Suaramuslim.net – Dalam beberapa hari ini, suara itu makin jelas dikumandangkan mahasiswa Indonesia: mereka tidak percaya lagi dengan rezim Jokowi. Ini mosi tidak percaya mahasiswa Indonesia pada penguasa saat ini.
Sudah cukup daftar panjang agenda reformasi yang dikhianati selama 5 tahun terakhir ini. Demokratisasi sebagai upaya membangun kehidupan yang bebas justru mengalami kemunduran serius sejak Habibie membebaskan para tahanan politik Soeharto. Jumlah tokoh dissidents yang dipenjarakan justru naik tajam. Pemberantasan korupsi terancam mandek melalui amputasi kewenangan KPK justru oleh parlemen.
Kepercayaan terakhir mahasiswa Indonesia yang masih tersisa dirampas secara brutal saat Revisi UU KPK disahkan oleh DPR. Gerakan mahasiswa ini adalah sebuah Misa Requiem bagi kematian KPK. Kematian KPK sebagai salah satu anak kandung reformasi menandai sebuah periode baru kehidupan bernegara: police state. Negara tidak lagi dijalankan dengan rule of law, tapi dengan rule by law, dengan kekuasaan.
Pemberantasan korupsi menjadi instrumen power play bagi penguasa. Sungguh ini sebuah babak baru kehidupan yang tidak saja makin mengerikan bagi kehidupan yang bebas, tapi sekaligus juga kehidupan yang makin jauh dari nilai-nilai yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa.
DPR yang umurnya tinggal kurang dari seminggu secara mengejutkan berhasil memaksakan diri untuk mengesahkan beberapa RUU yang sangat penting (KPK, Pertanahan, KUHP, Pesantren) tanpa mengindahkan prosedur legislasi yang prudent, transparan dan akuntabel. Akibatnya RUU itu secara susbtantif bermasalah dan berpotensi membajak agenda reformasi.
Parlemen dan pemerintah seolah telah bersekongkol untuk memastikan bahwa UU yang disahkan ini memberi kerangka legal bagi praktik-praktik manipulatif hasil persekongkolan anggota parlemen, pemerintah dan para cukong. Ini merupakan upaya elite untuk secara legal merampas semua sumber daya negara untuk membayar kembali ongkos politik yang mahal yang telah mereka keluarkan untuk menduduki berbagai jabatan legislatif dan eksekutif.
Sebagai warga negara yang paling terdidik, mahasiswa Indonesia mencium gelagat buruk dan niat jahat para elite penguasa ini. Mahasiswa-mahasiswa Indonesia masih memiliki nurani yang cukup tajam untuk bangkit berani menolak membiarkan proses deformasi kehidupan berbangsa dan bernegara makin menjauhi Pancasila.
Jika elite penguasa ini bersikap acuh tak acuh dan meremehkan gerakan mahasiswa mutakhir ini, saya khawatir tuntutan rasional mahasiswa untuk menyelamatkan agenda reformasi bakal berubah menjadi tuntutan revolusi yang sangat emosional. Jika ini terjadi, ongkosnya akan terlalu besar bagi bangsa ini. Oleh karena itu penting bagi setiap komponen bangsa yang setia pada konstitusi, untuk menjaga agar gerakan mahasiswa ini berhasil mencapai tujuannya.
Terima kasih kami pada kalian mahasiswa Indonesia. Tuhan memberkati perjuangan kalian!!!!*
Gunung Anyar, 24/9/2019
Daniel Mohammad Rosyid
Guru besar ITS Surabaya
Direktur Rosyid College of Arts & Maritime Studies
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net