Manusia dan jin diciptakan oleh Allah SWT. tak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka, sudah sepantasnya kita melaksanakan ibadahnya dengan ikhlas menggunakan hati yang bersih. Kenyataannya, untuk mewujudkan itu tidaklah mudah, mengenai hal ini Allah berfirman:
وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. Asy-Syu’ara: 87-90)
Ibadah yang sangat bernilai di sisi Allah SWT. menurut ayat diatas adalah hati yang bersih. Di samping itu, Ibadah ini juga memerlukan “JIHAD” dalam mewujudkannya. Sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa
“Setiap kali aku melewati rumah seorang muslim yang megah, aku mendoakannya agar diberkahi”
“Setiap kali kulihat kenikmatan pada seorang muslim, aku mendoakan ‘Ya Allah, jadikanlah kenikmatan itu penolong baginya untuk taat kepada-Mu dan berikanlah keberkahan kepadanya’
“Setiap kali ku lihat seorang muslim berjalan bersama istrinya aku berdoa kepada Allah, Semoga Dia menyatukan hati keduanya di atas ketaatan kepada Allah”
“Setiapkali aku berpapasan dengan pelaku maksiat, kudoakan dia agar mendapat hidayah”
“Aku selalu berdoa, semoga Allah memberikan hidayah kepada hati manusia seluruhnya, sehingga leher mereka terbebas (dari neraka), begitu pula wajah mereka diharamkan dari api neraka”
“Setiapkali hendak tidur, aku berdoa ‘Ya Rabb-ku, siapapun dari kaum muslimin yang berbuat zalim kepadaku, sungguh saya telah memaafkannya. Oleh karena itu, maafkanlah dia, karena diriku terlalu hina untuk menjadi sebab disiksanya seorang muslim di neraka”
Doa – doa ini dapat dijadikan sebagi salah satu tanda bahwa manusia itu memiliki hati yang bersih. Alangkah perlunya kita juga dapat memiliki hati-hati yang seperti itu.
“Ya Allah, jangan halangi kami untuk memiliki hati seperti ini, karena hati yang jernih adalah penyebab kami masuk surga.”
Suatu malam, Al Hasan Al Bashri berdoa :
“Ya Allah, maafkanlah siapa saja yang menzalimiku…” dan ia terus memperbanyak doa itu, sehingga ada seseorang yang bertanya kepadanya :
“Wahai Abu Sa’id (Al Hasan Al Bashri), sungguh malam ini aku mendengar engkau berdoa untuk kebaikan orang yang menzalimimu, sehingga saya berangan-angan, andai saja aku termasuk orang yang menzalimimu, maka apakah yang membuatmu melakukannya?”
Beliau menjawab bahwa Allah telah berfirman :
ﻓَﻤَﻦْ ﻋَﻔَﺎ ﻭَﺃَﺻْﻠَﺢَ ﻓَﺄَﺟْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ
“Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya kembali kepada Allah”. (QS. Asy-Syuura: 40) (kisah ini ada pada kitab Syarah Shahih Bukhari, karya Ibnu Baththol, 6/575-576)
Hidup ini bagaikan bunga mawar. Padanya terdapat keindahan yang membuat bahagia, namun padanya juga terdapat duri yang menyakiti kita. Apapun yang ditakdirkan menjadi milik kita akan mendatangi kita walaupun kita lemah! Sebaliknya apapun yang tidak ditakdirkan menjadi milik kita, maka kita tidak akan dapat meraihnya, bagaimanapun kuatnya kita! Segala puji hanya bagi Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya.
Oleh: Ustad Agung Cahyadi