Seorang Gangster Jamaika Masuk Islam Karena Baca Al Quran

Seorang Gangster Jamaika Masuk Islam Karena Baca Al Quran

Seorang Gangster Jamaika Masuk Islam Karena Baca Al Quran
Ilustrasi gangster. (ils: Dribbble/Midhun Mohan)

Suaramuslim.net – Namaku Serrant Howell. Usiaku 59 tahun, menjelang 60 tahun. Aku sudah 15 tahun memeluk Islam. Aku berasal dari Kingston, Jamaika. Pada dasarnya aku ini Kristen. Kakekku adalah pembaptis di Church of God. Jadi sudah pasti ibuku juga Kristen. Meskipun dia jarang ke gereja, ibuku menyuruh anak-anaknya ke gereja. Kami pergi ke gereja bisa tiga atau empat kali sepekan.

Aku sering berpindah tempat tinggal. Karena itu, kadang aku ikut Kristen aliran tertentu. Kadang ikut gereja Katholik. Saat misa, aku mendengarkan ceramah pendeta. Mereka bilang, “Salam Maria, Ibunda Tuhan. Ampuni kami.” Aku bertanya pada diriku sendiri bagaimana Tuhan punya ibu. Jadi Dia punya ayah? Itu menancap di benakku. Di agama ini, aku tak tahu apa pun. Aku terjebak di sana sampai usia 22 tahun.

Aku banyak berpikir sambil terus menyendiri dan mengembara. Rambut ku panjangkan dan juga jenggot. Orang bilang, “Kamu mirip Rasta.” Aku pun menjadi Rasta. Sebab, aku tidak mantap dengan Kristen. Meskipun begitu, aku tetap mambawa Bible setiap hari. Kata orang, itu bisa manjauhkan dari setan. Sampai-sampai saya hafal Kitab Kejadian, dari Mazmur hingga Kitab Wahyu. Orang penganut Rastafaria memang masih membaca Bible meski tidak sepenuhnya mengikuti ajaran Kristen.

Pada dasarnya aku suka membaca Bible. Tiap hari membaca satu bab. Setiap kali membacanya, aku menemukan anak Tuhan. Lagi-lagi anak Tuhan. Membingungkan. Tapi bagi orang Kristen, hal ini tak masalah. Hal ini aku alami hingga usia 44 tahun.

Aku mulai bergaul dengan banyak kelompok dan gangster Jamaika. Di situlah kemudian aku bertemu seseorang muslim. Aku sering bertemu dengannya. Padahal aku sudah lama kenal dia tapi aku tak tahu kalau dia itu muslim. Suatu hari dia mengatakan bahwa agamanya Islam. Aku menjawab, “Siapa itu muslim? Hamas atau hizbullah?” Dia hanya menjawab, “Ah, jangan begitu.” Dia mengajakku ke tempat tinggalnya dan membantu pekerjaannya.

Lalu dia memberiku Al Quran. Dia bilang mungkin kamu mau membacanya. Aku bertanya apa itu Al Quran. Dia menjawab ini kitab orang Islam, siapa tahu kamu suka. Aku pun membaca bismillahirrahmanirrahim ‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.’ Aku agak kaget. Siapa yang bisa Maha Penyayang? Siapa ini?

Mulai ku baca Al Fatihah. Lalu aku membaca Al Baqarah dan Ali Imran. Aku terus membacanya karena buku ini sangat menarik. Pada dasarnya aku suka membaca. Jadi ku anggap ini sedang membaca buku. Jadi terus ku baca sampai larut malam. Setelah bangun paginya aku kembali terlibat kejahatan sebagai gangster. Begitulah awal-awal mengenal Al Quran. Saya baca terus di malam hari sampai tamat.

Temanku bertanya bagaimana buku itu. Aku jawab, buku ini sangat mencerahkan. Banyak jawaban di buku ini yang dari pertanyaan yang ku punya selama ini. Tapi aku masih belum kenal agama apa ini. Lalu dia memberiku buku kisah nabi (Muhammad saw). Setelah membacanya, aku terkesan. Aku bertanya kepada temanku, “Apakah orang seperti ini benar-benar ada?” Dia bilang ya memang. Dia hidup 1.420 tahun yang lalu. “Kamu serius?”  Dia jawab tentu saja.

Dia terus memberiku buku-buku lainnya dan ku pun baca semuanya. Dia tidak menyuruhku untuk masuk Islam. Dia cuma memberi buku dan aku membacanya.

Selama setahun membaca, saya bilang ke temanku. “Aku mau masuk Islam. Aku mau menjadi salah satu sahabat dari orang ini (Nabi Muhammad saw.).” Saat itu, usiaku 44 tahun, menjelang ulang tahun ke-45. Masih banyak hal yang aku tidak tahu. “Aku sudah melihat semuanya, buku ini (Al Quran) memberi tahu banyak hal,” jelasku pada temanku.

Apakah kamu yakin, begitu dia tanya padaku. “Ya aku yakin, Aku sangat yakin ini adalah agama yang baik. Tidak seperti yang kita dengar dari berita. Butuh waktu setahun karena aku aku ingin memastikan agama ini adalah agama yang sebenarnya. Tidak seperti keyakinan Rasta.

Setelah itu, temanku mengajari aku apa yang harus dilakukan sebelum salat. Harus ada niat, berwudhu, dan harus melakukannya lima kali setiap hari. Jadi ada keteraturan. Inilah yang membuatku butuh setahun mendapatkan apa yang diperlukan. Agama ini sangat teratur.

Agama ini membawa keteraturan. Ini tidak seperti Rastaman/Rastafaria. Kami dulunya biasa melakukan kejahatan. Pergi ke klub malam, main wanita, bahkan banyak wanita. Sampai-sampai aku punya anak di luar nikah.

Satu-satunya kekhawatiran terbesarku sebelum masuk Islam adalah bagaimana aku bisa membaca buku ini dalam bahasa Arab. Sebab salat juga harus bahasa Arab. Itulah keprihatinanku. Lalu seorang kawan mengatakan, “Jangan khawatir. Bahasa Inggris saja. Allah Mahaagung, Tuhan Mahaagung. Dia akan akan membantumu jika kamu tulus.”

Lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat. Banyak teman-teman muslim yang hadir saat itu. Lalu mereka satu per satu memelukku dan mengucapkan selamat. Tak hanya itu, bahkan di antara mereka meminta saya mendoakan mereka karena saya dianggap bersih dari dosa. Aku bertanya, “Bagaimana bisa begitu?” Mereka menjawab jika seseorang masuk Islam maka Tuhan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu sehingga bersih seperti bayi baru lahir.

Aku merasa senang sekali. Seperti yang ku bilang, dulu hidupku tanpa aturan. Tanpa batasan. Semua hal biasa ku lakukan. Namun kini Islam memberi keteraturan dan komitmen. Sebab, aku terbiasa menghisap ganja dan minum alkohol. Dan Islam mengajariku bagaimana menghindarinya. Dan ganja itu yang paling berat menghindarinya.

Suatu malam, aku pernah berdiri untuk salat dan aku tak bisa mengingat Al Fatihah. Lalu heran bagaimana aku bisa lupa. Oh ya, ternyata sebelumnya baru saja menghisap ganja. Saat kamu menghisapnya, kamu akan berada dalam keadaan malas melakukan apapun. Aku harus berhenti. Selain itu, aku ingat Nabi Muhammad mengatakan, kamu harus mengorbankan apa yang kamu sukai kalau ingin jadi muslim. Selama ini aku suka ganja, kadang ku kunyah juga, atau ku minum di mana-mana. Sejak itu aku berhenti melakukannya.

Kini sejak masuk Islam, hubunganku dengan ibuku membaik. Karena ketika aku menganut Rastaman, aku tak pernah akur dengan ibuku. Karena seorang Rasta tidak makan daging babi. Jika pergi ke rumah ibu, dia selalu memasak babi. Mereka tahu aku tak makan babi. Jadi masaknya dipisah. Aku makan nasi dan sayur dan kadang ikan. Suatu hari ada yang mencampurkan babi di sayuran. Lalu aku marah dan aku tak mau bicara dengan ibuku dan keluargaku sejak menganut Rasta. Tidak mengunjungi mereka, tidak tegur sapa dan menghindari mereka.

Lalu aku membaca Al Quran tentang hubungan anak dengan ayah ibu dan tentang apa (kejelekan) memutus hubungan dengan kerabat. Lalu aku pulang ke rumah ibuku dan meminta maaf. Mari kembali seperti dulu lagi. Dia menyukainya. Dia lebih menyukai aku sebagai muslim daripada aku sebagai Rastaman.

Kini aku berpesan kepada orang-orang yang masih ragu dengan Islam. Jika kamu ingin jawaban dari semua pertanyaan dalam hidupmu. Tujuan hidup, untuk apa kita dilahirkan, maka Islam dan Al Quran mempunyai semua jawabannya. Yakinlah dan datanglah kepada Tuhan. Banyak orang Islam yang akan membantu kamu seperti aku ini. Jadi sembahlah Allah, agar kau selamat.

Channel YouTube: Islam Bersatulah (diedit dari channel Overcometv)

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment