JAKARTA (Suaramuslim.net) – Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah sampai titik terendah sejak awal 2018. Hari ini, Jum’at (29/6) nilai tukar Rupiah tembus 14.300 per dollar AS. Pada perdagangan hari ini, kurs bahkan sempat menyentuh Rp 14.217 per dollar AS.
Menurut Bhima Yudhistira Adhinegara ekonom dari Institute for Development of Economics & Finance (INDEF), tersungkurnya nilai rupiah sangat memukul dunia usaha karena harga pokok akan naik, dan sebagian besar bahan-bahan komponen banyak yang impor, sehingga untuk membayarnya akan semakin mahal.
Saat ditanya apa faktor yang menyebabkan rupiah naik, Alumnus Universitas Gadjah Mada ini mengungkapkan setidaknya ada 2 faktor yang menjadi sebab.
“Ada 2 faktor, faktor dari global dan domestik. Sebagian besar disebabkan oleh efek dari pengetatan yang dilakukan dari bank sentral Amerika Serikat, kalau bank sentral Amerika Serikat akan menaikan acuannya, dana, likuiditas yang ada di negara-negara berkembang akan ditarik ke Amerika Serikat”, tuturnya saat di wawancarai Suaramuslim.net.
Kemudian yang kedua dari segi perang dagang antara Amerika dan China yang dipengaruhi saling proteksi dagang, dan Indonesia terkena imbasnya.
“Defisit neraca perdagangan Indonesia membengkak hingga 1,5 Milliar US dollar bulan Mei”, ungkap Bhima.
Penyebab terakhir yakni faktor domestik, dimana perkembangan ekonomi Indonesia stagnan pada angka 5%, sementara terjadi defisit neraca perdagangan.
“Apalagi ada pemilu, ada efek ketidakpastian karena kebijakan-kebijakan yang merugikan, dan investor pasti mikir kalau mau menginfestasikan ke Indonesia” kata Bhima.
Doktor lulusan Inggris ini melanjutkan, “Kalau ini dibiarkan perekonomian Indonesia akan menurun dan tumbuh dibawah 5 %, maka kami sarankan pemerintah, kalau memang kebijakan sekarang tidak efektif, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan untuk relaksasi, pajaknya jangan agresif, biar pelaku usaha tidak konsident, bisa tetap berkembang”, pungkasnya.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Ahmad Jilul Qur’ani Farid