Suaramuslim.net – Mari kita simak percakapan 2 orang berikut, yakni dialog dalam menyikapi berbagai hal dari yang sederhana di alam hingga hal yang terberat, yakni kematian. Dan mari kita refleksikan, manakah dari 2 orang tersebut yang lebih mirip dengan diri kita. Bersumber dari buku ’Blessing in Disguise’, oleh Dr Khalid Umar al-Disuqi terdapat percakapan berikut:
Orang 1: “Adakah Engkau melihat sesuatu yang gelap di langit malam ini?”
Orang 2: “Justru Aku melihat bintang gemintang yang berkilauan di sana. Benda-benda langit itu memancarkan cahaya benderang.”
Orang 1: “Tahun ini aku kehilangan separuh hartaku.”
Orang 2: “Tapi Engkau masih memiliki separuh hartamu. Semoga Allah mengembalikannya untukmu, juga memberimu pengganti yang lebih baik.”
Orang 1: “Tidakkah kamu melihat kemesuman yang dipancarkan satelit? Pernahkah engkau menyaksikan jaringan yang menebarkan racun?” (termasuk Facebook)
Orang 2: “Berapa banyak benteng dibuka, menyentuh hati, dan menjadi penerang jiwa.”
Orang 1: “Lihatlah bagaimana pemuda Yahudi membantai pemuda muslim.”
Orang 2: “Berarti banyak sekali syuhada’ yang berangkat ke surga.”
Orang 1: “Aku sedih karena si A yang bertakwa dikirim ke tiang gantungan secara biadab. Sementara itu, si B yang alim di penjara bertahun-tahun tanpa dosa.”
Orang 2: “Apakah engkau akan merasa senang apabila si A yang bertakwa itu dibunuh karena kezalimannya? Apakah engkau akan berbahagia bila si B yang alim itu dipenjara karena kefasikannya?”
Siapakah diri kita? Orang pertama ataukah orang kedua? Melihat sisi negatif kehidupan sangatlah mudah, namun untuk dapat melihat sisi positif kehidupan, membutuhkan kedewasaan dan berbaik sangka kepada Sang Pencipta kita.
Semoga kita dimampukanNya untuk memilih perspektif positif dan selalu berbaik sangka. Aamiin.
Penulis: Dr Gancar C. Premananto*
*Koordinator Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas Airlangga Surabaya