JAYAPURA (Suramuslim.net) – Menyikapi gonjang-ganjing yang terjadi di Papua beberapa pekan kemarin, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Kota Jayapura (ICMI Jayapura) menyelenggarakan diskusi publik dengan tema Menjaga Tradisi Demi Kutuhan NKRI, Ahad (21/9). Acara ini dihadiri puluhan Pemuda Mahasiswa, Aktivis, Masyarakat dan Awak Media di Papua.
Hadir menjadi narasumber dalam acara tersebut Khar Yelipele, MA (Tokoh Masyarakat Papua Jayapura), Dr. Arianto Kadir (Ketua ICMI Jayapura), Ahmad Muhazir, SE, M.Si (Ketua GP Ansor Jayapura).
Ahmad Muhazir menjelaskan bahwa aspirasi sudah dilakukan oleh masyarakat Papua, tentang bagaimana hari ini pemerintah merangkul agar terwujudnya rekonsiliasi dengan baik sebagai bentuk jawaban, bahwa pemerintah sudah tepat caranya untuk menjaga kestabilan khususnya di Papua. Hal itu terlihat dari upaya-upaya yang dilakukan secara serius oleh pemerintah pusat yang dipimpin presiden melalui pihak keamanan dan menggunakan pendekatan kebudayaan, agama maupun politik.
“Pemerintah pusat sudah tepat menggunakan pendekatan kebudayaan, agama maupun politik dalam menjaga kestabilan di Papua”, ujar pria yang akrab disapa Muhazir.
Langkah yang ditempuh pemerintah dengan mengundang tokoh Papua silaturahim ke Istana adalah langkah positif. Dalam hal ini Pemerintah Daerah juga mempunyai cara baik untuk menyelesaikan persolan terkait Papua. Tapi memang persolan ini tidak bisa diselesaikan dengan cepet, pemerintah harus mengkaji betul-betul persoalan tersebut dengan cermat dan teliti.
“Saya sadar betul persolan ini tidak bisa diselesaikan dengan cepet, pemerintah harus mengkaji betul-betul persoalan tersebut dengan cermat dan teliti”, imbuh Muhazir.
Dia juga menilai bahwa konfik ini bermula dari anak muda/mahasiswa Papua yang berada di Pulau Jawa tepatnya di Surabaya dan Malang. Konflik ini bermula dari penggrebekan mahasiswa Papua yang berada di Surabaya dan Malang sehingga kejadian tersebut langsung direspons banyak kelompok. Ada respons positif dan ada pula kelompok yang merespons negatif yang memang menginginkan perpecahan di antara persaudaraan sebangsa dan setanah air.
Respons-respons ini begitu cepat tersebar di medsos, sehingga informasi yang didapat masyarakat tumpang tindih dan sangat sulit disaring. Masyarakat harus cerdas dalam menerima informasi atau berita agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum tentu kebenarannya.
Belajar dari persoalan ini, imbuhnya, kita harus mengedepankan tiga aspek agar tetap bersatu. Aspek yang pertama adalah merawat kebangsaan, merawat sejarah asal muasal suku bangsa, dan merawat nilai-nilai etika (sopan santun, serta adat istiadat, setia suku). Jika hal tersebut mampu dijaga, akan menjadikan identitas bangsa yang harus kita syukuri karena itu semua merupakan karunia Tuhan.
Khar Yelipele, mengingatkan lagi tentang persatuan dan kesatuan, menurutnya Papua sejak awal sudah bersatu dengan NKRI. Hal tersebut terlihat dari tokoh-tokoh agama dan masyarakat asli Papua.
Menurut dia, ada oknum atau kelompok yang sengaja merusak persaudaraan ini yang kadang-kadang membuat kita sebagai masyarakat Papua menjadi tidak pecaya diri dan merasa termarjinalkan, padahal sebenarnya sama dengan mereka, hanya saja kita dibedakan oleh adat istiadat.
“Ayo bersama-sama menjaga tanah Papua ini dengan tidak merusak kepercayaan kita terhadap Negara Republik Indonesia,” imbuh Yelipelle.
Sedangkan Arianto Kadir menilai yang terjadi beberapa waktu lalu tidak terlepas dari tunggangan oknum-oknum yang sengaja ingin merusak persaudaraan kita.
“Saya menilai kasus kemarin ada oknum yang sengaja ingin merusak negara kita dan merusak persaudaraan kita,” ujar pria yang juga sebagai ketua ICMI Jayapura.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir