Suaramuslim.net – Dalam buku-buku biologi yang saya baca, disebutkan bahwa binatang pun bisa menangis atau bersedih. Lumba-lumba bisa menangis berhari-hari ketika anaknya hilang atau terbunuh. Suatu kali ahli primata menyaksikan seekor gorila, berhari-hari terus menerus melinangkan air mata, sambil menggendong anaknya yang mati karena ditembak pemburu. Burung perenjak berjam-jam bercuit sendu, ketika anaknya yang masih berbulu jarum disantap oleh seekor ular.
Kesedihan dan kesulitan memang “garis” Tuhan, sebagaimana Dia menciptakan kemudahan dan kebahagiaan.
Jika binatang saja bisa menangis dan bersedih, apalagi manusia. Tuhan menciptakan air mata, bukan sekadar untuk melembabkan kornea, tapi lebih dari itu, air mata menjadi instrumen perasaan yang tak tergantikan oleh materi fisika mana pun.
Kesedihan yang bergelayut air mata, adalah rahmat Allah bagi setiap mahluk-Nya. Kesedihan adalah ujian yang di dalamnya selalu ada mekanisme pengadilan kebiologian sekaligus kepsikologian. Bagi manusia, inilah yang disebut hikmah, yaitu sebuah pembelajaran tentang ke-tak-kuasaan pada kehendak melulu untuk bahagia.
Binatang dianugerahi Allah dengan cicitan, raungan atau auman ketika menghadapi kenyataan pahit hidupnya. Dengan cara-cara semacam itu mereka melepaskan duka dan mengadu pada pencipta alam semesta.
Pada manusia, Allah melalui rasul-Nya, mengajarkan penyikapan pada kesedihan. Allah tak melarang ada cucuran air mata, yang Allah larang adalah raungan dan teriakan, karena manusia adalah mahluk berakhlak yang diberi karunia mengontrol emosi.
Sikapilah, sabarilah dan bersiaplah untuk menerima kenyataan, bahwa dalam kehidupan selalu akan ada kesedihan, dan Allah melalui rasul-Nya telah mengajarkan kita menyikapi kesedihan dengan untaian doa yang begitu indah,
Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa.
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan Engkaulah yang menjadikan kesedihan (kesulitan), (dan setelahnya) dengan kehendak Engkau, pasti (semua) akan menjadi mudah.”
Hidup akan mengalir dalam alunan kebahagiaan dan kesedihan. Keduanya memiliki hikmah di dalamnya. Mensyukuri apa yang terjadi dan terus berdoa setiap hari, insyaallah hidup akan terasa ringan dan bestari.
Pondok Rajeg, Cibinong Bogor, 13 November 2019.
Yudha Heryawan Asnawi
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net