Suaramuslim.net – Usai melaksanakan Layanan Orientasi Siswa (LOS), saatnya peserta didik baru menerima materi pembelajaran formal di kelas. Tak lupa, sebagian besar para pengurus OSIS di lingkungan sekolah sekaligus mensosialisasikan program ekstrakurikuler (ekskul) kepada murid baru.
Masing-masing sekolah punya kegiatan ekskul berbeda. Meski demikian, ada beberapa jenis kegiatan ekskul yang sama dimiliki hampir sebagian besar sekolah di Kota Surabaya, mulai jenjang Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas. Beberapa diantaranya yang populer seperti sepak bola, basket, pencak silat, paskibraka, paduan suara, banjari, dan masih banyak lagi.
Nah, bagi siswa baru terutama mereka yang memasuki jenjang SMP, mungkin sedikit merasa bingung untuk menentukan pilihan ekskul. Biasanya pihak sekolah membatasi siswanya hanya boleh mengikuti 2 ekstrakurikuler. Rupanya kesulitan ini bukan hanya dialami oleh anak saja, melainkan juga para orang tua.
Seperti diketahui bersama bahwa kecerdasan seseorang terbagi menjadi tiga bidang. Ada kecerdasan intelektual, emosional, dan kecerdasan spiritual. Ketiganya haruslah berjalan seimbang. Selain prestasi akademik, pendidikan juga harus mampu meningkatkan soft skill atau keterampilan anak didiknya.
Salah satu cara untuk melejitkan bakat anak yaitu melalui kegiatan lain di luar jam sekolah. Entah itu dengan mengikuti les/kursus tertentu, atau ikut ekskul di sekolah. Nah, agar kegiatan ekskul anak di sekolah selaras dengan kecerdasan alami serta bakat sang anak, para orang tua perlu menyimak beberapa tipsnya nih.
Pertama, orang tua harus paham bahwa keinginan anak mengikuti kegiatan ekskul adalah untuk mempelajari hal baru diluar mata pelajaran dalam kelas. Hal yang perlu disadari bahwa kegiatan akademis seperti les privat atau bimbingan belajar bukanlah termasuk kegiatan ekstrakurikuler.
Meski dengan les privat pemahaman anak akan pelajaran di sekolah semakin matang, namun terkadang hal itu mudah membuat jenuh bahkan malas belajar. Sehingga, ada baiknya orang tua arahkan kegiatan tambahan lain di luar bidang akademis, yang lebih seru dan menyenangkan bagi anak.
Kedua, biarkan anak mengikuti dua ekskul di sekolah. Tidak semua orang tua mengenal dengan benar bakat anak mereka. Sebagian anak mungkin sudah menunjukkan minat atau bakatnya sejak kecil, namun ada juga anak yang baru memperlihatkan bakatnya setelah mengikuti kegiatan tertentu. Sehingga, untuk mengenalinya, tak ada salahnya jika anak diberikan alternatif dengan mengikuti 2 ekskul.
Misalnya untuk anak laki-laki bisa memilih ekskul sepak bola dan paduan suara, sementara anak perempuan ekskul tata boga dan paskibraka. Dari sana akan terlihat kecondongan anak pada salah satu kegiatan. Tugas orang tua hanya mengarahkan, bukan malah menentukan anak harus ikut ekskul tertentu yang sebenarnya bertolak belakang dengan kegemaran sang anak.
Ketiga, perhatikan perkembangan anak setelah mengikuti kegiatan ekskul. Setelah menemukan jenis kegiatan ekskul yang dirasa tepat untuk anak, tindakan berikutnya adalah monitoring sekaligus evaluasi. Para orang tua bisa memperhatikan perubahan otak dan psikologi anak.
Jika anak menunjukkan perilaku malas dan tidak bersemangat, artinya dia kurang menikmati ekskul. Sehingga orang tua harus segera mengambil tindakan mengarahkan anak agar mencoba kegiatan ekskul lainnya. Sebaliknya, jika muncul perubahan karakter ke arah positif, seperti lebih percaya diri dan disiplin, maka bisa dipastikan kegiatan eksul tersebut sangat cocok bagi anak.
Terakhir, tetaplah berikan semangat dan motivasi pada anak agar giat berlatih. Terkadang anak merasa malas mengikuti kegiatan ekskul karena kelelahan seharian belajar di kelas. Di sinilah peran orang tua diperlukan. Orang tua harus bisa memberikan motivasi agar anak tetap tekun berlatih dan fokus. Bisa jadi karena ikut-ikutan teman si anak hilang fokus, dan malah memilih mengerjakan aktivitas baru lagi yang justru melenceng dari bakat si anak.
Kontributor: Siti Aisah
Editor: Oki Aryono