Suaramuslim.net – Sebuah keluarga merupakan jiwa sekaligus tulang punggung bagi sebuah negara. Kesejahteraan lahir dan batin yang dialami oleh suatu keluarga merupakan cerminan dari situasi keluarga-keluarga lain yang hidup di negara tersebut. Dengan hal tersebut, jika kita menginginkan terciptanya sebuah negara yang sejahtera, maka landasan yang harus dibangun adalah masyarakat yang marhamah. Dan pondasi yang harus kita bangun untuk membentuk masyarakat marhamah adalah dengan menciptakan keluarga yang sakinah.
Sedangkan pilar yang harus kita tegakkan untuk menciptakan sebuah keluarga yang sakinah adalah akidah, mawaddah, dan rahmah. Dengan figur seorang ayah yang bijaksana dan berwibawa. Dan dengan profil seorang ibu yang penyantun, lembut, dan bisa mendidik serta membesarkan anak-anaknya dengan penuh buaian kasih sayang. Inilah yang dimaksud dengan keluarga adalah sekolah yang paling utama dan pertama.
Dari sinilah pentingnya sebuah pernikahan dan juga ketenteraman yang ada di dalam keluarga. Dalam keluarga, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis semata namun ada tujuan yang paling utama, yaitu untuk membentuk keluarga yang sakinah yang juga dilandasi dengan rahmah menuju ridha Allah.
Makna dari keluarga sakinah, mawaddah, warahmah adalah suatu yang tenang lahir dan batin dalam persatuan kasih sayang dan cinta yang disandarkan kepada Allah dengan melakukan kewajiban yang tulus yang kemudian diikat dalam satu kata yaitu pernikahan. Namun yang perlu kita ketahui pernikahan yang sakinah, mawaddah, wa rahmah tidak begitu saja dapat kita peroleh di dalam pernikahan.
Menurut beberapa pakar sebagaimana dikutip oleh Prof. M. Quraish Shihab bahwa ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui oleh pasangan sebelum mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Fase bulan madu
Pada tahap ini, setiap pasangan benar-benar menikmati yang namanya pernikahan. Sangat romantis, penuh cinta, dan senda gurau itu harus ada di dalamnya. Dan biasanya pada tahap ini harus rela hidup dalam keadaan apapun, baik kekurangan, kecukupan, ataupun kelebihan, dan bukannya saling menerka atau tidak menerima jika berada di dalam kondisi-kondisi tertentu.
Fase gejolak
Pada tahap ini, mulai tumbuh gejolak atau permasalahan setelah berlalunya masa bulan madu. Kejengkelan sudah mulai tumbuh di dalam hati, apalagi sudah mulai terlihat sifat asli dari keduanya yang selama ini sengaja mereka tutupi dari pasangannya.
Mereka sudah memahami bahwa pernikahan bukan hanya soal romantis, tetapi juga mengenai adanya hal baru yang tidak diinginkannya. Biasanya di tahap ini ada penyesalan bagi setiap pasangan, akan tetapi bagi setiap pasangan yang sabar dan menerima akan menuju kepada tahap ketiga.
Fase perundingan dan negosiasi
Tahap ini akan lahir jika masing-masing pasangan merasa masih saling membutuhkan. Pada tahap ini pula mereka sudah mulai mengakui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan. Jika mereka berdua berhasil melewati tahap ini dan menerima kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pasangan, maka mereka akan berlanjut ke tahap selanjutnya yang akan mengantarkan mereka kepada hakikat pernikahan yang sebenarnya.
Fase penyesuaian
Pada tahap ini, masing-masing pasangan sudah mulai menunjukkan sifat aslinya secara keseluruhan, sekaligus kebutuhan yang disertai perhatian kepada pasangannya. Dalam tahap ini, masing-masing pasangan akan saling menunjukkan sikap penghargaannya kepada pasangannya. Dan merasakan nikmatnya bersatu bersama kekasih serta pengorbanan dan mengalah demi cinta yang telah dipilihnya.
Fase peningkatan kualitas kasih sayang
Pada tahap ini, masing-masing pasangan sudah menyadari sepenuhnya tentang hakikat pernikahan yang sebenarnya yang didasarkan kepada pengalaman mereka di dalam kehidupan berumah tangga. Bukan berdasarkan teori bahwa hubungan keluarga memang berbeda dengan bentuk hubungan sosial lainnya. Pada tahap ini, masing-masing pasangan bisa menjadi teman terbaik dalam bercengkerama, berdiskusi, serta berbagi pengalaman, sehingga muncullah sikap untuk menyenangkan pasangannya.
Fase kemantapan
Tahap terakhir adalah tahap kemantapan di mana masing-masing Pasangan akan merasakan, menghayati cinta kasih sebagai realitas. sehingga sehebat apapun guncangan dan cobaan yang ada di dalam kehidupan rumah tangga mereka, mereka tidak akan tergoyahkan. Memang permasalahan akan terus ada namun jika sudah sampai pada tahap ini setiap pasangan akan lebih menerima dan bahkan menyelesaikannya secara bersama-sama.
Dari enam fase tersebut, merupakan suatu proses dan suatu gambaran umum yang bisa dialami oleh setiap pasangan di dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Hal ini bersifat relatif sehingga tidak bisa ditentukan kapan setiap pasangan akan mencapai dan melewati setiap tahapan tersebut.
Namun dapat kita pahami dari enam tahapan proses tersebut merupakan gambaran keluarga saat ini, sehingga apabila setiap pasangan mampu melewati setiap tahapan tersebut, maka insyaallah keluarga sakinah yang dilandasi mawaddah dan rahmah akan didapatkan dalam sebuah ikatan pernikahan.