Suaramuslim.net – Berbicara menjadi salah satu cara untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Namun, terkadang pembicaraan yang kita utarakan mendapatkan respon yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Terutama saat kita berbicara dengan anak-anak. Agar pesan yang kita inginkan tersampaikan dengan baik pada anak-anak, berikut dipaparkan kaidah komunikasi produktif yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi dengan rujukan bacaan dari buku ‘A Lifetime Islamic Parenting’ karya Hani Fatma Yuniar dan hanifatmayuniar.wordpress.com:
1. Keep information short and simple (kiss)
Tips berbicara dengan anak yang pertama adalah sampaikan pesan secara singkat dan jelas. Misalnya, saat hendak belajar, minta anak untuk menata meja belajarnya. Setelah selesai dilakukan baru boleh menginstruksikan untuk berdoa dan mulai mengeluarkan bukunya. Jangan terlalu panjang dalam memberikan instruksi pada anak. Biarkan mereka menyelesaikan suatu pekerjaan baru instruksikan hal lain.
2. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah. Gunakan rumus 7-38-55. Keberhasilan komunikasi dengan anak hanya 7% dari suara, 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh
Berbicara dengan anak-anak tidak cukup menggunakan ucapan. Gunakan intonasi suara dan bahasa tubuh agar pesan yang disampaikan lebih mudah ditangkap. Saya pernah melakukan hal ini saat mengajarkan berbicara bahasa inggris pada anak-anak. Saya menggunakan bahasa Inggris penuh tanpa menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia seraya menaik-turunkan intonasi dan menggerakkan gesture (bahasa tubuh). Respon yang saya dapatkan adalah, “Iya Bu, saya mengerti kok.”
3. Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
Rumah saya biasa dijadikan tempat bermain anak-anak. Pasalnya, saya memang menyediakan sekardus mainan dan satu rak berisi buku bacaan. Sangat menyenangkan jika banyak anak yang bermain di rumah. Rumah jadi ramai. Akan tetapi, sering kali mainan yang dimainkan tidak dibereskan dan buku yang dibaca tidak ditata kembali ke tempatnya. Saya pun mengatakan pada anak-anak, “Ibu ingin kamu bereskan mainan dan buku setelah dipakai.” bukan “Ibu tidak suka kalau mainannya tidak dikembalikan ke tempatnya.
4. Fokus ke depan, bukan masa lalu
Ketika ada murid saya yang curhat masalah nilai ulangannya yang jelek, saya katakan, “Sudah tidak apa-apa. Yang penting ke depannya belajar lebih giat lagi supaya nilainya lebih baik.”
5. Ganti kata “Tidak Bisa” menjadi “Bisa” sebab otak akan bekerja sesuai dengan apa yang kita pikirkan
Ada seorang murid saya yang menangis dan selalu merasa tertekan saat mengerjakan soal-soal bahasa Inggris. Sebab, ia merasa tidak mampu. Saya berusaha menyemangatinya dengan mengatakan “Kamu pasti bisa!” dan memujinya “Good job!” saat ia berhasil mengerjakan dengan baik. Setelah itu, ia tampak berusaha keras mengerjakan soal dan kesalahan yang dibuat pun semakin sedikit.
6. Fokus pada solusi, bukan masalah
Ada dua orang murid yang bercanda hingga menumpahkan air minum ke lantai. Mereka saling menyalahkan satu sama lain. Saya pun bertanya pada mereka apa yang sebaiknya dilakukan, bukan bertanya siapa yang salah.
7. Jelas dalam memberikan pujian atau kritikan
Saat ada yang membereskan meja belajar selepas digunakan, saya katakan, “Terima kasih kamu sudah membantu Ibu membereskan meja.”
Sebaliknya, ketika ada yang berkata tidak baik pada temannya, saya sampaikan, “Ibu tidak suka kalau kamu mengolok-olok teman seperti itu.”
8. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman
Saat berbicara dengan anak, nasihat bisa disampaikan dengan lebih efektif lewat cerita. Misal, ketika ada anak yang nilainya jelek atau belum menguasai pelajaran bahasa Inggris, saya sampaikan. “Ibu dulu juga pernah dapat nilai jelek di pelajaran sejarah, tapi setelah Ibu belajar akhirnya Ibu bisa.”
9. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi
Tips selanjutnya ketika berbicara dengan anak adalah hindari bertanya dengan nada menuduh. Sebaliknya, pilih kalimat pernyataan yang tepat untuk memahami perasaan dan kebutuhan anak. Contoh, ada seorang murid yang mencontek pekerjaan temannya. Saya lebih memilih untuk mengatakan, “Kamu pasti bisa mengerjakan sendiri.” dibandingkan “Hayo, kamu mencontek ya?”
10. Ganti kalimat yang menolak atau mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati
Saya berusaha menghindari mengatakan “Begitu saja tidak bisa!” saat ada murid yang belum bisa mengerjakan soal-soal yang saya berikan. Sebaliknya, saya akan mengatakan, “Mana yang sulit? Sini Ibu bantu terangkan lagi.”
11. Ganti perintah dengan pilihan
Tips berbicara dengan anak yang terakhir adalah hindari memberi kalimat perintah. Sebagai gantinya, berikan dua pilihan yang sama-sama kita inginkan. Saya punya pengalaman dengan murid kembar yang berkemauan keras (baca: agak susah diatur). Mereka berdua suka membuat keributan di kelas. Akhirnya, saya berikan mereka pilihan, “Mau diam sebentar atau bantu Ibu menerangkan di depan kelas?”. Meskipun terkadang mereka memilih pilihan yang tidak ada, pada akhirnya mereka memilih diam dan mendengarkan.