Suaramuslim.net – Tak hanya memerintahkan untuk saling menyayangi kepada sesama manusia, Allah juga memerintahkan manusia untuk memperlakukan binatang dengan baik. Hal ini juga telah dicontohkan oleh Rasulullah. Bagaimana sikap Rasulullah terhadap binatang? Berikut ulasannya.
Setiap muslim telah meyakini bahwa sikap yang paling mulia adalah sikap yang dimiliki oleh Rasulullah shallallahi ‘alaihi wa sallam. Bahkan, terhadap binatang sekalipun, Rasulullah shallallahi ‘alaihi wa sallam senantiasa memperlakukan binatang dengan baik.
Dalam sebuah kisah, Nabi bercerita, “Suatu saat, ada seorang lelaki yang berjalan hingga dia kehausan. Sambil berjalan, dia menemukan sumur, dan berusaha mengambil air di sumur itu. Dia pun berhasil mengambil air dan berhasil minum. Usai minum, lelaki itu berpapasan dengan seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya karena kehausan. Karena tidak tega, lelaki itu pun mencoba mengambilkan air sumur untuk anjing tadi. Anjing itu pun bersyukur pada Allah dan memintakan ampun untuk lelaki tersebut.” Sahabat bertanya, “Rasul, apakah kita mendapatkan pahala bila berbuat baik pada hewan?” “Ya, tentu. Menjaga keberlangsungan hidup makhluk Allah itu jelas berpahala,” jelas Nabi (HR Bukhari).
Rasulullah Melarang Menyiksa Hewan
Pada suatu ketika Nabi shallallahi ‘alaihi wa sallam melihat sekelompok orang yang duduk santai sambil mengobrol di atas seekor onta. Beliau mendekati mereka dan memperingatkan dengan berkata, “Naikilah dia dengan baik, dan biarkanlah dia beristirahat melepaskan lelahnya dengan baik pula. Punggungnya jangan kalian jadikan kursi tempat bercakap-cakap dan membual. Mungkin yang dinaiki lebih baik dan lebih ingat akan Tuhan dari pada yang naik di atasnya.” (HR. Ahmad dan At-Thabrany).
Sampai-sampai katak pun dilarang dibunuh. Suaranya yang membisingkan itu, pada hakekatnya suara tasbih mensucikan nama Allah. Demikianlah Nabi shallallahi ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh An-Nasa’i sedang kebiasaan mengadu antara sesama hewan apapun jenisnya, termasuk juga larangan dalam rangka anjuran dan perintah kepada umatnya agar berlaku baik dan kasih sayang terhadap semua hewan sebagai makhluk yang bernyawa.
Nabi shallallahi ‘alaihi wa sallam bersabda. “Seorang perempuan masuk neraka hanya karena kucing yang diikatnya. Kucing itu tidak diberinya makan, tidak pula dibiarkannya pergi mencari makanan sendiri, dari binatang-binatang yang melata di bumi.” (HR. Bukhari).
Tentu sebaliknya, orang yang memelihara hewan dan merawatnya, kemungkunan bisa menjadi amal salihnya di akhirat nanti. Dalam sebuah kisah Nabi Muhammad shallallahi ‘alaihi wa sallam pernah marah sekali melihat “sahabat” yang suka menyiksa hewan. Diriwayatkan dari Jabir yang mendengar cerita Rasulullah sallallahi alaihi wa sallam, “Seekor hewan lewat di depanku, dan wajahnya terlihat terluka bekas terbakar.” “Semoga Allah memberi pelajaran orang yang melukai keledai ini.”(HR Muslim).
Nabi Larang Pisahkan Anak Hewan dari Induknya
Bak anak manusia yang senantiasa ingin dekat dengan ibunya, begitupun dengan anak hewan. Anak hewan butuh akan kasih sayang induknya. Tentu kita sering mendengar suara itik ayam, suara piyik burung, saat ditinggal induknya. Itu artinya si piyik itu sedang mencari induknya. Karenanya, Rasulullah melarang pada umatnya memisahkan anak hewan dari induknya.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud yang bercerita demikian, “Suatu saat, kami pergi bersama Rasulullah shallallahi ‘alaihi wa sallam menemaninya memenuhi kebutuhannya. Tiba-tiba, kami melihat seekor burung sedang bersama dua piyiknya. Kami iseng mengambil dua piyik tersebut yang membuat induknya mengibas-ngibaskan kedua sayapnya. Nabi pun datang dan bertanya, “Siapa yang mengagetkan induk piyik ini? kembalikan piyik ini pada induknya” (HR Abu Daud).
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir