DHAKA (Suaramuslim.net) – Seorang pria yang diyakini sebagai pengungsi Rohingya telah meninggal dunia dalam dugaan ledakan ranjau darat di sepanjang perbatasan Bangladesh-Myanmar, kata para pejabat seperti yang dikutip dari Channelnewsasia, Rabu (4/9).
Hampir satu juta minoritas Muslim Rohingya tinggal di kamp-kamp di Bangladesh tenggara setelah melarikan diri dari kekerasan militer Myanmar dan biasanya menggunakan perbatasan yang rentan untuk kembali ke negara bagian Rakhine.
Para pejabat Bangladesh menuduh pasukan keamanan Myanmar menanam ranjau di sepanjang daerah perbatasan untuk mencegah para pengungsi kembali ke desa mereka.
Penjaga perbatasan Bangladesh mengatakan mereka mendengar ledakan keras pada hari Selasa dan melihat beberapa orang meninggalkan seorang yang terluka parah di desa perbatasan Ghumdum.
“Kami menduga ia tewas dalam ledakan ranjau darat di dalam Myanmar dan kemudian orang-orang ini membawa mayat itu ke wilayah Bangladesh,” kata seorang pejabat senior Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) kepada AFP, Rabu (4/9).
Komandan regional BGB Ali Haider Azad Ahmed mengatakan orang yang meninggal itu diyakini sebagai pengungsi Rohingya.
Pria itu, yang diyakini berusia 30-an, belum diidentifikasi. Seorang juru bicara untuk rumah sakit yang dikelola pemerintah mengatakan bagian dari kakinya hancur dalam ledakan itu.
“Luka-luka itu memiliki tanda ledakan ranjau darat,” kata kepala polisi setempat Anwar Hossain kepada AFP.
Pasukan Myanmar telah dituduh melakukan kampanye pembersihan etnis terhadap minoritas Muslim Rohingya di negara itu, dengan sekitar 740.000 melarikan diri ke Bangladesh sejak Agustus 2017.
Pada puncak eksodus massal ketika puluhan ribu orang Rohingya berdatangan ke Bangladesh setiap hari, beberapa orang terbunuh atau terluka parah dalam dugaan ledakan ranjau darat di sepanjang perbatasan.
Kelompok hak asasi Amnesty International mengatakan bahwa pihaknya telah mendokumentasikan apa yang tampaknya menjadi target penggunaan ranjau darat di sepanjang bentangan sempit yang membentuk bagian dari perbatasan barat laut Rakhine.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir