Suaramuslim.net – “Iman itu kadang naik dan kadang turun, maka perbaruilah iman kalian dengan kalimat laa illaha illallah” (HR. Ibn. Hibban)
Para jomblo memang paling rentan galau. Melihat orang lain berduaan timbul rasa iri. Tidak sengaja menatap suami-istri berboncengan sepeda motor, juga bikin hati berdenyut-denyut. Apalagi kalau melihat teman sudah ada yang menimang bayi. Galau semakin menjadi-jadi. Ditambah lagi orang-orang zaman sekarang banyak yang update status romantis di medsos.
Semua perasaan itu adalah manusiawi. Wajar jika hati menjadi terombang-ambing sejenak. Ketika mempunyai harapan yang belum menemukan kenyataan itu namanya masalah. Masalah inilah yang membuat galau. Tetapi bagi seorang muslim, galau itu tidak boleh berlarut-larut. Apalagi jika galaunya karena silau akan lawan jenis. Kita harus segera memperbanyak istighfar sebelum jiwa dikendalikan oleh nafsu.
Iman seseorang itu fluktuatif. Naik turun iman dipengaruhi oleh amalan. Bila hendak beroleh iman yang teguh, maka perbanyaklah amal saleh. Inilah rumusan sederhana untuk menjadi orang baik. jangan pernah kita biarkan waktu luang kita kosong tanpa aktivitas. Mari isi dengan kebaikan dan dengan kegiatan-kegiatan positif.
Iman seorang mukmin itu seperti pohon. Ada aqidah, keyakinan yang menghunjam kuat ke dalam dada, berakar dan bersembunyi di hati. Namun ia sangat mempengaruhi raga. Memunculkan ibadah yang dirasakan orang lain dalam bentuk kemanfaatan. Akhlak terpuji seorang muslim adalah yang membawa manfaat bagi sekelilingnya. Khairunnas anfauhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Bayangkan, bila kesejatian karakter sudah kita gapai dengan sibghah-Nya. Semua tingkah laku kita akan mengikuti aturan main Allah. Belajar etika seperti yang dicontohkan Rasulullah. Menjaga hati dan pandangan lebih mudah, melangkah untuk menikah pun tidak payah. Dengan akhlakul karimah, mungkin banyak ayah-bunda yang sudah melirik agar kita menjadi menantunya.
”Celupan warna Allah. dan siapakah celupan warnanya daripada Allah?” (QS. Al-Baqarah: 138)
Maka saat dalam kesendirian itulah, waktu yang tepat untuk semakin mendekatkan diri kepada Illahi, memperbarui iman kita dari hari ke hari sehingga kita pun menjadi singlelillah dengan kualitas tinggi. Bila ikhtiar telah dilakukan dengan sepenuh upaya, kini saatnya kita menunggu Allah menggerakkan datangnya jodoh kita dengan cara yang tak pernah terduga. Wallahu a’lam bishawab.
Kontributor: Santy Nur Fajarviana *
Editor: Oki Aryono
*Pengajar di MIT Bakti Ibu Kota Madiun