Suaramuslim.net – Ramai jagad sosial media menyoal hitung suara, saya teringat pada malaikat yang di antara tugas pokoknya menjadi pencatat sekaligus waskat semua data perilaku saya; pendengaran, penglihatan, perasaan, ucapan, pikiran, tindakan, termasuk rengiat amalan.
Sistematika pola pencatatan malaikat ini menggunakan maha komputasi sempurna dengan kapasitas server big data tidak terhingga. Setiap detik terekap baik. Komplet per menit. Data minor mayor, semua terlapor dimonitor (QS 18:49). Meski big data ini besar daya simpannya, tapi kecanggihannya membuat ia kecil, bahkan terlihat nihil. Ia terhubung lewat teknologi “komputer mendung”, tergantung di antara leher dada saya dan setiap manusia (QS 17:13).
Penjaga data ini saya imani sebagai Roqib dan Atid. Malaikat di kanan mencatat hitungan kesalihan, malaikat di kiri mewaskat rekaman kesalahan (QS 50:17-18). Input datanya tersalur di antara ketikan jari, langkah kaki, syaraf indera, kabel pembuluh vena, optik visual mata, klik ruang maya, audio telinga. Diproses di CPU tempurung otak saya dan dikelola unduh-unggahnya melalui repository hati.
Dua malaikat ini bertugas non-stop dari semula mereka dicipta hingga akhir dunia. Tak berhenti kecapekan atau mati kelelahan karena menjaga hitungan data saya. Hanya kiamat yang membuatnya istirahat, atas kuasa Allah SWT. Karena mekanika kecerdasan ciptaan, mereka pun mampu memadukan quick-count dan real count, asli tanpa ngapusi. Detil data hingga terkecil bit-nya. Manual maupun digital.
Enaknya, Roqib dan Atid memakai sistem operasi terbuka (open source). Saya bisa membuka sekaligus memeriksa data, akses kapan saja, wireless di mana saja; lewat perangkat sholat dan salam akhir tahiyyat. Tanya kepada malaikat, “Gimana tabel data saya?? Grafik naik perhitungan kanan? Atau tabulasi kiri mengalami penurunan perolehan?” Pembiasaan ini keprihatinan mengantisipasi pada saat di hari kiamat, saya akan jadi saksi sendiri atas catatan data rekaman semua perbuatan yang saya inputkan; dibuka dan disaksikan seluruh manusia di pengadilan Tuhan (QS 17:14).
Maka di renungan Ramadhan hari ini, saya terilhami untuk berusaha sekuat doa dan tirakat puasa menjaga data hitungan setoran amalan.
Bila dicatat malaikat baik oleh Raqib, maka saya berharap bisa utuh semuanya, diterima dan dibonusi ganjaran keridhoan Tuhan. Sekaligus saya mengawal datanya supaya celah keamanan yang potensial diusili virus setan dan gerombolan “intruder, buzzer, trojan, DDoss, backdoor, oportumis, scriptkiddies” bisa dijaga.
Jika server amalan diwaskat oleh Atid, saya berharap data disitu bisa terhapus oleh sistem upgrade khusus, yakni oleh limpahan ampunan Allah Yang Maha Rahman.
Pembaca sekalian, sembari mengikuti tren netizen yang sedang berjuang menyuarakan perolehan data suara pilihannya, saya mengajak kita semua untuk menjaga catatan input amalan baik kita –dengan sadar keberadaan para malaikat pencatat — supaya Ramadhan kita berbarokah pahala besar dan bisa terhindar dari serangan kecurangan syetan.
Bagaimana cara menjaga data amalan kita? Di antaranya mengoptimalkan “penjagaan” puasa Ramadhan dalam menyikapi viral konstelasi politik terkini dan media sosial maya, sebagaimana pelajaran hadis berikut:
“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullaah SAW pernah bersabda, “Puasa adalah perisai diri (dari api neraka).” Maka seseorang yang sedang berpuasa janganlah menggauli istrinya, berkata kotor, dan berbuat jahil. Jika dia diajak bertengkar atau dicaci hendaklah dia mengatakan, “saya sedang berpuasa…” ( HR Bukhari 1894).
Selamat bergiat mengamankan amalan.
Penulis: Gus Adzim – Mengabdi di Ponpes SPMAA Turi, Lamongan