Suaramuslim.net – Kehadiran anak kedua tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Namun, jika jarak antara anak pertama dan kedua tidak terlalu jauh biasanya sering terjadi kondisi sibling rivalry. Sibling rivalry merupakan bentuk rasa iri sang kakak terhadap si adik. Hal ini mungkin saja terjadi karena kehadiran sang adik mendapatkan perhatian dari banyak orang, sehingga sang kakak merasa tersisihkan. Sibling rivalry juga merupakan suatu bentuk dari persaingan antara saudara kandung, kakak, adik yang terjadi karena seseorang merasa takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, sehingga menimbulkan berbagai pertentangan dan akibat pertentangan tersebut dapat membahayakan bagi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.
Sibling rivalry memang cukup sering terjadi, terutama pada awal kelahiran si adik. Kondisi ini harus segera mendapat perhatian dan penanganan agar tidak semakin berlanjut. Jika terus dibiarkan maka dapat berkembang menjadi persaingan antar saudara yang tidak sehat hingga mereka beranjak remaja atau dewasa. Sibling rivalry juga dapat menyebabkan pertengkaran saudara. Jarak usia yang lazim adalah jarak usia antara 1-3 tahun dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8-12 tahun (Millman&Schaefer :2007).
Sibling Rivarly sesuai Tahapan Usia Anak
- Usia 1-2 tahun
Anak sangat egois dan tidak memikirkan perasaan orang lain. Ia hanya tertarik untuk mendapatkan apa yang ia inginkan sekarang juga. Ini berarti, persaingan antar kakak-beradik belum terlalu kuat karena ia masih sangat memikirkan dirinya sendiri sampai-sampai belum memikirkan keberadaan kakak atau adiknya.
- Usia 2-3 tahun
Pada umumnya, anak berusia 2 tahun merasa dirinya paling penting. Ia menganggap dirinya adalah pusat perhatian dan kemarahannya sering meluap saat ia tahu bahwa ia tidak menjadi pusat perhatian. Bayangan akan kehadiran bayi baru akan mengguncang kestabilan emosinya dan memicu rasa cemburu terhadap kedatangan si adik. Kakaknya akan menganggap si adik adalah makhluk yang sangat menyebalkan.
- Usia 3-4 tahun
Di usia ini, anak memiliki pendapatnya sendiri, apa yang ia suka dan apa yang ia tidak suka. Ia tidak mau orang lain mencampuri rencananya. Karena itu, ia merasa adiknya sangat mengganggu dan mengancamnya. Perhatian orang tua padanya tidak cukup membuatnya tenang. Ia juga tidak mau diperintah kakaknya walaupun apa yang diharapkan kakaknya sebenarnya masuk akal.
- Usia 4-5 tahun
Hubungan kakak beradik berubah pada masa ini. Ia tidak lagi merasa terganggu oleh kehadiran adik baru. Anak sulung akan lebih positif pada tahap ini dan ia ingin adiknya mengagumi dan menghargainya. Ia akan mencoba memberi contoh yang baik. Sebaliknya, sang adik pada usia ini akan mencontoh kakaknya dan mengakui prestasinya walaupun tindakan ini dapat saja memacu dirinya atau malah sebaliknya, tanpa sadar membuatnya membenci kakaknya.
- Usia 5-6 tahun
Sekolah mengubah kehidupan anak usia 5 tahun. Ia sekarang memiliki dunianya sendiri yang terstruktur, yang membuka peluang baginya untuk berteman dengan anak lain di luar anggota keluarga. Ini akan membuatnya lebih toleran terhadap adiknya. Pada usia ini, biasanya si kecil sangat menghargai figur kakak karena ia dapat menarik pelajaran dari pengalaman dan petunjuk yang disampaikan sang kakak seputar dunia sekolah.
- Usia 7-8 tahun
Ia sudah benar-benar nyaman di sekolah dan memiliki teman-temannya sendiri yang sangat ia hargai. Gangguan dari adiknya biasanya tidak ia hadapi dengan cara seperti sebelumnya. Saat sedang bersama temannya, ia menganggap adiknya memalukan, bukan menggemaskan! Pada situasi tertentu, anak usia 8 tahun mungkin akan meminta pertolongan kakaknya karena ia tahu sang kakak bisa diandalkan.
Sebagai orangtua, kita harus selalu memperhatikan perkembangan anak dan kondisi psikologi anak-anak kita agar tidak terjadi penyimpangan karakter di kemudian hari. Dengan akurnya kakak beradik maka kehidupan keluarga kita akan tenteram dan nyaman setiap hari.