Suaramuslim.net – Sebagai orang tua, pada diri kita tertanam kesadaran sejak kecil bahwa anak harus membalas budi kepada orang tua, bahwa anak harus patuh dan menurut pada orang tua, karena orang tua sudah sangat berjasa kepada anak-anak.
Tapi pengalaman hidup saya mengajarkan hal yang sebaliknya. Saya berkesimpulan bahwa apa yang saya berikan kepada anak, sesungguhnya tak berbanding lurus dengan apa yang saya dapatkan dari mereka.
Ketika mereka dilahirkan ke dunia ini, kebahagiaan yang diberikan sungguh tak ternilai harganya dan tak sebanding dengan apa yang telah diberikan pada anak. Melihat anak ibarat mendaki gunung, makin dihayati makin terasa meneduhkan dan menyejukkan.
Di rumahlah, bersama anak, atau bercanda bersama cucu, saya menemukan kebahagiaan sejati, yang tak saya dapatkan di tempat lain. Meskipun secara lahiriyah, pastilah repot dan sibuk membesarkan enam orang anak, tetapi tetap saja anak merupakan anugerah terindah di kehidupan kami.
Sebagai orang tua mungkin kita pernah kecewa melihat nilai anak kita yang kurang memuaskan, tapi seringkali kita luput memahami itu dari sudut pandang anak. Mungkin mereka dalam hatinya berujar, “Ayah, Ibu, jangan lihat nilaiku yang rata-rata, tapi lihatlah, aku mengerjakannya dengan jujur, lihatlah, aku sudah berusaha.”
Setiap melihat anak orang lain, kita teringat anak sendiri. Setiap melihat anak kita, kita seakan melihat diri kita sendiri, melihat masa depan kita sendiri. Tak ada tempat manapun di dunia ini yang paling indah untuk kita datangi selain memeluk dan mendatangi hati anak kita.
Saya pernah mengunjungi banyak tempat terindah di dunia. Sangat mempesona, tapi keterpesonaan itu hanya sebentar. Wajah anak saya jauh lebih indah dan abadi dari berbagai keajaiban dunia itu. Memandangi anak sepanjang hari, memberi makna dan kebahagiaan yang mendalam bagi saya sebagai orang tua.
Banyak dari kita berusaha memaksakan anak-anak kita berubah menjadi hebat. Padahal tugas kita bukanlah berusaha meledakkan kehebatan mereka. Tugas kita adalah mendampingi mereka tumbuh secara alami. Karena itu lakukanlah satu hal saja yang sederhana, jadilah orang tua yang memberi keteladanan hidup yang bersumber pada ketulusan dan kasih sayang.
Anak-anak yang lugu dan imut-imut itu, memang tak selamanya menyenangkan.
Kadang mereka bisa menjengkelkan dan suatu saat terkadang kurang ajar. Semua anak begitu. Banyak nasihat kita berikan setiap hari. Tapi terlalu banyak memberikan nasihat dan teguran atau marah kepada anak, tidaklah baik. Bahkan semakin banyak menuai kekecewaan.
Mendidik berarti mengajarkan kepada mereka, kesanggupan untuk berjuang menghadapi tantangan kehidupannya. Karena kita ingin menjadi yang terbaik, kita perlu belajar melihat yang terbaik dari diri mereka. Demi kebaikan kita, jangan sampai terlewatkan untuk mengenali kelebihan mereka. Nikmati keluguannya, celotehnya, salahnya, hebatnya, dan sebagainya. Karena mereka adalah anak-anak kita, sekaligus bisa menjadi menjadi “guru” kita.
Memberikan uang kepada anak-anak tentu bukanlah hal yang jelek. Membelikan buku dan kebutuhan anak-anak kita sangatlah bermanfaat. Tetapi kehadiran orang tua di hati mereka adalah sumbangan terbesar bagi mereka. Orang tua hadir untuk menginspirasi dan sebagai sumber inspirasi utama. Tiada orang lain yang dapat mengenal mereka dengan baik, kecuali diri kita sendiri.
Suatu ketika, kami berdua harus melepas anak yang pamit mau meninggalkan rumah, dua anak menikah terus bekerja, anak ketiga tugas mengajar sepulang dari kuliah di Ankara Turki, anak kelima kuliah ke Bandung.
Saya mengizinkan mereka dengan hati gembira dan bangga. Tapi apa yang terjadi? Begitu anak-anak pergi, kami mulai merasa ada sesuatu yang hilang. Tak ada teman untuk bercanda, tak ada suara gaduh, tak ada rengekan, rebutan dan pertengkaran, tak ada suara minta ini-itu. Rumah ini tiba-tiba terasa sunyi. Padahal di rumah masih ada dua anak, tetap saja terasa ada yang kurang.
Bukan hanya anak berutang budi pada orang tua, tetapi orang tua juga harus menyadari bahwa mereka juga berutang budi kepada anak, karena kelahirannya di dunia ini memberi kebahagiaan tak terhingga kepada orang tua.
Diambil dari buku “Bukan Sekadar Ayah Biasa” karya Misbahul Huda. Buku yang bercerita bagaimana pengalaman ayah hadir dalam pengasuhan anak.