Perjuangan BJ Habibie Menempuh Pendidikan di Jerman

Perjuangan BJ Habibie Menempuh Pendidikan di Jerman

Ilustrasi wajah BJ Habibie. Foto: instagram/b.jhabibie

Suaramuslim.net – BJ Habibie merupakan sosok yang sangat cerdas, namun juga sangat gigih dalam perjuangannya. Pada tahun 1954, setelah lulus dari bangku SMA, BJ Habibie melanjutkan mimpinya ke salah satu universitas favorit di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia Bandung. Sekarang namanya berubah menjadi Institut Teknologi Bandung atau ITB.

Beliau memilih untuk mempelajari teknik mesin, di fakultas teknik. Begitu cerdasnya BJ Habibie, hingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menawarinya sebuah beasiswa ke luar negeri yaitu Jerman. Itu sebabnya, BJ Habibie hanya mengenyam ilmu di ITB selama beberapa bulan saja sebelum melanjutkan perjalanannya ke Jerman.

BJ Habibie melanjutkan pendidikannya di Rhein Westfalen Aachen Technisce Hochschule (RWTH). Beliau berada di Jerman mulai tahun 1955 hingga tahun 1965. Beliau mengambil jurusan teknik penerbangan dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang.

Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen adalah salah satu universitas yang mengembangkan teknologi ke depan dalam riset maupun aplikasi untuk dunia industri di Jerman. Universitas yang lebih dikenal dengan RWTH Aachen ini terletak di Bundesland NRW. Masih tinggal beberapa yang menggunakan Technische Hochschule (TH) seperti Universitas Karlsruhe (TH) dan ETH Zurich di Swiss.

Alasan mengapa BJ Habibie mendapatkan beasiswa adalah, pada saat itu Pemerintahan indonesia memang sedang gencarnya menyaring siswa-siswa cerdas. Presiden Soekarno kemudian memerintahkan untuk menyekolahkan siswa-siswa cerdas tersebut untuk belajar ke luar negeri, dan salah satunya adalah BJ Habibie.

Dilansir dari ehef.id, beliau bertekad menjadi orang yang berguna bagi bangsanya dan memiliki cita-cita untuk membuat pesawat terbang yang bisa membawa rakyat Indonesia ke titik-titik maritim luas di Indonesia. Tentunya beliau ingin mimpi ini diwujudkan dengan keringat rakyat bukannya biaya hasil ekspor sumber daya alam atau utang luar negeri. Berawal dari cita-cita mulia inilah beliau melanjutkan mimpinya di Jerman.

Dalam menempuh pendidikan di Jerman, beliau tidak mendapatkan beasiswa melainkan dengan biaya sendiri dari orang tuanya. Apakah jaman dulu belum ada beasiswa, atau beliau tidak mampu mendapatkannya? Faktanya, orang tua B.J. Habibie merasa bahwa pendidikan anaknya tidak boleh dibiayai oleh orang lain. Semua biaya ditanggung oleh kedua orang tuanya meskipun mereka bukan berasal dari kalangan berada. Ibu beliau memiliki usaha catering dan kos-kosan.

Demi meringankan beban orang tua dalam membiayai pendidikannya, B.J. Habibie memilih untuk tinggal jauh dari pusat kota dengan tempat tinggal yang memiliki fasilitas seadanya. Bahkan beliau juga rela untuk berjalan kaki dari tempat tinggal ke kampus hanya demi menghemat biaya transportasi. Selain itu, selama menempuh S1 dan S2 di Jerman, beliau sempat dua kali dikira telah meninggal di Jerman selama masa itu.

Namun jerih payah beliau akhirnya terbayar karena meskipun menjalani pendidikan dengan biaya yang terbatas, B.J. Habibie berhasil menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 dengan luar biasa baik.

Setelah lulus S2 akhirnya beliau bertekad untuk bekerja sebagai asisten professor hingga beliau mendapat kesempatan untuk melanjutkan S3 dengan beasiswa. Tepat saat usia 28 tahun, B.J. Habibie resmi memperoleh gelar Doktor bidang teknologi pesawat terbang di Jerman. Usia 28 tahun dengan gelar Doktor bisa dibilang usia yang sangat belia. Bahkan banyak yang tidak percaya beliau merupakan lulusan S3, mengingat wajah beliau yang baby face.

Salah satu hal yang beliau sukai di Jerman adalah perpustakaannya. Menurut beliau, perpustakaan di Jerman buka lebih lama dan lebih bebas untuk dikunjungi. Hal ini membuat B.J. Habibie merasa memiliki kesempatan yang lebih besar dalam hal menambah wawasan dan pengetahuan selama di Jerman.

Komitmen dan tekad beliau untuk menjadi yang terbaik dan melebihi orang-orang di Jerman dalam hal pengetahuan berhasil membuat beliau diakui kemampuannya oleh dunia. Bahkan hingga saat ini beliau dikenal sebagai sosok yang jenius dan dikagumi oleh dunia khususnya para penduduk asli Jerman.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment