributor : Wirawan Dwi
Editor: Muhammad Nashir