Suaramuslim.net – Ramadhan adalah bulan mulia yang dinanti kedatangannya. Seorang muslim beriman yang merindukannya tentu akan bersiap menyambutnya. Selain mempersiapkan diri agar dapat beribadah secara maksimal, keluarga muslim sebaiknya juga mulai melatih anak-anaknya untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Berikut 7 tahapan melatih anak berpuasa Ramadhan menurut dra. Perwitasari Mulyaningsih, Psi, Trainer di Yayasan Kita dan Buah Hati:
1. Tahap pengenalan (usia TK dan balita)
Pada tahap ini anak mulai dikenalkan dengan bulan Ramadhan melalui cerita, lagu atau dialog. Pengenalan dilakukan dengan menjelaskan apa itu puasa, kenapa harus puasa, dan apa manfaatnya. Tentunya dialog juga disesuaikan dengan tingkat berpikir anak. Selain itu, anak diajarkan untuk menghormati orang yang sedang berpuasa, yaitu dengan tidak makan dan minum di depan orang yang sedang berpuasa. Anak juga bisa diajak untuk mencoba latihan berpuasa dan mencoba sahur. Menahan tidak makan dan minum selama beberapa jam kemudian berbuka dan melanjutkan puasa kembali.
2. Tahap menjadi suka (5-6 thn)
Di usia 5-6 tahun, yang terpenting adalah menjadikan anak suka dengan ibadah Ramadhan. Orang tua bisa menghias rumah saat Ramadhan tiba, menyediakan hidangan berbuka dan sahur yang disukai anak, dan memberi hadiah saat anak berpuasa.
Pemberian hadiah yang terbaik adalah apresiasi psikologis. Hadiah diberikan dalam bentuk pujian yang tidak berlebihan atau kalimat motivasi untuk anak. Orang tua juga bisa menunjukkan rasa bangganya saat anak mau ikut berpuasa. Misalnya, “Ibu bangga punya anak salih yang mau puasa seperti adik. Allah juga pasti sayang sama adik. Allah suka sama orang yang berpuasa. Ini ada hadiah dari Allah untuk adik.”
Hadiah juga bisa diberikan dalam bentuk makanan kesukaan anak, jalan-jalan ke tempat yang diinginkannya atau barang yang ia butuhkan. Sebaiknya hindari memberikan hadiah berupa uang. Pada tahap ini, intinya adalah membuat anak merasa bahwa Ramadhan itu menyenangkan.
3. Tahap pembiasaan (7-8 thn)
Mulai usia 7 tahun anak sudah bisa dilatih untuk berpuasa sehari penuh. Pada tahap pembiasaan ini, anak yang sudah menjalankan puasa Ramadhan dengan suka cita akan merasa bahwa Ramadhan itu seru. Ia akan bertanya, “Kapan Ramadhan lagi?”. Pada tahap ini, ia sudah tidak memerlukan reward atau hadiah lagi. Orang tua hendaknya melibatkan anak dengan berbagai aktivitas di bulan Ramadhan, seperti mempersiapkan buka, mengajak sahur dan beribadah bersama. Ayah ibu juga harus bersemangat melakukan ibadah di bulan Ramadhan. Suasana Ramadhan yang spesial akan dirasakan oleh anak. Hal tersebut sudah menjadi reward baginya.
4. Tahap penguatan/anak menjadi lebih suka (9-10 thn)
Pada tahap penguatan, anak yang sudah sadar dan ingin menjalankan puasa sendiri bisa mulai diajak untuk i’tikaf. Berdiam diri di masjid dapat dilatih dengan cara mengajak anak salat berjamaah. Hal ini bisa dimulai secara bertahap, semisal pada awalnya mengajak anak berada di masjid selama satu jam lalu mengajak anak i’tikaf selama semalam. Kemudian bisa ditambah beberapa hari saat anak sudah berhasil menjalankan ibadah dengan baik. Tentunya disertai penjelasan sebelumnya tentang i’tikaf, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
5. Tahap pengokohan/kemandirian (11-12 thn)
Jika empat tahapan di atas sudah dilalui dengan baik, maka anak akan sampai pada tahap di mana ia bisa menjalankan puasa Ramadhan tanpa disuruh. Setelah anak mengenal Ramadhan, menjadi suka dan kemudian terbiasa sehingga pada akhirnya menjadi karakter yang melekat pada dirinya. Ia sudah bisa menjalankan ibadah di bulan Ramadhan sebagai bentuk keimanan pada Rabb-nya.
6. Tahap pengayaan/memperkaya kegiatan Ramadhan (usia >13 tahun)
Pada usia 13 tahun ke atas, anak sudah memahami hakikat berpuasa di bulan Ramadhan. Anak sudah sepenuhnya sadar bahwa puasa yang ia kerjakan dinilai langsung oleh Allah. Ia enggan berbuka meski tidak ada orang yang tahu sebab ia yakin Allah melihatnya. Pada tahapan ini anak dapat memperkaya kegiatan ibadah yang dilakukan selain puasa, seperti tarawih, tadarus Al Quran, menghadiri kajian, i’tikaf, bersedekah, memberi makan orang yang berpuasa, dll.
7. Tahap evaluasi
Jika anak pada usia tertentu belum berlatih puasa, anak usia baligh belum menjalankan puasa Ramadhan atau anak menjalankan puasa hanya karena disuruh, orang tua sebaiknya mengevaluasi kembali tahapan-tahapan yang telah dilakukan. Penanganan yang tepat disesuaikan dengan usia anak akan membantu orang tua melatih anak-anaknya untuk berpuasa di bulan Ramadhan.