GRESIK (Suaramuslim.net) – Persebaran baliho di masjid-masjid yang bertuliskan bahwa masjid tidak boleh digunakan sebagai alat politik menuai tanggapan dari berbagai pihak, salah satunya Juru Bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Tanggapan itu disampaikan oleh Dahnil Anzar Simanjuntak dalam Kuliah Subuh di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB, Gresik, Ahad (10/3/19).
“Banyak yang sepertinya melakukan perbaikan akan tetapi sebenarnya mereka melakukan kerusakan,” ujar Dahnil.
“Banyak yang mengaku memerangi ekstremisme, anti-radikalisme, dan paling Pancasilais, tapi memecah belah umat. Bahkan Muhamadiyah pernah ditanyai apa peran dan kontribusiya terkait eksistensi Pancasila,” tegasnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2014-2018 ini menegaskan, Abdul Kahar Muzakkir dan Kasman Singodimejo adalah contoh dari kontribusi Muhammadiyah untuk negara.
Dahnil juga menyinggung isu-isu panas jelang Pemilu 2019.
“Tadi saya lihat banner ada larangan tidak boleh bicara politik di masjid ya?” Ucapnya.
Menurut Dahnil, pemasangan banner (spanduk) tersebut menandakan ketidakpahaman terhadap Islam.
“Narasi tanpa subtansi,” ucapnya.
Dahnil menegaskan, masjid adalah tempat Rasulullah dan para sahabat belajar dan mengatur strategi.
“Ini kan termasuk politik,” ungkapnya.
Firaun, lanjut Dahnil, meninggalkan spinx dan piramid yang fenomenal akan tetapi dibangun dari perbudakan dan nyawa rakyatnya. Ketika tradisi ilmu pengetahuan dijaga maka yang muncul adalah Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lainya.
“Akan tetapi penghormatan kita terhadap orang yang berilmu (guru) masih kurang,” jelasnya.
Dalam hal bersiasah (politik) atau bermuamalah maka harus sesuai dengan Alquran dan Assunah. Dalam bermuamalah, semuanya boleh kecuali yang dilarang.
“Akan tetapi tidak boleh akhlak saja tapi harus mengerti syariat,” jelasnya.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir