(Suaramuslim.net) – Menelusuri kota Bristol, kita akan dibawa pada keindahan kota pelabuhan dan tempat tinggal yang asyik dan menentramkan. Kota dengan pemandangan yang natural ini dikenal sebagai salah satu dari dua pusat administratif Inggris Barat Daya (satunya lagi adalah Plymouth).
Seperti penduduk Eropa umumnya, Bristol banyak dihuni oleh pendatang yang menetap di kota ini. Tidak heran bila perbedaan etnis, ras, warna kulit, menjadi panorama tersendiri dalam arti hidup keberagaman.
Begitu pun dengan penduduk muslim di Bristol, mayoritas pendatang. Pendatang tersebut terbanyak dari Asia Selatan, seperti, India, Pakistan dan Bangladesh. Ada juga dari Somalia dan Indonesia. Hal itulah yang diceritakan Keisya Azzahra salah satu Mahasiswi di University of The West of England asal Indonesia kepada Suaramuslim.net.
Berdasarkan sensus penduduk yang dilaksanakan pada tahun 2011, agama Islam menempati posisi kedua setelah Kristen dari segi jumlah penganut di Britania Raya. Sensus yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali ini menunjukkan lebih kurang 4,4% warga Britania Raya, yang mencakup daerah Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara, adalah muslim.
Bristol dianugerahi sebagai “the best city to live in the United Kingdom” berdasarkan survei The Sunday Times tahun ini. Layaknya kota di Inggris lainnya, Bristol juga memiliki keberagaman yang tinggi dalam masyarakatnya.
Bagi Keisya, Ramadhan di Bristol adalah moment “ujian” bagi umat muslim, terutama yang terbiasa hidup di Indonesia. Di Bristol, puasanya sekitar 19 jam ketika musim panas. Untuk sahur jam 02.30 dini hari dan berbuka jam 21.15 malam.
Keisya menambahkan, masjid di Bristol bila Ramadhan selalu menyediakan takjil dan makanan untuk berbuka puasa. Bedanya, di Bristol, takjil dan menu berbuka jadi satu paket.
Beberapa masjid yang berdiri di kota ini adalah Masjid Jami Bristol, Masjid Jami Easton, Masjid Jami Shah Jalal, Masjid Fishpond, Masjid Central Bristol, Masjid As-Sunnah, Masjid Ad-Duha, serta Masjid Al-Baseera. Meski tak besar dan sangat sederhana, masjid-masjid tersebut secara rutin menyelenggarakan shalat lima waktu termasuk shalat Jumat. Beberapa di antara masjid tersebut tampil lengkap dengan kubah dan menara.
Di antara masjid itu, tidak sulit untuk mencari kajian-kajian keislaman. Banyak dari komunitas muslim mengadakan kajian rutinan yang diperuntukan bagi masyarakat umum.
Menurut Keisya kehidupan berdampingan antar umat beragama di Bristol terbilang harmonis. Satu sama lain saling menjaga dan hidup toleransi. Meski Islamophobia masih besar di Inggris, terutama di Bristol.
“Saat sore pulang kerja, banyak penduduk Bristol nongkrong-nongkrong di angkringan, dan kebiasaan mereka minum beralkohol, namun bila ada orang yang beragama Islam ikut nongkrong, mereka bisa menjaga dengan baik”, cerita Keisya yang juga alumni Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir