Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengacuhkan Abdullah bin Ummi Maktum yang kemudian Allah ta’ala langsung menegur manusia mulia itu. Kini, kita mengenal Abdullah bin Ummi Maktum sebagai orang yang luar biasa.
Abdullah bi Ummi Maktum adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang juga merupakan muadzin kedua Rasulullah setelah Bilal Bin Rabah.
Tak hanya itu Abdullah bin Ummi Maktum juga merupakan orang kepercayaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah orang yang diangkat menjadi walikota Madinah ketika Rasulullah melakukan safar.
Abdullah bin Ummi maktum diangkat Rasulullah setidaknya 13 kali sebagai pengganti Rasulullah sementara di Kota Madinah. Selain dikenal sebagai orang yang amat dipercayai Rasulullah, ia juga dikenal sangat mencintai al Quran dan sunnah Nabi-Nya.
Rasulullah Memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum
Pada permulaan dakwah Islam di Mekkah, Rasulullah sering mengadakan dialog dengan para pembesar Quraisy, dengan harapan agar mereka mau menerima Islam. Suatu kali beliau bertatap muka dengan Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabi’ah, Umar bin Hisyam atau lebih dikenal dengan Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf dan Walid bin Mughirah, ayah Khalid bin walid.
Rasulullah berdiskusi dengan mereka tentang Islam. Beliau sangat ingin mereka menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat beliau.
Sementara beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba Abdullah bin Ummi Maktum datang ‘mengganggu’ minta dibacakan kepadanya ayat-ayat Alquran.
Abdullah mengatakan, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepadamu.”
Sebagai manusia biasa, Rasulullah tidak memperdulikan permintaan Abdullah bin Ummi Maktum. Beliau agak acuh kepada perkataan Abdullah itu. Lalu beliau membelakangi Abdullah dan melanjutkan pembicaraan dengan pembesar Quraisy tersebut. Rasulullah berharap, mudah-mudahan dengan Islamnya mereka, Islam tambah kuat dan dakwah bertambah lancar.
Ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat teguran dari Allah Ta’ala lantaran mengedepankan para pembesar Quraisy daripada Abdullah bin Ummi Maktum. Bukan karena tidak menghormati Abdullah bin Ummi Maktum, akan tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berharap kemaslahatan yang lebih besar –dalam pandangan beliau- apabila para pembesar Quraisy ini memeluk Islam, namun ternyata hal itu tidak tepat di sisi Allah dan Allah langsung meluruskan dan membimbing Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejak hari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum.
Wafatnya Sang Muadzin
Pada tahun 14 H, Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengadakan konfrontasi dengan Kerajaan Persia. Abdullah bin Ummi Maktum masuk ke dalam pasukan Perang Qadisiyah dengan mengenakan baju besinya. Ia tampil gagah.
Abdullah Ummi Maktum ditugaskan memegang panji bendera Islam. Suara di medan perang yang menderu tak membuatnya gentar, dentingan tebasan pedang, ataupun desiran anak panah yang melesat. Baginya Amirul Mukminin telah membuka kesempatan bagi semua orang dalam jihad ini, ia pun tak mau melewatkan peluang berjihad di jalan Allah, walaupun bahaya sebagai seorang tuna netra lebih berlipat ganda.
Perang yang hebat pun berkecamuk, hingga sampailah pada hari ketiga, baru kaum muslimin berhasil mengalahkan pasukan negara adidaya Persia. Kemenangan tersebut menjadi kemenangan terbesar dalam sejarah peperangan Islam sampai saat itu. Namun kemenangan tersebut juga harus dibayar dengan gugurnya para syuhada, para pahlawan Islam, di antara mereka adalah sahabat dan muadzin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Abdullah bin Ummi Maktum radhiallahu ‘anhu. Jasadnya ditemukan terkapar di medan perang sambil memeluk bendera yang diamanatkan kepadanya untuk dijaga.
Akhirnya sang muadzin pulang ke rahmatullah, gugur sebagai pahlawan memerangi bangsa Majusi Persia. Semoga Allah ta’ala menerima amalan-amalan Abdullah bin Ummi Maktum dan memasukkan kita dan beliau ke dalam surga Allah. (muf/smn)