Jawaban Atas Surat Terbuka Untuk Cawapres Ustadz Abdul Somad

Jawaban Atas Surat Terbuka Untuk Cawapres Ustadz Abdul Somad

MIUMI Kota Bekasi Sayangkan Sikap UGM Tolak UAS
Ustadz Abdul Somad saat On Air di Suara Muslim Radio Network (foto: Suaramuslim.net/Subagus Indra)

Oleh: Yusuf Maulana (Penulis Buku “Mufakat Firasat”)

Maaf, Syeikh, Ustadz Abdul Somad sepengetahuan patik mungkin punya kekurangan untuk disandingkan dengan almarhum Kiai Zainuddin MZ. Hanya saja, Ustadz Somad juga ada kelebihan bila disandingkan Kiai Zainuddin. Meski politik pernah “memerangkap” almarhum hingga engkau sebut berujung sebuah taubat, untuk meng-qiyas dampak bakal serupa pada alimin lainnya, hemat patik, masih dini ya Syeikh.

Tiap alim punya kapasitas beragam. Punya bekal yang tak hanya ilmu alat. Tapi juga wawasan global meski tak harus mendalam. Keinsyafan pada luasnya ragam khazanah umat, dan bagaimana menenggang beda yang ada tanpa basa-basi, ini pun bisa berbeda pada sosok dua alim.

Yang mesti dilakukan umat, khususnya sesama alim, adalah terus mendorong seorang ulama agar menjadi penyeimbang pasangan di pemerintahan. Bekali pemahaman teoretis di bangku pendidikan dengan keluasan praktis di lapangan nyata. Idealisme syari’at diimbangi keluasan menerapkan maqashid syariah-nya ketika dijalankan dalam kekuasan atas masyarakat plural.

Dan sosok semacam Ustadz Somad mesti didorong untuk menjadi pembelajar. Umat mesti ikhlas tak jadikan beliau sebatas guru yang hanya berperan sebagai obat di tengah kekuasaan acap dusta kini. Beliau harus ceramah dan sekaligus jalankan dengan amanah yang digenggam. Ceramah bukan di atas podium umat belaka, melainkan juga podium masyarakat luas yang memerlukan penanganan segera dengan ribuan masalah kesehariannya. Tema agama mesti disajikan dalam format universal kemanusiaan. Ini kesempatan beliau terapkan paripurnanya Islam. Bukan lagi level wacana, melainkan aksi kebangsaan.

Ustadz Somad jelas punya modal. Mulutnya tajam tapi ia setidaknya tak pernah mudah obral janji dan tebar pesona demi penuhi pengemas citra. Ia masih lebih baik dari seorang di istana sana. Mungkin tidak di depan juru survei politik dan analis media. Tapi siapa tahu ia sosok tepat bagi bangsa ini, dan lebih penting lagi: ia direstui Pemilik Langit.

Tentang kedudukan beliau selepas di kekuasaan, patik arahkan pembaca budiman menyimak peran Rachid Ghannouchi. Menjadi penasihat tanpa duduk di kekuasaan formal di negerinya, Tunisia. Semoga lain kesempatan bisa patik ungkai dengan detail hal ini. []

 

Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment