Suaramuslim.net – Menjelang bulan Ramadhan banyak televisi yang mengadakan acara kontestan para dai. Banyak masyarakat yang begitu semangat menyaksikan acara tersebut. Apalagi dengan tampilnya para dai-daiah muda dengan ciri khas yang dibawanya masing-masing. Kehadiran mereka seperti air segar di tengah hausnya masyarakat akan ilmu yang dapat dengan mudah mereka cerna, khususnya ketika bulan ramadhan.
Di satu sisi kita merasa bergembira. Namun di sisi yang lain kita juga perlu waspada. Acara kontestan para dai selalu diwarnai panggung yang gemerlap, hadiah yang memukau apalagi mereka juga harus saling berlomba untuk memperbanyak penggemar yang nantinya akan ditentukan melalui polling sms. Bila tak hati-hati, niat akan berubah, hati akan berbelok lebih tertarik mengejar manisnya dunia dibandingkan kenikmatan abadi di negeri akhirat.
Padahal jalan dakwah tak selamanya indah seperti yang mereka rasakan ketika tampil di atas panggung. Adakalanya mereka harus lebih sering dicaci dari pada di berikan puji dan diberikan imbalan materi. Adakalanya pula mereka harus lebih sering keluar air mata rintihan doa dibandingkan tawa yang sedikit dimasuki rasa bangga. Ya karena begitulah jalan dakwah, jalan yang telah ditempah para nabi dan rasul, di mana mereka lebih sering berburu pahala surga dibandingkan imbalan dunia semata.
Beban dakwah hanya mungkin dipikul oleh orang yang kuat dan hebat. Tugas penting hanya mungkin dijalankan oleh orang pilihan. Amanah yang utama hanya mungkin dilaksanakan oleh orang yang memiliki keutamaan. Perintah istimewa juga hanya mungkin diemban oleh orang yang istimewa pula.
Makna dakwah sebenarnya
Dakwah adalah beban yang berat, tugas yang penting, amanah yang utama, dan perintah yang istimewa dari Allah swt. Kepada orang-orang yang beriman. Dakwah hanya akan sukses dan berhasil mencapai tujuannya jika diemban oleh orang-orang yang kuat dan hebat, yang memiliki keutamaan dan keistimewaan. Bukan oleh orang yang lemah, sembarangan, berkualitas rendah dan biasa-biasa saja.
Karena itu agar sukses dakwah hari ini sama dengan sukses dakwah yang diraih oleh para sahabat ra. Sudah selayaknya para pengemban dakwah hari ini meng-copy paste kepribadian mereka. Baik dalam hal kualitas keimanan dan ketakwaan mereka, banyaknya dzikir dan taqarrub mereka kepada Allah swt.
Kekhusyu’an mereka dalam berdoadan beribadah, keluasan ilmu agama mereka, banyaknya amal shalih mereka, keagungan perilaku dan akhlak mereka, besarnya semangat dan ghirah dakwah mereka. Serta luar biasanya pengorbanan harta dan jiwa mereka di jalan Allah swt.
Ketika para pengemban dakwah gagal dalam meng-copy paste seluruh keteladanan generasi para sahabat ra, ini maka keberhasilan dakwah sebagaimana yang mereka raih akan gagal pula diraih para pengemban dakwah.
Lalu salahkan acara kontestan dakwah yang diadakan beberapa televisi swasta khususnya pada bulan Ramadhan? Tak ada yang salah, justru akan berdampak positif sebagai sarana regenerasi ulama di masa yang akan datang. Asalkan tak hanya performa mereka di atas panggung yang mereka jaga, namun juga iman, hati, dan takwa mereka kepada Allah swt.
Semoga tak hanya sorak sorai para penonton, hadiah yang mewah serta penggemar yang begitu menggebu yang mereka kejar, namun juga kemuliaan abadai sebagai generasi pewaris para nabi, menyerukan agaman islam.
Seorang guru pernah memberikan nasihat, “ Sebisa mungkin kita harus berupaya menghidupkan agama Allah, bukan malah mencari penghidupan pada agama Allah.”
Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita semua dari tergesernya niat dari panggung dakwah yang megah menjadi semata-mata lillah. Wallahu a’lam bishawab.
Kontributor: Santy Nur Fajarviana*
Editor: Oki Aryono
*Pengajar di MIT Bakti Ibu Madiun