Suaramuslim.net – Puji syukur kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Kamis-Jum’at (18-19 Oktober 2018) saya bisa dipertemukan dengan para perwakilan kepala sekolah yang berada di MKKS dan pengawas SMA-SMK dan PKLK se Jawa Timur. Pertemuan ini untuk menyikapi betapa semakin tersudutnya dunia pendidikan kita, guru dan kepala sekolah menjadi galau ketika harus melaksanakan proses-proses pembelajaran.
Mereka dihantui oleh wacana ketakutan akan terjadinya tindak kekerasan terhadap siswa, sehingga proses pendidikan yang dijalankan menjadi sangat standar sekali. Sementara tuntutan orang tua terhadap kualitas pendidikan semakin tinggi tapi kepeduliannya hampir berada pada titik yang nadir.
Pertemuan ini merupakan respon yang diberikan oleh Dewan Pendidikan Jawa Timur atas maraknya kekerasan di dunia pendidikan serta suasana kegalauan yang dihadapi oleh para civitas pendidikan di sekolah-sekolah khususnya SMA, SMK dan PK-PLK di Jawa Timur.
Adapun tujuan dari pertemuan ini sejatinya memberikan solusi jalan tengah bagi kegundahan guru dan kepala sekolah di tengah tuntutan peningkatan kualitas pendidikan. Pertemuan yang bertajuk “Workshop Sekolah Ramah Anak SMA, SMK dan PK-PLK Jawa Timur 2018 ini bertemakan “Membangun Sekolah Yang Melayani”.
Mengapa Sekolah Harus Melayani?
Melayani adalah sebuah kata yang mengandung makna bahwa subjek yang dibebani mempunyai kelebihan sehingga dia bisa memberi. Kadang juga terkandung sebuah perintah oleh subjek lain yang dihormati yang harus dilaksanakan. Melayani seringkali dianggap sebuah sikap tidak berdaya terhadap pihak yang berharap dilayani. Sehingga seringkali posisi melayani dianggap sebuah posisi yang lebih rendah dibanding dengan posisi pihak yang minta dilayani.
Dalam dunia pendidikan dan perubahan perilaku serta pemberdayaan, tidak berlaku bahwa yang melayani berposisi lebih rendah dari yang melayani. Justru dalam dunia pendidikan posisi melayani merupakan posisi mulia, karena dilakukan dengan tulus di tengah keberdayaan dan kemampuan yang dimiliki.
Saya yang kebetulan diminta untuk mendampingi mereka membuat rumusan dan langkah pelaksanaan serta bagaimana membuat indikator capaian. Mencoba memulai dengan menggali pemahaman kawan-kawan kepala sekolah, pengawas dan guru tentang definisi kekerasan, ramah dan pendidikan yang ramah.
Dalam benak kawan-kawan kepala sekolah, guru dan pengawas masih tertanam bahwa apa yang mereka lakukan yang kemudian dianggap oleh masyarakat sebagai tindakan kekerasan, sejatinya tidak dimaksudkan untuk itu. Karena sejatinya niat mereka itu sangat mulia, yaitu mendidik anak-anak agar mempunyai tanggung jawab dan menjadi lebih baik.
Memang apa yang dilakukan oleh kawan-kawan di sekolah sejatinya mempunyai kandungan niat yang tulus dan baik, tapi apakah masyarakat bisa serta merta menerima perlakuan “mendidik” yang cenderung dianggap masyarakat sebagai kekerasan? Nah disinilah pemahaman dan persepsi yang sama antara masyarakat wali murid dengan sekolah harus dipertemukan. Harapannya agar terjadi kesepahaman antara wali murid dan sekolah atas sebuah perlakuan yang dilakukan oleh guru ketika menjalankan proses pembelajaran di sekolah.
Menentukan indikator layanan menjadi sebuah keniscayaan. Karena dengan menentukan indikatornya maka secara sistematis semua akan diikat oleh kesepahaman yang sama apalagi kalau di dalam indikator layanan juga disebutkan indikator capaian dan cara mengukurnya. Sehingga semua sekolah bisa berbenah dan mengukur dirinya apakah mereka terkategori bisa melayani atau belum. Bagi saya menjadi penting menuntaskan dulu pemahaman tentang melayani, ramah, dan tindak kekerasan. Konsep tentang hal tersebut harus tuntas terlebih dahulu sebelum kita ajak mereka masuk ke dalam sistemnya.
Pekerjaan melayani bukanlah pekerjaan yang mudah dan bisa dilakukan oleh setiap orang. Pekerjaan melayani merupakan panggilan jiwa yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang terpanggil. Saya yakin setiap orang tua akan terpanggil untuk memberikan layanan terbaik bagi putra putrinya. Saya pun juga yakin bahwa setiap sekolah terpanggil memberikan layanan yang baik kepada wali murid dan anak didiknya. Saya pun juga semakin yakin niatan yang baik pasti akan bisa dipertemukan, bukankah semua kepala sekolah, pengawas dan guru adalah juga orang tua?
Dengan indikator-indikator yang tersajikan saya kira semua akan “dipaksa” untuk bisa memberi layanan yang terbaik bagi anak-anak. Di tengah kegundahan para kepala sekolah, guru dan pengawas, saya menyampaikan bahwa profesi guru merupakan profesi yang mulia, karena profesi mengemban tugas yang sama sebagaimana para nabi dan orang-orang terpilih lainnya. Saya pun sampaikan kelak bila ditempatkan di surga, mereka yang berprofesi melayani inilah yang akan bertetangga dengan para nabi dan orang-orang terpilih.
Semoga saja kita semua menjadi manusia yang terpilih dan bisa melayani dengan tulus. Aamiin.*
*Ditulis di Batusuki, Kota Batu 19 Oktober 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net