Suaramuslim.net – Lopez Casanova lahir dan dibesarkan di keluarga Protestan yang sangat taat. Dalam keluarganya ada beberapa pastor, penginjil, pendeta, dan guru. Kedua orang tuanya menginginkan agar Lopez menjadi pemimpin Kristen. Karenanya, sejak kecil ia dimasukkan di sekolah Bibel.
Lopez tumbuh dalam keluarga yang religius, di Kalifornia, Amerika Serikat. Keluarga dari pihak ibu Lopez adalah penganut Kristen Protestan yang taat. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk dan senantiasa hidup dengan perasaan takut terhadap Tuhan. Sedangkan, keluarga sang ayah adalah pemeluk Katolik Roma.
Kuliah di jurusan bisnis internasional membuat Lopez merasa perlu menguasai bahasa asing untuk menunjang kariernya di masa depan. Atas saran teman kuliahnya, Lopez mempelajari bahasa Arab.
“Temanku beralasan, negara mana pun yang memiliki penduduk Muslim menggunakan bahasa Arab karena itu merupakan bahasa asli Al Quran,” ungkap Lopez.
Awal Mula Lopez Tertarik pada Islam
Saat itu, pada 2006, Lopez mendengar kata “Al Quran” untuk pertama kalinya. Di kelas bahasa Arab yang diikutinya, Lopez mengenal banyak mahasiswa Muslim. Mereka umumnya keturunan Timur Tengah yang lahir dan besar di AS.
Kelas pertama yang diambilnya pada 2006 bertepatan dengan bulan Ramadhan. Lopez terkesan dengan amalan puasa yang dilakukan teman-teman Muslimnya. Ia memandangnya sebagai bentuk ketundukan hamba di hadapan Tuhannya.
Lopez pun mencoba berpuasa, bukan karena tertarik menjadi Muslim, melainkan semata untuk mengekspresikan ketundukannya sebagai umat Kristen yang taat. “Itu pun karena puasa juga ada dalam agama Kristen. Yesus pernah berpuasa selama 40 hari,” katanya.
Suatu hari, Lopez memutuskan melihat isi sebuah DVD berjudul The Legacy of Prophet Muhammad (Warisan Nabi Muhammad). Usai memutarnya, Lopez menangis untuk alasan yang tak dipahaminya. Ia mengagumi sosok Muhammad SAW dan belajar tentang bagaimana menjadi umat yang baik dari sosoknya.
Lopez mengaku, di suau hari setelah selesai dengan penjelasan Bibel, ia memberanikan diri meminjam salinan terjemahan Al Quran dari seorang teman Muslim yang juga mengajarinya cara shalat. Lopez mulai melakukan shalat lima kali sehari untuk belajar karena ia belum menjadi Muslim.
Setelah beberapa lama mengalami pergolakan, Lopez akhirnya memutuskan untuk mengenal jauh tentang Islam. “Aku terus berdoa pada Tuhan, lebih baik aku mati dan dekat dengan-Mu daripada hidup selama satu hari, namun jauh dari-Mu,” tuturnya.
Lopez berpikir, mengalami kecelakaan mobil lebih baik dialaminya jika menuju Islamic Center San Diego untuk bersyahadat adalah pilihan yang salah. Ia tiba di tujuan dengan selamat dan mengikrarkan keislam annya di hadapan publik.
Jumat itu, 28 Agustus 2008, beberapa hari menjelang Rama dhan, Lopez memeluk Islam. Sejak itu, aku adalah seorang Muslim yang bahagia, yang mencintai shalat dan puasa. Keduanya mengajarkanku kedisiplinan sekaligus ketundukan kepada Tuhan.