Suaramuslim.net – Sepekan diunggah, lagu “Aisyah Istri Rasulullah” yang dinyanyikan Syakir Daulay berada di deretan pertama trending YouTube Indonesia. Bahkan, hasil cover dari penyanyi lain juga berada di deretan trending YouTube.
Lagu “Aisyah” dalam versi religi muncul pada Agustus 2017. YouTuber Malaysia bernama Mr Bie yang mempopulerkannya di akun Vitaminbie. Mr Bie mengemas ulang lagu “Aisyah” ini dari Projector Band dengan beberapa perubahan. Namun, saat itu lagu itu belum begitu populer.
Kini lagu yang telah dibeli lisensinya oleh Syakir itu ramai dinyanyikan ulang, tak terkecuali oleh penyanyi Sabyan yang banyak mencuri perhatian. Kali ini Suaramuslim.net tidak akan membahas tentang lirik lagu Aisyah Istri Rasulullah, melainkan menyajikan fakta-fakta menarik dari Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha.
1. Ciri fisik dan penampilannya
Aisyah termasuk wanita yang secara fisik tumbuh sangat cepat. Secara umum, bisa disimpulkan bahwa kulitnya berwarna putih kemerah-merahan, tampak anggun, menarik, dan cantik. Dia adalah pribadi yang sangat zuhud dan qanaah. Tidak memiliki kecuali hanya satu pakaian.
Aisyah Radhiyallahu Anha mendapatkan kehormatan untuk menemani Rasulullah semenjak masih usia belia hingga menjadi remaja, selama waktu itu dia berada dalam pengawasan dan naungan Nabi suci utusan pencipta langit dan bumi guna menyempurnakan akhlak yang mulia.
2. Keindahan akhlak
Pendidikan agung dan pertemanan mulia itu mengantarkan Aisyah kepada puncak akhlak yang baik, kedudukan yang tinggi yang merupakan puncak jenjang spriritual dan ujung ketinggian maknawi dalam kehidupan manusia yang kebingungan. Karena itu, Aisyah menempati posisi yang sangat tinggi dan dilirik banyak pihak dalam persoalan akhlak yang terpuji, zuhud, wara’, dermawan, dan penyayang poin utama kepribadiannya.
3. Membantu kaum wanita
Aisyah adalah pagar rumah Nabi dan istri manusia paling agung dan tinggi. Aisyah memiliki kesadaran penuh tentang besarnya tanggung jawabnya, karena itulah dia sangat antusias dalam menjalankan kewajibannya dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Setiap kali datang perempuan untuk suatu keperluan, Aisyah mengulurkan bantuan dan pertolongan, menyelesaikan keperluannya, dan megutarakan persoalannya kepada kekasihnya, Muhammad saw.
4. Taat kepada suami
Siang dan malam Aisyah mengerahkan segala kemampuannya untuk menaati Rasulullah, melaksanakan perintah dan larangannya, dan mencari kesenangan dan keridhaannya. Kalau seandainya dia melihat rona wajah Rasulullah yang menyiratkan kesedihan, kegundahan, dan ketidaksenangan, Aisyah pun bingung dan merasa tidak enak hati.
Aisyah sangat perhatian terhadap kerabat-kerabat Rasulullah dan tidak pernah menolak permintaan mereka.
5. Waspada terhadap ghibah
Di antara karakter Aisyah adalah dia tidak pernah mengghibah siapa pun. Riwayat-riwayat tentang Aisyah jumlahnya mencapai ribuan, namun tidak kita jumpai satupun yang secara sengaja merendahkan atau berbuat kejelekan kepada orang lain.
Ucapan-ucapan sesama istri Nabi dan adu mulut di antara mereka adalah karakter dan watak wanita. Namun sebagaimana yang telah kita baca dalam sejarah, bagaimana Aisyah menceritakan kelebihan-kelebihan istri-istri Nabi yang lainnya dengan penuh lapang dada dan biasa menceritakan mereka dengan hal-hal yang positif.
6. Tidak suka menerima hadiah
Aisyah jarang sekali menerima hadiah dari orang lain, kalaupun dia menerimanya maka dalam waktu dekat akan membalasnya. Telah datang kepada Umar sebuah peti yang berisi permata dari Irak. Dia berkata kepada para sahabatnya, “Apakah kalian tahu berapa harganya?” Mereka berkata, “Tidak.” Mereka juga tidak tahu bagaimana cara membaginya.
Umar pun berkata, “Apakah kalian mengizinkan kalau aku kirimkan kotak ini kepada Aisyah, sebab Rasul sangat mencintainya.” Mereka menjawab, “Ya.” Lalu peti tersebut diantar ke rumah Aisyah, lalu dia membukanya dan berkata, “Apa yang diberikan oleh Ibnu Al-Khattab kepadaku setelah wafatnya Rasulullah? Ya Allah, jangan disisakan sedikitpun untukku.”
7. Menghindari pujian dan sanjungan yang berlebihan
Aisyah Radhiyallahu Anha tidak senang memuji diri sendiri sebagaimana juga ketika ada yang memujinya di hadapannya. Abdullah ibnu Abbas meminta izin untuk masuk menjenguknya saat dia sakit di ujung hidupnya. Namun, karena dia tahu bahwa Ibnu Abbas hendak memujinya, maka dia pun menolak kehadirannya. Kemudian dia mengizinkannya masuk setelah beberapa orang memintanya. Ketika Abdullah bin Abbas masuk ke dalam ruangan, dia langsung memuji-muji, lalu Aisyah berkata, Ingin sekali rasanya aku menjadi sesuatu yang dilupakan.”
8. Dermawan dan murah hati
Dermawan, murah hati, dan suka memberi merupakan karakter akhlaknya yang terpuji serta permata yang sangat mahal dalam dirinya. Dia lebih disebut penolong dibandingkan dermawan, di mana sifat itu benar-benar mewarisi sifat ayahnya.
Akhlaknya yang mulia itu dibantu oleh teladan yang sangat dekat dari penghulu para penolong orang lemah dan pengajar para diktator untuk melembutkan hati. Begitu juga dengan saudarinya; Asma binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, keduanya memiliki jiwa pemurah dan berada di atas derajat keutamaan dan kedermawanan tertinggi.
Aisyah selalu melaksanakan ibadah, dan menekuni salat tathawwu’ dan nafilah. Seluruh waktunya diisi dengan zikir dan tasbih. Aisyah biasa salat dhuha dan berkata, “Aku mengerjakan salat yang biasa kukerjakan pada zaman Nabi, kalau seandainya ayahku dibangkitkan dari kubur dan melarangku untuk mengerjakannya, maka aku tidak akan sudi meninggalkannya.”
9. Menghindari hal-hal remeh
Aisyah sangat menjauhi hal-hal remeh dan yang dilarang. Diriwayatkan oleh Mujahid bahwa pembantu Aisyah memberitahunya kalau ia pernah menuntun kendaraan Aisyah. Apabila ia mendengar suara lonceng di depannya, Aisyah berkata, “berhenti.”
Maka ia berhenti hingga ia tidak mendengar suara lonceng lagi. Jika ia mendengarnya dan melihatnya, ia berkata “Jalankan saya dengan cepat hingga saya tidak mendengarnya.” Lalu Aisyah berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya lonceng diikuti jin.”
10. Sangat perhatian tentang masalah hijab
Aisyah sangat perhatian dengan masalah hijab. Perhatiannya semakin tinggi setelah turun ayat hijab. Apabila ada salah seorang murid khususnya hendak masuk menemuinya, dia memerintahkan salah seorang kerabat, saudari atau keponakannya untuk menyusui murid tersebut. Hal tersebut didasarkan pada hadis khusus dari Rasulullah.
Selanjutnya, dia menjadi nenek dari murid tersebut sepersusuan, sehingga boleh menemuinya. Sebab jika tidak demikian maka harus ada hijab antara dirinya dengan murid-muridnya.
Di antara perhatiannya yang sangat tinggi tentang persoalan hijab, Aisyah thawaf dengan menyendiri dan tidak berbaur dengan kaum lelaki. Lalu ada seorang wanita berkata kepadanya, “Beranjaklah wahai Ummul Mukminin, mari kita mencium hajar aswad!”
Aisyah menjawab, “Anda saja yang pergi.” Sedangkan ia enggan untuk pergi.
Dikutip dari buku Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha, Potret Wanita Mulia Sepanjang Zaman.