Suaramuslim.net – Sikap seorang Ayah terhadap anak-anaknya sangat ditentukan oleh mindset atau persepsi yang terbangun pada pikiran seorang Ayah terhadap kehadiran anak- anaknya. Jika kehadiran seorang anak dianggap sebagai anugerah, tentu ia akan mensyukurinya. Sebaliknya jika kehadiran anak dianggap sebagai beban, maka pastilah akan cenderung menyia-nyiakannya.
Demikian pula ketika kehadiran anak dipersepsikan sebagai amanah Allah yang dititipkan pada sang ayah, maka pastilah ayah yang baik akan menjaga amanah tersebut dengan sebaik-baiknya.
Para Ayah, ingatlah bahwa kehadiran anak adalah anugerah terbesar bagi perjalanan hidup seseorang terutama setelah ia berkeluarga. Bayangkan betapa galaunya seseorang yang sudah lama menikah namun tak kunjung dikaruniai seorang putra? Ayah yang sadar dengan mensyukuri anugerah kehadiran anak akan mendapatkan banyak keberkahan Allah melalui kesalihan anak-anaknya. Di dunia dan akhirat.
Ayah, cintailah anak-anakmu apa adanya, terimalah kelebihan dan kekurangannya, tidaklah ada produk gagal pada ciptaan Allah, selalu ada keajaiban dengan mereka.
Ayah Sebagai Pelindung
Ayah juga harus bisa mengayomi keluarga, memiliki sifat kasih sayang dan lembut kepada keluarga. Dalam surat Ali Imran 159 Allah berfirman:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Ayah tidak boleh berkata kasar. Jangan sampai kekerasan terhadap anak membuat anak-anak Anda trauma dan tidak betah berada di rumah.
Ayah Sebagai Hakim
Berperan sebagai hakim. Ayah adalah pemimpin dalam rumah tangga. Posisi sebagai pemimpin mengharuskan seorang ayah untuk memberikan keputusan terhadap berbagai permasalahan.
Ayah harus tegas, bijaksana, berwibawa serta adil dalam memutuskan masalah. Ayah tidak boleh plin-plan (plintat-plintut) dalam suatu perkara. Saat istri bimbang dalam sebuah perkara, ayah harus siap mengambil alih. Ketika anak-anak berselisih, ayah harus memberikan keputusannya dengan tepat.
Ayah Sebagai Sahabat
Ayah sebagai sahabat. Menjalin persahabatan dengan istri berarti ayah harus menyiapkan diri sebagai tempat curhat (curahan hati) utama istri. Ayah yang bersahabat dengan anak berarti harus memahami (miracle) di balik kekurangan anak-anak kita. Janganlah kau bandingkan anakmu yang satu dengan yang lainnya, apalagi kau bandingkan anakmu dengan anak tetangga. Itu pamali. Pantangan!
Anak kita adalah jembatan kita menuju surga. Karena itu kenalkan dan cintakan mereka pada Allah dan Rasul-Nya. Wahai Ayah, cari dan peluk anakmu, cium dia, raih tangannya dan genggamlah erat-erat menuju masjid, ajaklah dia bersujud kepada Allah. Bersabarlah untuk tugas yang satu ini, karena tidak akan pernah selesai hingga kematian menghampiri.
Kesabaran ekstra juga diperlukan untuk mendidik anak perempuanmu, karena anak perempuanmu adalah pintu gerbang surgamu, jika mereka kita didik menjadi perempuan salihah yang menjaga kesucian dirinya.
Para Ayah, di setiap doa dalam sujudmu jangan lupa sertakan nama anak-anakmu, absen nama mereka satu per satu, doakan anak kita secara khusus sesuai impiannya. Anak-anak yang dibesarkan dalam doa, pastilah merasa sangat membutuhkan Ayahnya. Mereka akan balik membalas dengan doa; “Ya Allah, lindungi Ayah dan sayangi dia, supaya Ayah bisa memeluk aku lagi.”
Ayah yang tak sayang anaknya, tak akan disayang anaknya. Sebaliknya, Ayah yang penyayang pastilah pernah mempunyai pengalaman menjadi anak yang disayang.
Ayah, kalau pada saatnya tiba, harus melepas anak ke sekolah, kuliah atau berpisah untuk bekerja, katakan padanya: “Wahai Anakku sayang, aku titipkan kalian pada Allah.”
Ingatlah Ayah akan pepatah; “Siapa menabur angin, pasti akan menuai badai.” Siapa yang menyia-nyiakan anaknya, kelak akan datang badai di rumah tangganya.
Para Ayah, jadilah pahlawan bagi anakmu, waktumu berikanlah untuk mereka, perhatianmu tujukanlah kepada mereka, pelayananmu berikan yang terbaik buat mereka, hatimu juga, curahkanlah kasih sayangmu pada mereka. Jika Ayah bisa menjadi pahlawan bagi anak-anaknya, maka anak akan berjuang membahagiakan ayahnya, maka anakmu akan menjadi pahlawan untukmu. Pahlawan yang membanggakan keluarga dan keturunanmu.
Keberhasilan seorang Ayah, ditandai dengan pengakuan anak lelakimu; “My Dad is My Hero!” Dan impian anak perempuanmu; “My Dad is My First Love.” Jadilah pahlawan seperti itu bagi anak-anak kita.
Pertanyaannya adalah: mampukah Ayah membangun ‘personal branding‘ sehingga layak menjadi idola bagi anak-anaknya?